Terlebih, Sarwo Edhie merasa tak ada yang salah dengan tugasnya di Medan.
Baca: Intip Penampilan Najwa Shihab dalam Setiap Foto Kenangan Bersama BJ Habibie Presiden RI ke-3
Baca: Penyesalan Bunga Citra Lestari Tak Sempat Bertemu dan Pamit pada BJ Habibie
Baca: Info BMKG: Peringatan Dini Gelombang Tinggi dan Kebakaran Hutan, Hari Ini Kamis 12 September 2019
FOLLOW INSTAGRAM TRIBUN MANADO
Enam bulan adalah waktu yang pendek bagi seorang Pangdam untuk membuktikan prestasi kerjanya.
Kalaupun ada, tentu masih sebatas pembenahan awal semata.
“Papi merasa niat baik dan semangatnya diputus sepihak,” kata Ani.
Sehabis mengungkapkan kesedihannya, Sarwo Edhie mengatakan bahwa keluarga harus ikhlas ikut ke Uni Soviet (Rusia saat ini).
“Anak-anak prajurit harus siap menghadapi situasi baru, apa pun juga,” kata Sarwo Edhie yang kemudian menyarankan agar mulai belajar menari.
“Sebagai anak-anak calon duta besar, Papi ingin kami memiliki kebolehan menari yang cukup banyak. Bukan hanya tari Jawa, tapi juga tari Melayu,” kata Ani.
Namun, Ani dan saudara-saudaranya tidak bersemangat latihan menari karena terbawa suasana kesedihan ayahnya.
Ani kemudian memergoki ayahnya menjadi banyak melamun di depan rumah.
Pandangannya kosong dan menerawang.
Rumah berubah menjadi senyap.
Suatu kali, Ani mendengar ayahnya berkata kepada ibunya, “kalau aku memang mau dibunuh, bunuh saja. Tapi jangan bunuh aku dengan cara seperti ini. Apa salahku sampai aku harus dihentikan begini rupa?”
Baca: Kebakaran Panti Asuhan Nazareth, Kondoy Baru Akan Ibadah Kolom, Jems Sempat Selamatkan Pongen
Baca: Viral Video Saat Mantan Presiden Timor Leste Xanana Gusmao Cium Kening BJ Habibie di Rumah Sakit
Baca: Ternyata Calon Mobil Nasional Karya BJ Habibie Bernama Maleo, Tak Pernah Diproduksi Karena Hal Ini
“Papi amat terpukul dengan keputusan pemerintah menempatkan dirinya di Rusia, selagi karier militernya sedang begitu cemerlang,” kata Ani.
Sarwo Edhie kemudian menghubungi teman-temannya di Jakarta.