TRIBUNMANADO.CO.ID, TOMOHON - Detak nadi Pasar Beriman Tomohon tetap berdenyut kendati tak seramai biasanya, Kamis (09/04/2020) siang.
Pasar basah tradisional terbesar di kawasan timur Indonesia itu seakan menyambut tri hari suci, Kamis Putih, Jumat Agung dan Paskah.
Tahun ini, Beriman memang tak sepadat biasanya dibanding masa jelang Paskah tahun-tahun sebelumnya.
Wajar karena tengah ada larangan ramai-ramai dalam rangka social and physical distancing untuk pencegahan Corona Virus Desease (Covid-19).
• Camat Tomini Berikan Semua TKD Miliknya Bantu Warga Kurang Mampu
Meski begitu, orang-orang tetap datang belanja kebutuhan. Dio Grendio datang jauh-jauh dari Malalayang Manado untuk belanja.
Pegawai maskapai penerbangan itu membeli daging babi, sayur dan bumbu lainnya. Meski tengah social distancing, Dio tetap ke pasar. Lengkap dengan masker dan sarung tangan
"Besok Jumat Agung lalu lusanya Paskah. Sudah tradisi, makan bersama keluarga. Jadi biar sedikit harus ada menu khusus. Ya minimal (sup) brenebon pakai kaki (babi)," kata warga Malalayang I Barat itu.
Ia pun selalu datang belanja di Beriman ketika ada hari-hari besar seperti Pengucapan, Natal dan Tahun Baru. "Di sini lengkap, mudah cari babi utang (Babi Hutan) dan harga dagingnya lebih murah dari Manado," katanya.
• Leida Pontoh: Harga Bahan Pokok di Bolmut Masih Terkendali
Kamis ini hari terakhir pasar dibuka Paskah. Sabtu (11/04/2020) nanti tak ada lagi pasar dengan pertimbangan mencegah Covid-19.
Piet, pedagang daging babi bersyukur orang yang datang lumayan ramai. Meskipun, penilaiannya tak seramai sebelumnya di momen menjelang Paskah.
"Yah lumayan-lah, ada yang datang di tengah kondisi begini. Biasa, untuk jalan susah karena saking padatnya di sini," katanya.
• Ini Penjelasan Tatong Bara Terkait Pembangunan Posko Screening Kesehatan
Hangar tempat daging babi memang selalu jadi favorit. Selalu padat di masa-masa hari raya Kristen.
Jelang Paskah tahun ini, Piet bilang pembeli turun. "Lumayan hari ini banyak yang datang. Sebelum ini, untuk habiskan satu ekor saja sulit," katanya.
Ya, seharusnya di momen jelang Paskah jadi momentum bagi Piet dan para 'tukang potong' yang lain untuk panen. Tapi apa mau dikata, Covid-19 mengubah peruntungan.
Ia bersyukur masih bisa menjual meski tak sebanyak ketika tak ada Covid-19. Dulu, masa jelang Paskah begini, Piet bisa menjual hingga 10 ekor babi ukurang 100-120 kg dalam sehari.
• Rayakan HUT ke-12, Bawaslu Bolsel Bagikan 100 Paket Sembako ke Warga Kurang Mampu
Kali ini ia bersyukur masih bisa menjual setidaknya setengah dari itu. Padahal, harga daging pun telah turun sejak dua pekan lalu.
Daging babi campur yang biasa dijual Rp 50 ribu per kilogram, kini Rp 40 ribu per kilogram. Kali babi yang biasa dijual Rp 60 ribu, kini dilego Rp 50 ribu saja.
Begitu pula harga daging Babi Hutan (Celeng). Biasanya, dijual Rp 40 ribu per kg, kini tinggal Rp 30 ribu per kilogram. Begitu juga daging ular Patola (Piton).
"Semoga wabah Covid-19 ini lekas berlalu," ujar warga Paslaten, Tomohon Tengah sambil mengiris daging pesanan pembeli.(ndo)
• 30 Gambar Poster Covid-19 atau Virus Corona yang Cocok Dibagikan untuk Bahan Edukasi di Medsos