Namun, para pengantar jenazah itu tidak langsung pulang ke rumah. Mereka masih tetap khawatir ada penularan.
“Apalagi, kalau saya pulang, anak saya yang nomor dua langsung minta gendong,” ungkap dia.
Akhirnya, GR memilih baru pulang sehari setelah mengantar jenazah pasien Covid-19.
“Hanya nelepon saja sama anak-anak, abi tidak pulang dulu ya,” tutur GR.
Istri hamil, pilih sembunyikan pekerjaan
GR sendiri menyembunyikan kegiatannya sebagai pengantar jenazah.
Sebab, istrinya sedang hamil empat bulan.
Begitu juga BM, driver ambulans BM, dia juga memilih menyembunyikan tugasnya yang sekarang karena istri sedang hamil.
“Saya tidak cerita ikut angkut jenazah, saya bercerita terjun di urusan Covid-19, seperti penyemprotan disinfektan dan sosialisasi,” kata dia.
Sampai sekarang, sang istri tidak mengetahui kegiatan GR yang mengantarkan jenazah.
Begitu juga dengan para tetangganya, mereka hanya mengerti GR memiliki kegiatan di PMI dalam urusan donor darah.
“Saya khawatir istri kepikiran dengan tugas yang sekarang, sehingga tidak cerita,” tambah BM, supir ambulans.
Para pengantar jenazah tersebut memiliki beban yang tidak ringan.
Sebab, komitmen awal mereka adalah memastikan mengantar dan merawat jenazah secara bermartabat sesuai keyakinan agama masing-masing.
“Jenazah sebelum dimakamkan, saya pastikan identitas agamanya,” terang dia.