Sehingga selayaknya kita tidak merasa memiliki pendapat paling benar dan selalu melihat pendapat orang lain salah.
Lihatlah para ulama dahulu dalam bersilang pendapat. Imam Asy-Syafi‘i misalnya.
Beliau mengatakan, “Pendapatku ini benar, tetapi mungkin ada salahnya. Pendapat orang lain keliru, tetapi mungkin ada benarnya.”
Kedua, perkuat keyakinan walau dalam amal kita terdapat kekurangan.
Sebab, hanya keyakinan yang melandasi dan mendasari setiap amal perbuatan. Tetaplah beramal seraya memperbaiki titik-titik kekurangannya.
Teguhkan tauhid, perkuat keimanan, dan perbanyak ilmu dengan banyak berguru kepada para ulama yang takut pada Allah, bukan ulama yang semata mengejar popularitas dunia, sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur’an, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama,” (QS Fathir: 28).
Ketiga, hentikan lisan dari mengumbar keburukan saudara-saudara kita.
Jangan menyibukkan diri dengan mencari-cari atau menyebarluaskan aib orang lain, sementara dalam diri sendiri masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki.
Alih-alih saling menjelekkan, kita justru harus saling menguatkan dan saling mendamaikan.
Tatkala ada kekurangan, jangan lekas menghakimi, namun harus saling memperbaiki, sebagaimana pesan Al-Qur’an, “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.
Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami memberi pahala yang besar kepadanya,” (QS Al-Nisa’ [4]: 114).
Keempat, cukuplah akibat dosa-dosa kita, kita sendiri yang menanggung. Jangan bawa akibat dosa-dosa itu kepada saudara-saudara kita.
Secara tidak langsung, kita dituntut untuk tidak merugikan orang lain.
Daripada banyak memberi kerugian, mestinya kita banyak memberi manfaat kepada orang banyak. “Sebaik-baiknya manusia adalah yang banyak memberi manfaat kepada sesama.”
Demikian tutur pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam riwayat al-Thabrani.