"Contoh supaya negara Islam ini bikin mata uang bersama, terus bikin pasar bersama, bikin pakta pertahanan bersama, bikin kurikulum pendidikan bersama," jelas Ali Abu Bakar Alatas.
Dengan kata lain, kerjasama multilateral antar negara-negara Islam dengan asas Pancasila.
"Sebagaimana Uni Eropa," terangnya.
Ali Abu Bakar Alatas mengakui memang dalam AD/ART FPI terdapat kata khilafah.
Menurutnya kata khilafah sering kali disalahpahami maknanya.
Seolah-olah khilafah ini hanya satu kelompok, hanya satu pemikiran, padahal Menurut Ali Abu Bakar Alatas khilafah ini mempunyai banyak dinamika dan kajian yang luar biasa banyak.
"Cuma memang yang disalahpahami adalah seolah-olah khilafah ini hanya satu kelompok, hanya satu pemikiran, padahal dinamikanya banyak, kajiannya luar biasa banyak," jelasnya.
Lebih lanjut, Ali Abu Bakar Alatas menjelaskan bahwa asal mula kata khilafah adalah dari keyakinan umat Islam mengenai kedatangan Imam Mahdi yang akan datang pada akhir jaman.
"Nah kemudian untuk menyambut kedatangan Imam Mahdi itu, kita berpikir apa yang kita bisa kita berikan terus tidak bertentangan secara konstitusional juga tidak bertentangan dengan realita yang ada," terangnya.
Alasan tersbeut menjadi latar belakang FPI dalam membuat AD/ART yang satu di antara terkandung kata khilafah.
Abu Janda dan Haikal Hassan Debat soal Ahok
Pegiat Media Sosial, Permadi Arya alias Abu Janda berdebat dengan Juru Bicara Persatuan Alumni (PA) 212, Haikal Hassan.
Keduanya memperdebatkan soal penistaan agama yang menyeret sejumlah tokoh.
Namun, perdebatan keduanya justru ditanggapi dengan candaan oleh Pengamat Tata Negara, Refly Harun.
Dilansir TribunWow.com, Abu Janda menyebut ada sejumlah kasus penistaan agama yang tak jelas kelanjutannya.
Melalui tayangan YouTube KOMPASTV, Senin (2/12/2019), Abu Janda mulanya menyinggung kasus penistaan agama yang menyeret nama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.