NEWS

Tentara Amerika Tak Ada di Pangkalan Militer yang Diserang Iran, Warga Irak Malah jadi Korban

Penulis: Rhendi Umar
Editor: Rhendi Umar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rudal diluncurkan Iran ke Pangkalan Udara Ayun Al-Assad, Irak.

TRIBUNMANADO.CO.ID - Serangan Iran yang menyerang pangkalan militer Amerika Serikat di klaim tidak dihuni oleh tentara Amerika Serikat ( AS)

Pejabat militer AS mengatakan, pihaknya mendapatkan peringatan dini berupa alarm, sebelum rudal balistik Iran menyerang pangkalan udara di Irak, R\bu (8/2/2020) pagi WIB.

Orang-orang yang berada dalam bahaya, kata pejabat militer itu kepada cnn.com, bisa mencapai bungker tepat waktu, sebelum rudal menghantam.

Rudal kiriman Iran yang menghantam daerah-daerah pangkalan al-Asad itu, juga diduga tidak dihuni oleh tentara AS.

Hal itu berdasarkan penilaian awal pejabat militer dan pejabat senior administrasi AS.

TERKINI, Pesawat Ukraina Angkut 180 Penumpang Jatuh di Iran, Tak Lama Setelah Lepas Landas

Para pejabat mengatakan, AS sedang menunggu siang hari untuk mendapatkan penilaian penuh dari hasil aksi balasan Iran itu.

Sementara, sebuah sumber keamanan di Irak mengatakan, ada korban dari warga Irak di pangkalan itu.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berkomentar di akun Twitter-nya, menanggapi serangan Iran di dua lokasi di Irak.

Iran pertama kali menyerang pangkalan udara Amerika Serikat (AS) di al-Assad di Anbar, pada Rabu (8/2/2020) pagi waktu setempat.

Lantas, dikutip Wartakotalive dari sputniknews.com, sekitar lima roket menghantam Camp Taji, pangkalan koalisi AS yang terletak 27 kilometer utara Baghdad.

Sebuah sumber militer dari Teheran mengatakan, jet militer Iran mengudara dan terbang di daerah perbatasan saat operasi berlangsung.

"Semua baik-baik saja! Rudal diluncurkan dari Iran di dua pangkalan militer yang berlokasi di Irak."

"Asesmen korban & kerusakan sedang dilakukan. Sejauh ini bagus!"

"Sejauh ini, kita memiliki militer yang paling kuat dan lengkap di seluruh dunia! Saya akan membuat pernyataan besok pagi," tulis Donald Trump di akun Twitter @realDonaldTrump.

Rabu (8/2/2020) pagi WIB, Iran menyerang pangkalan udara Irak al-Assad di Provinsi Anbar.

Tembakan roket menyerang markas militer yang terdapat banyak tentara Amerika Serikat (AS) itu.

Kata pejabat militer yang tidak disebut namanya kepada VOA, “ini berarti permainan sudah berubah.”

Ia tidak menjelaskan apa yang disebutnya “permainan” itu, tapi menambahkan AS akan melancarkan serangan pencegahan jika diperlukan, untuk menghentikan serangan atas pasukan AS di kawasan itu.

Anbar adalah pusat pemberontakan warga Sunni dan merupakan pangkalan kelompok militan ISIS yang pernah menguasai kota-kota seperti Fallujah dan Ramadi.

Belum ada pihak atau kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan roket pada Rabu (8/1/2019) dini hari waktu setempat itu.

Pembunuhan Hakim, Hadir Sebagai Tersangka, Zuraidah Gunakan Hijab Hitam Dan Baju Tahanan Polda

Namun, laporan kantor berita Associated Press mengutip televisi resmi Iran mengatakan, pemerintah telah meluncurkan rudal darat ke darat ke pangkalan udara itu.

Sumber-sumber VOA mengatakan, sedikitnya telah terjadi 30 penembakan rudal seperti itu.

Sebelumnya, Qasem Soleimani dan komandan milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis, tewas dalam serangan rudal Amerika Serikat di Bandara Baghdad, Irak, Jumat (3/1/2020).

Dikutip dari AFP, Pentagon menyatakan serangan tersebut merupakan arahan dari Presiden AS Donald Trump.

Soleimani tewas saat hendak menuruni pesawat.

Pemimpin Spiritual Iran Ayatollah Ali Khamenei mendeklarasikan hari berkabung nasional selama tiga hari atas kematian Soleimani.

"Mereka yang membunuh Soleimani akan mendapatkan pembalasan yang sangat kejam," katanya.

Serangan ini terjadi dua hari setelah milisi Syiah Irak dan simpatisannya menyerang kedutaan besar (kedubes) Amerika Serikat di Baghdad.

Insiden itu merupakan balasan dari AS yang membombardir markas Kataib Hizbullah pada akhir pekan lalu hingga menewaskan 25 orang.

Presiden Donald Trump lantas mengibarkan bendera AS di akun twiternya @realDonaldTrump pada Jumat (3/1/2019), setelah membunuh Soleimani.

Namun, Donald Trump didemo warga AS, lantaran membunuh seorang Jenderal Iran pada serangan rudal Jumat lalu.

Dikutip dari Afp.com pada Minggu (5/1/2019), sekitar 200 pendemo berada di luar Gedung Putih, Washington DC pada Sabtu kemarin.

Demonstran berkumpul dan berteriak "no war on Iran" (jangan ada perang di Iran).

Serta, menuliskan berbagai slogan seperti "no justice, no peace, US out of the Middle East" (tidak ada keadilan, tidak ada perdamaian, Amerika harus keluar dari Timur Tengah).

"Kami tak akan membiarkan Amerika Serikat negara kami menjadi pemimpin perang yang tidak berguna di Timur Tengah," ujar orator.

Seusai berdemonstrasi di Gedung Putih, aksi sempat bergeser ke Trump International Hotel.

Selain di luar Gedung Putih, setidaknya ada 70 titik di kota lain yang menggelar aksi menolak sikap Trump itu.

Seperti di New York, pendemo menuntut agar Trump menarik 5.000 tentara AS dari Irak.

Trump diketahui membunuh Jenderal Iran, Qasem Soleimani dengan tujuan untuk menghentikan perang, bukan untuk memulai perang baru.

Pentagon Bersiap Serang Iran, Diprediksi Awal Perang Dunia III, Rusak Parah

Demikian disampaikan Trump seperti dilansir dari AP, Sabtu (4/1/2019).

Menurut dia, Soleimani merupakan komandan Pasukan Quds, sayap dari kesatuan elite Garda Revolusi, tewas di Bandara Internasional Baghdad, Irak.

Soleimani tewas bersama pemimpin paramiliter Irak Hashed al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis, dan enam orang lainnya akibat serangan drone.

Trump menyebut Soleimani adalah sosok kejam, yang menjadikan kematian orang tak berdosa sebagai hasratnya yang sakit.

"Kita merasakan kenyamanan saat mengetahui, kekuasaan terornya sudah berakhir," kata Trump

Meski begitu, Trump mengaku tidak berniat menggantikan rezim pemerintahan di Iran, ketika menyerang Soleimani.

Pemerintah Iran lantas mengambil sikap tak lagi mematuhi batasan pengayaan uranium yang diatur dalam perjanjian nuklir 2015.

Sikap itu diambil menyusul tewasnya perwira tinggi militer Iran Mayor Jenderal Qasem Soleimani, dalam serangan udara Amerika Serikat di Baghdad, Irak, Jumat (3/1/2020).

"Program nuklir Iran tidak lagi menghadapi batasan dalam operasional," kata Pemerintah Iran, dikutip dari AFP, Senin (6/1/2020).

Dengan tak lagi mematuhi batas pengayaan uranium, Iran kembali melanjutkan program nuklir.

BALAS Kematian Qassem Soleimani, Iran Hujani Pangkalan Militer Amerika Serikat dengan Roket

Perjanjian nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015 yang digagas di era Presiden AS Barack Obama, menetapkan Iran harus membatasi pengayaan uranium hingga 3,67 persen.

Angka itu jauh dari keperluan mengembangkan senjata nuklir sebesar 90 persen.

Timbal baliknya, negara Barat akan mencabut serangkaian sanksi terhadap Teheran.

Selain AS, negara yang menandatangani kesepakatan nuklir JCPOA adalah Inggris, Prancis, Jerman, Cina, Rusia, dan Uni Eropa.

Namun, di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, AS menarik diri secara sepihak dari perjanjian nuklir itu pada Mei 2018, dan kembali menerapkan sanksi atas Iran. (CC)

SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUNMANADO OFFICIAL:

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Pejabat Sebut Pangkalan Militer yang Diserang Iran Tak Dihuni Tentara AS

Berita Terkini