RMN meledakan diri di Mapolrestabes Medan, Jalan HM Said, Kota Medan, Sumut, pada Rabu pagi kemarin. Kejadian itu mengejutkan para petugas kepolisian dan ratusan warga yang tengah melakukan pelayanan SKCK.
• Wagub Kandouw Dampingi Jusuf Kalla Hadiri Pelantikan Pengurs Dewan Masjid Indonesia Sulut
Dari serangan teror itu, RMN tewas di tempat dengan kondisi tubuh tidak utuh. Selain itu, sebanyak enam orang lainnya mengalami luka-luka. Keenam korban adalah empat anggota polisi, seorang satu pekerja harian lepas (PHL), dan satu masyarakat sipil. Ledakan itu juga mengakibatkan tiga mobil dinas polisi dan satu kendaraan pribadi mengalami kerusakan.
Dalam aksinya, RMN mengenakan jaket pengemudi ojek online dan sempat menolak pemeriksaan petugas di Mapolrestabes Medan. RMN pun mengaku ikut membuat SKCK untuk pengajuan pendafataran CPNS.
Kartu identitas pelaku, RMN, tertera berstatus pelajar/mahasiswa dan lahir di Kota Medan, 11 Agustus 1995 atau masih berusia 24 tahun. Berdasarkan catatan kependudukan, RMN tinggal di bilangan Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan.
Sekeluarga Diangkut
Mardiaz menjelaskan, selain D, petugas juga mengamankan orangtua dari D dan RMN, untuk dimintai keterangan sebagai saksi. "Jadi, sampai saat ini ada 12 orang saksi yang sudah kami periksa. Ada istri, orangtuanya, mertua, kakak dan tetangganya," ujar Mardiaz.
Menurut Mardiaz, polisi masih mendalami semua keterangan para saksi untuk disinkronkan. Dari keterangan sementara istri pelaku bom Medan, diduga Rabbial terafiliasi kelompok radikal. "Kalau kita melihat dari pengakuannya kemudian dari pelajaran agamanya yang sempat kami ambil bukunya, memang kami menduga ini juga kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan kelompok radikal," sambung dia.
Tertutup
RMN dan istri, D, telah menikah sejak tiga tahun lalu. Keduanya kerap berpindah tempat tinggal sebelum menempati rumah kontrakan di Pasar I Rel Gang Melati VIII No 212 C Lingkungan VI, Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kecamatan Medan Marelan. Di rumah komntrakan itu, keduanya baru tinggal sekitar dua bulan.
Keberadaan D sempat menjadi tanda tanya pihak kepolisian. Sebab, dalam serangkaian penggeledahan di rumah pelaku, termasuk di rumah orangtua D di Kecamatan Medan Marelan, yang bersangkutan tak muncul.
Warga sekitar rumah juga kurang mengenal keseharian D, karena merupakan sosok yang tertutup.
Informasi yang dihimpun, D bersama adiknya, W, sehari-hari menjual lontong pagi di depan teras rumah orangtuanya di Jalan Pasar II Marelan. Rumah pelaku dan istrinya di Gang Melati 8, Kelurahan Tanah 600, yang kemarin digeledah polisi juga dalam keadaan kosong.
Dalam penggeledahan itu, polisi mengamankan sejumlah barang, antara lain, timbangan, barang elektronik, kabel, pipa besi panjang dan busur. Polisi juga tampak membawa satu koper berwarna hitam dari rumah itu.
Warga sekitar tempat tinggal RMN dan D menyebut pasangan suami istri ini selalu pergi pagi dan pulang tengah malam.
Tetangga bernama Syahrul (23), yang tinggal bersebelahan dengan RMN mengatakan, kedua orang itu baru pindah ke rumah tersebut sekitar dua bulan lalu.
Menurutnya, keluarga RMN sangat tertutup. Ia hanya sempat bertemu dengan RMN dan istri pada pagi hari, sekitar pukul 08.00-09.00 WIB.
Ia mengaku sempat beberapa kali bertemu dengan RMN dan istri saat keduanya akan meninggalkan rumah, namun tidak pernah diketahui tujuannya mereka. (tribun network/igm/tribun medan/kompas.com/coz)