TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Dalam seminggu terakhir semakin banyak pasien yang terinfeksi virus Corona, walaupun sebagian di antaranya tidak bergejala.
Di Sulawesi Utara sendiri, jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 telah mencapai lebih dari 300 orang. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari obat untuk menyembuhkan infeksi virus ini namun belum berhasil.
Demikian pula penelitian untuk menemukan vaksinnya masih belum mencapai garis finish. Meskipun demikian, bukan berarti kita harus menyerah begitu saja dalam menghadapi pandemi ini.
Ada 2 hal utama yang perlu dilakukan terkait infeksi Covid-19 ini yaitu pencegahan dan pengobatan.
Mengingat bahwa sampai sekarang belum ditemukan obatnya maka pencegahan sangatlah penting yaitu dengan rajin mencuci tangan secara baik dan benar, menerapkan physical distancing serta menggunakan masker saat di luar rumah.
Infeksi yang disebabkan oleh virus sebenarnya merupakan “Self Limiting Disease”, artinya penyakit yang dapat sembuh sendiri.
Mengapa penyakit ini dapat sembuh sendiri? Karena tubuh telah memiliki sistem pertahanan sendiri untuk melawan infeksi virus, yaitu melalui sel limfosit.
Ada 3 jenis sel limfosit dalam tubuh yaitu Natural Killer Cell, Sel Limfosit T, dan Sel Limfosit B. Sel Limfosit B memerlukan waktu untuk melawan virus yaitu melalui pembentukan antibodi, sedangkan Limfosit T dan Natural Killer Cell dapat lebih cepat menghadapi serangan si virus.
Natural Killer Cell secara spesifik dirancang untuk menghadapi infeksi virus dan sel kanker, sedangkan Limfosit T dapat menyerang virus dan juga beberapa jenis bakteri.
Apabila sistem imun kita berfungsi sebagaimana mestinya maka sistem pertahanan tubuh kita akan dapat mengeliminir infeksi virus dari luar.
Mengapa infeksi virus Corona ini sulit untuk disembuhkan oleh mekanisme pertahanan tubuh kita? Dari beberapa penelitian diperoleh bukti bahwa virus Corona ternyata saat menginfeksi tubuh akan menyerang sel limfosit T dan Natural Killer Cell itu sendiri.
Artinya virus ini akan berusaha langsung menyerang “pasukan keamanan tubuh” yang mungkin belum siap dalam menghadapi serangan dari luar. Apalagi bila jumlah pasukan keamanan tubuh kita tidak memadai.
Bagaimana sebenarnya cara Natural Killer Cell memusnahkan virus yang masuk ke dalam tubuh? Sel-sel ini akan berusaha mengenali “benda asing” yang masuk ke dalam tubuh, menempel atau berikatan melalui reseptor permukaannya, dan terakhir akan menghancurkan virus tersebut.
Natural Killer cell akan menggunakan perforin dan granzym dalam proses penghancuran virus tersebut. Saat melekat dengan virus, perforin akan membuat semacam pintu masuk untuk dilewati granzym yang akan menghancurkan virus yang masuk ke dalam tubuh manusia.
Apabila jumlah dan fungsi Natural Killer Cell kita memadai maka tentunya walaupun kita terinfeksi virus maka kita akan dapat sembuh sendiri.
Saat ini beredar banyak testimoni bahwa jahe (goraka) dapat menyembuhkan infeksi virus Corona. Hal ini terbukti dengan melambungnya harga goraka di pasaran. Benarkah bahwa jahe begitu berkhasiatnya?
Jahe mengandung senyawa gingerol dan oleserin serta ghosaol. Pada penelitian yang dilakukan oleh Tejasari dkk pada tahun 2002 memang diperoleh bahwa ekstrak jahe dapat meningkatkan fungsi limfosit B secara in vitro (di dalam jaringan).
Meningkatnya limfosit B ini berarti semakin meningkat pula jumlah limfosit yang akan dihasilkan nantinya untuk menghadapi infeksi dari luar tubuh.
Hanya saja, Limfosit B memerlukan waktu untuk membentuk antibodi terhadap infeksi virus.
Bagaimana Natural Killer Cell yang merupakan lini pertahanan pertama dalam menghadapi infeksi virus? Penulis menemukan bahwa Tejasari dkk pada tahun 2006 juga meneliti tentang pengaruh ekstrak jahe terhadap aktivitas sitolitik dari Natural Killer Cell.
Hasilnya diperoleh bahwa pemberian senyawa gingerol dapat meningkatkan aktivitas sitolitik dari Natural Killer Cell.
Artinya walaupun jumlah sel ini tidak bertambah, tetapi fungsinya untuk menghancurkan virus akan semakin efektif.
Salah satu komplikasi dari penyakit COVID-19 yang ditakuti oleh para klinisi adalah adanya “badai sitokin” yang terjadi akibat begitu banyaknya sitokin-sitokin proinflamasi yang dihasilkan oleh tubuh.
Hal ini terjadi sebagai akibat kegagalan sistem pertahanan tubuh dalam mengeliminir infeksi virus tersebut sehingga tubuh terus dipicu untuk menghasilkan reaksi radang.
Reaksi radang atau inflamasi ini sebenarnya bertujuan untuk menghancurkan agen penyebab infeksi namun juga dapat menyebabkan reaksi tidak baik bagi tubuh seperti timbulnya radikal bebas yang bersifat toksik bagi tubuh.
Ternyata, jahe memiliki efek antioksidan. Hal ini dibuktikan oleh penelitian dari Kwanjit Danwilai dkk pada tahun 2017, yang meneliti efek antioksidan dari jahe serta kadar radikal bebas pada pasien yang diberikan preparat jahe oral (ginger suplemen).
Hasilnya memperlihatkan bahwa sejak hari kedua telah terjadi peningkatan aktivitas antioksidan dalam tubuh walaupun secara statistik tidak bermakna.
Setelah mengkonsumsi preparat jahe oral selama 22 hari maka peningkatan kadar antioksidan dalam tubuh subyek penelitian meningkat secara signifikan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol yang mendapat plasebo.
Demikian pula dengan kadar radikal bebas yang diperiksa. Sejak hari kedua telah terjadi penurunan kadar radikal bebas secara bermakna (p=0,02), dan pada hari ke-22 penurunan kadar radikal bebas tersebut benar-benar sangat bermakna (p=0,005) bila dibandingkan dengan kelompok konrtol yang tidak mengkonsumsi jahe.
Hanya saja yang menjadi sel target dalam penelitian ini adalah sel kanker bukan sel virus. Ada juga penelitian lainnya yang memperlihatkan bahwa ekstrak jahe terbukti meningkatkan proliferasi atau produksi jumlah sel limfosit B, Limfosit T, dan Natural Killer Cell di dalam tubuh.
Hal ini tentu memberikan angin segar bagi kita yang ingin meningkatkan daya tahan tubuh dengan menggunakan obat tradisional.
Meskipun demikian, perlu diingat bahwa percobaan tersebut dilakukan secara in vitro, artinya menggunakan medium jaringan di luar tubuh.
Untuk memastikan efek antivirus dari suatu obat perlu dilakukan uji klinis kepada manusia melalui beberapa tahap.
Demikian juga diperlukan kepastian mengenai efek samping dan dosis terapeutik yang pasti.
Satu hal yang pasti, obat apapun tidak akan mencegah kita untuk tertular infeksi kecuali telah ditemukan vaksin terhadap Covid-19.
Ini berarti, pencegahan sangat penting untuk menghindari tubuh kita terpapar dari virus corona yang berada di luar tubuh kita.
Ingatlah bahwa pada dasarnya virus itu tidak bergerak, tubuh kitalah yang bergerak, dan tangan kitalah terutama yang menjadi sumber penularan mulut dan hidung kita (saat kita batuk atau bersin)
Jadi, tetaplah menerapkan GERMAS! (Ang)
Oleh: dr Ribka Wowor Mkes (Pengurus Ikatan Dokter Indonesia Cabang Manado bidang Pendidikan, Pembinaan dan Pengembangan Kedokteran, Wakil Dekan II Fakultas Kesehatan Masyarakat Unsrat)
BERITA TERPOPULER :
• Terbalik 180 Derajat dengan Syahrini, Ini Sifat Luna Maya yang Bikin Reino Barack Muak, Rey: Keluar
• 8 Kebiasaan yang Bikin Cepat Tua, Nomor 5 karena Sering Tidur Dalam Posisi Begini
• Bupati Melawi Kalbar Dinyatakan Positif Covid-19, 5 Keluarganya Ikut Tertular, Diduga dari Menantu
TONTON JUGA :