Keuangan

Pengeluaran Membengkak Karena WFH? Berikut Tips Pintar Atur Uang yang Bisa Digunakan

Editor: Isvara Savitri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

rahasia-mengelola-keuangan

TRIBUNMANADO.CO.ID, KEUANGAN - Kebijakan work from home (WFH) tak hanya berdampak pada kesehatan tetapi juga keuangan keluarga.

Hal tersebut salah satunya bisa jadi karena penggunaan alat elektronik yang banyak dan dalam jangka waktu lama.

Lalu, untuk meeting, anak belajar jarak jauh, butuh kuota internet yang lebih besar dibandingkan biasanya.

Ini masih ditambah dengan AC dan kipas angin yang mungkin menyala lebih lama, kegiatan memasak yang meningkat, air minum galon yang lebih cepat habis, pompa air yang hidup lebih sering, dan lain-lain.

Duh, bisa-bisa pengeluaran membengkak, nih. Pusing, deh!

Memang susah-susah gampang mengatur keuangan dalam kondisi seperti ini.

Apalagi, jika kondisi keuangan kita sekarang sedang tidak stabil.

Bisa karena usaha kita terganggu karena penjualan tak selaris bisanya, atau karena kantor kita sudah memberlakukan pemotongan gaji atau bonus.

Namun, bukan berarti kita yang punya pendapatan tetap dan belum mengalami gangguan boleh tenang dan bersenang-senang, ya.

Menurut Tejasari CFP, konsultan finansial, menghadapi kondisi seperti ini kita mesti mengatur ulang penempatan bujet bulanan keluarga.

Ya, mungkin biasanya kita telah menempatkan dana ke setiap pos dengan pembagian 40-30-20-10 (40 persen untuk biaya hidup dan pengeluaran rutin, 30 persen untuk cicilan dan tagihan, 20 persen untuk kebutuhan pribadi (me time), 10 persen untuk tabungan dan investasi).

Tapi kini tampaknya kita harus merombak komposisi ini agar tak membengkak di satu pos dana saja.

“Kalau yang gajinya tetap, artinya tidak ada pengaruh apa pun di gajinya, mereka tinggal menyiasati dengan mengatur dari satu bujet ke bujet lain.

Ya, bisa dialihkan ke biaya listrik dan WiFi, atau pos lain yang memang butuh sokongan dana. Jadi pertu switching budjet.

Kita mengubah bujet dan disesuaikan dengan kondisi sekarang. Nah, bagi yang pendapatannya tidak tetap, juga sama. Namun, memang harus lebih ekstra berhemat dan ketat karena income berkurang,” jalas Tejasari saat dihubungi NOVA.

Ya, karena semua aktivitas dijalankan di rumah, maka ada beberapa bujet yang tidak terpakai, misalnya biaya transportasi, seperti bensin, tol, parkir, ongkos angkutan (kereta, bus, MRT).

Ada juga biaya me time atau senang-senang yang biasanya dianggarkan 20 persen dari gaji, seperti ke salon, ke mal, pijat, dan lain sebagainya.

Nah, Anda bisa menutup lonjakan biaya rumah tangga tadi dengan memindahkan alokasi dana transportasi dan me time itu. 

Tapi, berapa besar dana yang dipindahkan?

“Full dipindahin untuk meng-cover peningkatan-peningkatan karena di rumah tadi. Nah, dana itu kita masukkan ke pos dana kebutuhan hidup yang biasanya 40 persen tiap bulan,” ujar Tejasari.

Dengan begitu, biaya kebutuhan hidup bisa mencapai 60 persen dari pendapatan.

Sehingga, jika asumsi pendapatan kita Rp 5 juta satu bulan, maka yang biasanya alokasi dana kebutuhan hidup Rp 2 juta kini bisa menjadi Rp 3 juta.

Tentu dengan menghilangkan pengeluaran untuk transportasi di dalamnya.

Sehingga, dana Rp3 juta ini bisa murni kita keluarkan untuk kebutuhan harian rumah tangga yang dibutuhkan dalam kondisi saat ini.

Dengan begitu, pengeluaran selama WFH tak jadi membengkak dan meledak, deh!(*)

Artikel ini telah tayang di NOVA dengan judul Ini Tips Pintar Atur Uang Atasi Pengeluaran WFH yang Membengkak!.

Berita Terkini