Lalu hasil dari mereka berembuk adalah meminta bantuan dari pihak Keraton Yogyakarta.
Warga Desa Semugih, Agus Sutoko menjelaskan, batu tersebut sudah lama ada di Desa Semugih.
Sejak dirinya kecil sudah diceritakan oleh orangtuanya cerita yang sama diucapkan oleh Kepala Desa Semugih.
"Sudah ratusan tahun mungkin sudah ada, dan pohon jatinya ya segitu saja tidak tambah tinggi atau besar," ungkapnya.
Dari pantauan Tribunjogja.com, pukul 11.00 WIB perwakilan dari Keraton Yogyakarta sudah datang ke lokasi tempat upacara adat pemindahan batu.
Bermacam-macam sesajen sudah disiapkan mulai dari nasi tumpeng, telur rebus, rokok kelobot jagung (kulit jagung), ingkung (ayam utuh), ikan lele dan kemenyan sudah disiapkan.
Tidak hanya sesajen berbentuk makanan saja namun juga disiapkan dua buah pakaian pengantin.
Baca: Awas, Jangan Mandi Pada Waktu Berikut Ini, Bisa Sebabkan Kematian Mendadak
Baca: Daftar Makanan Paling Berbahaya di Dunia, Ada yang Juga Sering Dimakan Orang Indonesia
Baca: Lahirkan Bayi Hasil Hubungan Gelap dari 2 Pria, Ibu Muda Nekat Kubur Anaknya, Bingung Siapa Ayahnya
FOLLOW INSTAGRAM TRIBUN MANADO
Pakaian itu terdiri dari pakaian pengantin perempuan lengkap dengan sanggul dan pakaian pengantin laki-laki.
Kedua pakaian pengantin tersebut dipisahkan tempatnya dengan menggunakan kotak yang dibuat dari kayu.
Setelah mempersiapkan sesajen, prosesi selanjutnya adalah berdoa bersama yang dipimpin oleh perwakilan dari Keraton Yogyakarta dan warga sekitar mengikuti doa yang dilantunkan dari perwakilan Keraton.
Mereka melantunkan ayat-ayat suci Alquran bersama-sama.
Setelah doa bersama prosesi selanjutnya adalah penyerahan pakaian pengantin kepada pihak Desa Semugih.
Nantinya pakaian tersebut akan disimpan di Balai Desa Semugih.
Setelah itu barulah prosesi pemecahan batu dengan menggunakan alat berat berjenis tracker.