TRIBUNMANADO.CO.ID - Dinamika politik Partai Golkar menjelang Musyawarah Nasional (Munas) menjadi perhatian publik akhir-akhir ini.
Lepas dari itu, dalam pengamatan saya, Golkar saat ini telah memberikan sumbangsih politik strategis di masa kepemimpinan kedua Jokowi.
Tradisi demokrasi di Indonesia sebagian besar dipengaruhi oleh dinamika politik dari partai Golkar sehingga lahir pemimpin pemimpin bangsa Indonesia yang punya hubungan emosional kuat dengan Golkar.
Namun dinamika demokrasi itu tidak menutup peluang hadirnya persoalan di tubuh Golkar, terutama dinamika konflik menjelang munas.
Tapi lagi-lagi, sebesar apapun konflik yang terjadi di dalam tubuh partai Golkar, mereka tidak kehabisan ide untuk maju dalam demokrasi di Indonesia.
Golkar juga tidak kehabisan stok pemimpin politik di Indonesia.
Sementara itu terkait dengan dilaksanakannya Munas Golkar pada awal Desember 2019 mendatang, aliran dukungan menguat buat ketua inkamben Airlangga Hartarto.
Wujudnya adalah kekuatan sayap yang dinamakan Trikarya Golkar sepakat untuk mempertahankan ketua Airlangga.
Argumentasi politik saya sedehana saja, karena ia mampu menerima terpaan badai krisis tampuk ketua.
Kita tahu bahwa kurun lima tahun belakang terjadi gonta ganti ketuanya.
Lalu, standar berikut adalah ketika Golkar dapat berdiri di podium kedua pemenang pemilu 2019.
Hasil ini tentu diukir oleh satu tangan dingin sang Airlangga.
Namun ada juga yang tak enak mestinya diantisipasi Golkar.
Hal ini bisa saja menjadi faktor kemelut di tubuh internal partai Golkar dan bagian dari momentum Munas nanti.
Pertama dalam hal tata kelola partainya (Pengelolaan partai), sejak 2014 sampai sekarang, karena konflik internal muncullah dualisme kepemimpinan.
Setelah dualisme itu mereda, muncul lagi isme-isme yang lain.
Kedua, persoalan komunikasi bagi elit-elit partai terhadap kader kader partai secara struktural, fungsional di dalam tubuh partai politik, baik dari lingkaran politik maupun dari pimpinan pusat ke pimpinan daerah.
Sebenarnya partai Golkar itu relatif sangat komunikatif, relatif sangat akomodatif dari sisi komunikasi, baik dari tingkat pusat, maupun ke tingkat daerah.
Relatif dari sisi komunikatif itulah yang membuat situasi teduh terhadap proses poltik dalam partai Golkar.
Tapi kenapa diinamika itu mengarah pada konflik?
Gejala ini bisa jadi karena proses elit partai mengalami kemandegan atau mengalami kesumbatan atau diistilahkan mengalami stagnasi atau mungkin bisa jadi tidak ada komunikasi sehingga struktur partai di daerah bagaikan gunung es.
Di publik kelihatan adem, tapi coba kita masuk ke dalam, akan terlihat bagaimana yang sebenarnya.
itulah persoalan komunikasi.
Ketiga, persoalan leadership dalam partai, sangat menentukan.
Karena di Negara Barat, leadership itu merupakan simbol dari partai politik sehingga mampu bertahan.
Sehingga kalau elit partai tidak mampu memberikan edukasi yang baik secara politik pada kader, maka relatif partai politik tersebut mengalami ejakalasi kepemimpinan politik.
Sehingga relatif meskipun partai besar, maka dia dianggap partai partaian, dianggap besar dari situasi politik, namun dalam proses lobby-loby politik, dia (partai tersebut) tidak dianggap lagi dalam perpolitikan nasional.
"Rekomendasi Manado" dijadikan momentum membawa kembali Airlangga Hartarto untuk memimpin Partai Golkar kedepan. Hasil keputusan dari para 138 ketua Golkar yang masuk dalam Trikarya bulat mengusung nama Airlangga.
Adapun hasil Rekomendasi Manado yang ditorehkan perwakilan Ormas Tri Karya Golkar (Kosgoro 1957, SOKSI, MKGR) secara garis besar yakni:
1.Ormas Tri Karya apresiasi setinggi-tingginya kepada Ketua Umum Partai Golar Ir Airlangga Hartarto yang sudah membawa kejayaan bagi Partai Golkar.
2. Mendukung penuh Ir Airlangga Hartarto dalam Munas Desember 2019.
3.Mendukung Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden KH Maruf Amin serta Kabinet Indonesia Maju dalam percepatan pembangunan nasional.
(Tribunmanado.co.id/Andrew Pattymahu)
BERITA TERPOPULER :
• PERINGATAN Dini BMKG Hari Ini Minggu 3 November 2019, Daerah Potensi Gelombang, Angin, Kebakaran
• (VIDEO) Sementara Berwudhu, Hasnawati Diterkam Buaya, Endingnya Jadi Begini
• Gaya Nagita Slavina dan Ayu Ting Ting Saat Pakai Hot Pants, Lihat Beda Tampilannya!
TONTON JUGA :