Ini Kritik Keras terhadap Presiden Jokowi dan Samakan Prabowo dengan Duterte

Penulis: Tim Tribun Manado
Editor: Sigit Sugiharto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jokowi Prabowo

Hampir dua tahun menjabat sebagai gubernur, Jokowi terpilih sebagai presiden, dan menjadi presiden kedua yang dipilih langsung oleh rakyat. Tak hanya itu, yang lebih krusial, dia adalah presiden pertama dari luar elite Jakarta.

Mengecam penyelenggaraan pemerintahan yang sangat birokratis dan korupsi, dia menjanjikan gaya kepemimpinan yang tegas dan efektif. 

Mulai dari melindungi para pengusaha kecil dan menengah saat ia menjadi Wali Kota Surakarta, sampai kepada proyek-proyek infrastruktur berskala besar di Jakarta, Jokowi punya banyak nilai "A" yang dipamerkan selama pemilihan presiden.

Dia bahkan berjanji untuk "berjuang melindungi hak-hak asasi manusia" sebagai bagian dari "perjuangan melawan ketidakadilan" yang lebih luas.

Mengkapitalisasi latar belakang sebagai rakyat biasa dari kota kecil, Jokowi berjanji akan berjuang untuk rakyat kecil, rakyat jelata, dengan tulus.

Yang lebih menggembirakan lagi, Jokowi mendukung pencalonan mitra politik lamanya, Basuki Tjahaja Purnama yang dikenal sebagai "Ahok" dalam pilgub, yang akan menjadi Gubernur Jakarta pertama dari etnis Tionghoa dan Kristen di negara Muslim yang sangat konservatif.

Masalah di Surga

Pemilu Jokowi 2014 mewakili visi Indonesia yang beragam dan demokratis, model yang sangat dibutuhkan untuk sebuah wilayah penuh perselisihan etnis dan pemerintahan otoriter.

Namun, di awal masa kepresidenannya, ia menunjukkan tanda-tanda yang mengganggu para pendukung reformasi liberal.

Hanya beberapa bulan ia memerintah, ia mengembalikan hukuman mati, yang sebelumnya telah ditangguhkan oleh para pendahulunya.

Dalam rentang enam bulan setelah ia terpilih, sebanyak 14 orang telah dieksekusi, meskipun ada protes keras dari dunia internasional.

Terlebih lagi, Jokowi tampaknya mengendorse pembunuhan di luar hukum (extrajudicial killings) terhadap para tersangka pengedar narkoba, berbasis perang narkoba seperti dilakukan Presiden Rodrigo Duterte di Filipina, yang telah menewaskan ribuan orang.

Indonesia bahkan memberikan penghargaan kepada kepala pelaksana perang narkoba Duterte, yakni mantan Kepala Kepolisian Filipina Bato Dela Rosa, dengan Bintang Bhayangkara Utama (Medal of Honor) yang bergengsi, sementara Jokowi dengan hangat menyambut orang kuat Filipina itu selama beberapa kali kunjungan ke Jakarta.

Namun, aspek paling meresahkan pada awal masa kepresidenannya adalah pengabaian politik Jokowi terhadap sekutu awalnya, Ahok, yang dihukum karena penistaan ​​agama dan dipenjara pada 2017.

Menjelang pemilihan ulang, presiden Indonesia itu meninggalkan kandidat reformis untuk posisi wakil Presiden dan dia lebih mendukung pemimpin garis keras Islam Ma'ruf Amin, yang memainkan peran penting dalam pemenjaraan kontroversial Ahok atas tuduhan penistaan ​​agama.

Halaman
123

Berita Terkini