Dalam riset tersebut, 50 dari 54 pasien yang meninggal akibat Covid-19 mengalami sindrom gangguan saluran pernapasan akut.
Hanya sembilan dari 137 pasien yang selamat dari sindrom tersebut.
"Inilah yang membuat infeksi virus ini menyebabkan kematian yang signifikan," ucap Mukhopadhyay, dilansir dari Cleveland.
Pasien yang telah mengalami sindrom gangguan pernapasan akut biasanya mengalami gejala seperti sesak napas mendadak, napas terasa cepat, pusing, detak jantung yang cepat, dan keringat berlebih.
Pasien ARDS juga mengalami kerusakan alvelolar difus atau kerusakan pada dinding kantung udara di paru-paru.
Padahal, kantung udara tersebut berfungsi membantu oksigen masuk ke dalam sel darah merah.
Pada paru-paru orang sehat, oksigen di dalam kantung udara ini bergerak ke pembuluh darah kecil atau kapiler.
Lalu, kapiler bertugas mengirimkan oksigen ke sel darah merah.
Sementara itu, virus corona bisa merusak sel-sel dinding kantung udara dan selaput alveolus serta kapiler.
Kerusakan tersebut menyebabkan dinding alveolus menebal.
"Kerusakan kapiler juga menyebabkan kebocoran protein plasma yang menambah ketebalan dinding kantung udara," tambah Mukhopadhyay.
Akibatnya, oksigen semakin sulit dialirkan ke sel darah merah, berbagai risiko masalah kesehatan kronis pun meningkat hingga menyebabkan kematian.
Dengan memahami bagaimanan efek infeksi virus corona jenis baru, Mukhopadhyay berharap masyarakat agar selalu waspada.
“Tolong jangan anggap ini hanya sebagai infeksi virus yang akan berlalu,” katanya.
Dia juga menyarankan agar kita melakukan tindakan pencegahan seperti yang telah disarankan para ahli kesehatan.