Waspada Fenomena Seruak Dingin

Penulis: Tim Tribun Manado
Editor: Lodie_Tombeg
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI cuaca ekstrem - BMKG memberikan informasi peringatan dini cuaca ekstrem yang akan melanda sejumlah wilayah di Indonesia pada Kamis (22/8/2019) besok.

TRIBUNMANADO.CO.ID - Curah hujan yang cukup tinggi di wilayah Jabodetabek bukan menjadi masalah satu-satunya yang akan dihadapi oleh pemerintah dan masyarakat dalam waktu dekat. Sebentar lagi akan ada fenomena alam yang muncul mendekati wilayah Indonesia.

TNI Kerahkan Kapal Perang Hadapi Tiongkok

Fenomena ini akan melintasi hampir seluruh wilayah di tanah air dan akan menyebabkan peningkatan intensitas hujan, sebelum akhirnya berlabuh di Samudera Pasifik. Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan ada fenomena 'cold surge' atau seruakan dingin yang masuk melalui Laut Cina Selatan (LCS).

'Cold surge' ini merupakan aliran udara dingin yang berasal dari daratan Asia kemudian menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian Barat. "Tanggal 5 sampai tanggal 10 (Januari ini), jadi saya ulangi, sebelumnya curah (hujan) bisa intensitas tinggi karena sekitar tanggal 20-an kami melihat ada gejala masuknya 'cold surge' yaitu seruak atau terobosan udara dingin yang masuk lewat Laut Cina Selatan," ujar Dwikorita, di Gedung BPPT 2, Jakarta Pusat, Jumat (3/1) sore.

Ia kemudian menambahkan bahwa fenomena ini biasa terjadi saat Asia memasuki musim dingin, yakni di wilayah Cina atau dataran Tibet serta Hong Kong. "Ini pengaruh dari perbedaan tekanan udara yang ada di Cina atau Tibet dengan Hong Kong. Bayangkan ada di Cina, Tibet, Hong Kong, pengaruhnya sampai Jabodetabek," jelas Dwikorita.

Lebih lanjut Dwikorita menjelaskan bahwa wilayah Sumatera Barat akan mengalami intensitas hujan yang cukup tinggi pertama kali karena menjadi gerbang masuk dari fenomena 'Cold Surge' pada 5 Januari 2020 mendatang. "Arak-arakan aliran udara basah, berjalan di sepanjang equator ini kurang lebih diprakirakan tanggal 5 Januari masuk melalui Sumatera Barat, pantai barat Sumatera," kata Dwikorita.

Ia kemudian menambahkan 'cold surge' ini nantinya akan bermuara di Samudera Pasifik. Namun akan ada beberapa wilayah di Indonesia yang terkena perlintasan fenomena ini.

Nyaris seluruh wilayah di Sumatera akan merasakan dampak yang dibawa oleh 'cold surge'. Oleh karena itu, Dwikorita pun berharap agar semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat dapat memahami secara baik prakiraan yang disampaikan BMKG dalam waktu dekat ini.

"Tujuannya itu maunya ke Samudera Pasifik, intinya ke Pasifik. Tetapi jalurnya melewati Kepulauan Indonesia, masuknya lewat Sumatera bagian Barat, menuju ke Kalimantan, nyenggol ke Jawa, Bangka Belitung, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung.

Musim Puncak Hujan, Beberapa Titik di Manado Tergenang, Kumurur: Sistem Drainase Masih Buruk

Sehingga mohon ini diperhatikan prakiraannya," ujar Dwikorita. Ia pun menekankan akan ada peningkatan intensitas curah hujan selama 5 hingga 10 Januari 2020. "Jadi pada tanggal tersebut, 5 sampai 10 curah hujan intensitasnya diperkirakan meningkat lagi," kata Dwikorita.

Biasanya, kata dia, intensitas curah hujan mulai meningkat menjelang malam hingga dini hari. Sementara pada pagi hingga menjelang siang, cuaca masih tergolong aman, "Tapi kalau sudah menjelang gelap itu biasanya intensitasnya meningkat," kata Dwikorita.

Ilustrasi hujan petir - Simak peringatan dini BMKG besok Kamis, 19 Desember 2019. Waspada cuaca ekstrem di sejumlah wilayah. (Science Daily)

Dalam paparannya terkait prakiraan tersebut, wilayah lainnya di pulau Jawa selain Jabodetabek juga berpotensi dilintasi ‘cold surge’. "Nah jadi untuk wilayah (lintasan) tadi Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung kemudian sampai Jabodetabek dan Jawa. Ini Jawa ya, tidak hanya Jabodetabek, jadi DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur itu juga potensi," papar Dwikorita.

Selanjutnya, setelah tanggal 11 hingga 15 Januari 2020, diprakirakan pergerakannya masuk ke Kalimantan Barat, "Ini terus bergerak ke arah Timur melewati bagian Selatan lalu ke Kalimantan bagian Timur, akhirnya mampir di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara," ujar Dwikorita.

Dwikorita menuturkan bahwa 'cold surge' ini diprakirakan akan mulai masuk ke Samudera Pasifik pada 15 Januari 2020. Sehingga ia berharap masyarakat serta pemerintah daerah yang dilintasi 'cold surge' ini bersiap untuk menghadapi intensitas curah hujan yang cukup tinggi pada tanggal yang ia sebutkan itu.

"Ini mereka (cold surge) berjalan terus, pengaruhnya tanggal 11 sampai 15, itu intensitas tinggi di zona-zona tersebut. Dan 15 (Januari) itu sudah mulai luluh, dan mereka menuju ke Samudera Pasifik," pungkas Dwikorita.

Sebar Garam

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sudah memulai teknologi modifikasi cuaca guna mengurangi curah hujan di Jabodetabek. Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT Trihandoko Seto mengatakan, semua awan yang bergerak ke Jabodetabek akan disemai dengan bahan Natrium Klorida (NaCl).

"Mulai tanggal 3 Januari akan dilakukan operasi. Pagi hari dilakukan prediksi dan monitoring pertumbuhan dan pergerakan awan. Semua awan yang bergerak ke Jabodetabek dan diperkirakan akan hujan di Jabodetabek akan disemai dengan pesawat menggunakan bahan semai NaCl," kata Trihandoko.

Banjir Genangi Lapangan Sparta Tikala, Kepala BPBD: Pasti karena Sampah

Trihandoko menuturkan, BPPT sudah melakukan analisis pertumbuhan awan penyebab hujan di Jabodetabek. Awan-awan tersebut berasal dari sebelah barat dan barat laut Jabodetabek yaitu selat Sunda, Lampung, dan sekiatrnya. "Diharapkan, awan akan jatuh sebelum memasuki Jabodetabek," ujar Trihandoko.

Modifikasi cuaca ini merupakan salah satu hasil rapat koordinasi yang berlangsung di Kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Kamis (2/1) kemarin. Trihandoko menyebut, satu unit pesawat Casa, satu unit pesat CN-295 sudah disiapkan untuk menyemai NaCl. Sedangkan, satu unit pesawat Hercules disiapkan sebagai cadangan. Sementara itu, Kapusdatinkom

Badan Nasional Penanggulangan Bencana Agus Wibowo mengatakan sebanyak 22 ton garam siap ditebar di sekitar wilayah Jabodetabek. Hal tersebut untuk mengatur volume hujan yang turun.

"Sudah disiapkan 22 ton bahan semai(garam). Nanti akan kita tambah lagi stoknya," ujar Agus. (Tribun Network/fit/kps/wly)

Berita Terkini