TRIBUNMANADO.CO.ID - Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid menanggapi desakan kepada Menteri Agama Fachrul Razi untuk menghentikan isu-isu radikalisme. Zainut Tauhid menegaskan tidak ada satupun pihak yang bisa menolak gerakan menentang radikalisme.
• Wawancara Eksklusif Avriellia Shaqqila: Rata-rata Semua Model Bisa, Asal Cocok Harga
Zainut Tauhid mengatakan hal tersebut seusai mengikuti Gerak Jalan Kerukunan Umat Beragama di Jakarta, Minggu (3/11). Acara tersebut digelar dalam rangka hari ulang tahun ke-55 Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia.
"Tidak ada satupun kelompok yang menolak gerakan untuk menyangkal radikalisme," ujar Zainut.
Menurut Zainut radikalisme bisa hadir di mana saja, bahkan di tengah masyarakat. Radikalisme hadir dalam bentuk apapun, baik itu berselimutkan keagamaan maupun bentuk lain.
Zainut mengatakan radikalisme adalah bagian dari bibit intoleransi, ekstremisme dan terorisme. Oleh karena itu, menurut Zainut sudah seharusnya semua elemen masyarakat satu suara menolak radikalisme.
Sebelumnya Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional Hanafi Rais meminta Menteri Agama Facrul Razi berhenti mengeluarkan isu-isu radikalisme. Menurut Hanafi radikalisme adalah isu yang sangat tidak produktif. Hanafi juga menekankan isu ini dikaitkan dengan cara berpakaian agama tertentu yang menurut dia menyinggung sebagian umat agama tertentu.
• Petinggi IMF Komentar soal Ibu Kota Baru ke Jokowi
Pada pertengahan pekan lalu Presiden Joko Widodo melontarkan pernyataan ingin mengganti istilah radikalisme dengan manipulator agama. Zainut Tauhid setuju terhadap niat Jokowi. Oleh karena itu Zainut minta niat presiden dipahami sebagai semangat mengerti agama dalam konteks yang sebenarnya.
"Menurut saya yang harus dipahami adalah semangat Bapak Presiden adalah semangat memahami agama dalam konteks yang benar," ujar politikus dari Partai Persatuan Pembangunan tersebut.
Menurut Zainut agama sejatinya hadir untuk memberikan kedamaian, kasih sayang dan semangat mempersatukan. Zainut mengatakan jika yang terjadi adalah kebalikannya, memecah-belah sebuah bangsa, maka itu hal yang salah.
"Apapun istilahnya, manipulator agama atau perusuh agama, perusuh yang menciptakan situasi yang bisa mencerai-beraikan bangsa Indonesia, harus kita tolak bersama," kata Zainut.
Kerukunan Modal Pembangunan
Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia mengusung tema Rukun, Bersatu, Bergerak untuk Indonesia Jaya dalam kegiatan gerak jalan ini. Kegiatan ini diikuti oleh ribuan umat Buddha NSI dan umat agama lain. Sejumlah orang dari Komunitas Papua di Jakarta juga mengikuti kegiatan tersebut.
Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Puspayoga mengikuti kegiatan gerak jalan ini.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama Caliadi dan Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Nifasri juga berpartisipasi. Kehadiran mereka adalah wujud dukungan pemerintah terhadap kegiatan swadaya umat Buddha NSI.
• Rekomendasi Manado Kukuhkan Airlangga: Bamsoet Tetap Maju di Munas
Konferensi Waligereja Indonesia mewakili umat agama Katolik dalam kegiatan ini. Majelis Ulama Indonesia mewakili umat Islam, Parisadha Hindu Dharma Indonesia mewakili umat Hindu, Persatuan Gereja-gereja di Indonesia mewakili umat Kristen Protestan. Sedangkan Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia mewakili umat agama Konghucu.
Ketua Umum NSI Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja mengatakan kerukunan adalah filosofi hidup umat NSI. Memelihara dan merawat kerukunan adalah wujud nyata dari balas budi.
"Kerukunan itu bukan barang jadi, melainkan hasil dari usaha dan itu menjadi modal dasar untuk pembangunan," ujar dia di Kementerian Agama, Jakarta, Minggu (3/11). (Tribun Network/dng)