TRIBUNMANADO.CO.ID - Sebanyak tiga orang pasien dalam pengawasan (PDP) di Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah menolak dibawa ke RSUD Getas Pendowo, Grobogan.
Ketiga orang itu adalah satu keluarga. Yakni ibu berusia 39 tahun dan dua anaknya yang berusia 23 tahun dan 11 tahun.
Sedangkan, sang kepala keluarga yang merupakan kuli bangunan, lebih dahulu dinyatakan positif Covid-19.
Berteriak dan menangis
Kapolsek Karangyung AKP Lamsir mengatakan, peristiwa penjemputan itu terjadi pada Kamis (30/4/2020) siang.
"Kami membantu tim medis karena mereka menolak dibawa. Kami pun turun tangan dan masih ngeyel. Mau tak mau kami tetap bawa masuk ke ambulans demi kebaikan bersama," terang Lamsir.
Saat dijemput, perdebatan antara PDP dengan Kapolsek serta petugas terjadi.
Tiga orang tersebut bersikeras menolak dibawa ke rumah sakit.
"Jadi, kalau imunnya tidak sehat kalian tertular! Kalian tahu tidak ?" tegas Lamsir di hadapan para PDP.
Meski telah diberi penjelasan, ketiganya tetap menolak.
Mereka bahkan menangis dan berteriak saat digandeng aparat memasuki ambulans.
Meski tak mudah, ketiganya berhasil dibawa ke rumah sakit dengan ambulans.
Hasil tes reaktif
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan Slamet Widodo menjelaskan, hasil rapid test 3 PDP itu reaktif.
Namun mereka kukuh menolak dirawat.
Pihak rumah sakit juga akan melakukan tes swab untuk menindaklanjuti rapid test dan memastikan kondisi mereka.
"Awal mulanya hasilnya non reaktif dan kami minta isolasi mandiri. Namun hasil rapid test yang kedua, ketiganya reaktif dan harus kami rawat ke RSUD Getas Pendowo,. Ketiganya akan kami swab juga," jelas Slamet.
Mereka bertiga, kata Slamet, adalah istri dan anak kuli bangunan yang sebelumnya dinyatakan positif Covid-19 setelah mudik dari Jakarta.
Pasien Covid-19 Diam-diam Ikut Salat Tarawih Berjamaah, Cekcok dengan Petugas Tolak Isolasi
Seorang pasien positif Virus Corona (Covid-19) tertangkap setelah ikut Salat Tarawih di sebuah Masjid bersama warga lainnya.
Pasien tersebut sempat terlibat adu mulut dengan petugas di saat proses penjemputan untuk dibawa ke rumah sakit.
Dikabarkan, sebelum dibawa ke rumah sakit, S, pasien positif Covid-19 asal Kelurahan Cakranegara Barat, Kota Mataram, NTB, baru selesai salat tarawih di masjid lingkungan sekitar.
Untuk itu, hari ini tim medis dari Puskesmas Taliwang akan ke lingkungan tempat pasien S tinggal melakukan tracing kontak pasien.
Hal itu dilakukan mengingat banyak masyarakat yang turut melakukan shalat tarawih bersama S.
"Saat kami melakukan pengecekan ke rumahnya, yang bersangkutan justru tidak ada.
"Mestinya kan isolasi mandiri sejak kepulangannya dari Gowa Makassar.
"Kami cek justru shalat tarawih bersama banyak warga di Masjid Nurul Yakin, " kata Camat Cakranegara Erwan saat dikonfirmasi, Kamis (30/4/2020).
Erwan mengatakan, S memiliki riwayat menghadiri Ijtima Ulama Sedunia di Gowa, Sulawesi Selatan, beberapa waktu lalu.
S kemudian dites swab, dan belakangan diketahui hasilnya positif.
Namun, S tidak memberitahu kepala lingkungan bahwa dia dites swab.
Sehingga warga tidak mengetahui bahwa S harusnya menjalani isolasi,
Petugas ber-APD lengkap mendatangi rumah S, tapi pasien ini malah menolak diisolasi.
Dia merasa sehat, dan tidak memiliki gejala seperti pasien Covid-19 pada umumnya.
Sempat terjadi perdebatan alot antara S dengan petugas.
Namun, akhirnya pria berusia 57 tahun ini melunak setelah dijelaskan bahwa keberadaannya membahayakan warga lain juga keluarga,
S akhirnya dengan sukarela dibawa tim medis naik ambulans ke RSUD Kota Mataram untuk menjalani isolasi.
Sebelumnya diberitakan, viral video seorang pasien positif Covid-19 enggan dibawa ke rumah sakit untuk diisolasi.
Pasien yang belakangan diketahui berinisial S (57) ini merupakan pasien positif Covid-19 nomor 229 yang berasal dari Kelurahan Cakranegara Barat, Kota Mataram.
Berdasarkan data Satgas Covid-19 NTB, jumlah pasien positif terus meningkat menjadi 230 kasus, di mana sebagian besar dari klaster Ijtima Ulama Gowa.
Kasus terbanyak berasal dari Kota Mataram berjumlah 77 kasus dengan 2 kasus kematian,
menyusul Lombok Barat 35 kasus, dan Dompu 32 kasus dengan 1 kasus kematian.
Sedangkan kasus di Lombok Timur berjumlah 29 kasus, Lombok Tengah 17 kasus, Kabupaten Bima 15 kasus dengan 1 kasus kematian,
Kabupaten Lombok Utara 11 kasus, 10 kasus di Kabupaten Sumbawa, serta masing masing 2 kasus di Kota Bima dan Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) dengan 1 kematian di KSB. (Kompas.com)
(Penulis : Kontributor Grobogan, Puthut Dwi Putranto Nugroho | Editor : Teuku Muhammad Valdy Arief)
Sumber: Kompas.com