Kongres V PDIP

Kongres V PDIP Ada yang 'Kebakaran Brewok' saat Megawati Istimewakan Prabowo, Jokowi Kesulitan

Penulis: Frandi Piring
Editor: Frandi Piring
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Prabowo Subianto menghandiri kongres V PDIP. Ia bahkan disapa khusus oleh Megawati dalam sambutannya. Jokowi juga memanggil sebagai sahabat.

TRIBUNMANADO.CO.ID - Wakil Sekretaris Jenderal Gerindra Andre Rosiade melihat ada pihak yang kebakaran brewok saat pertemuan Megawati, Prabowo serta Presiden Jokowi dalam acara Kongres V PDIP pada Kamis (08/08/19) lalu.

Andre menyebutkan ada yang tidak terlalu senang atas pertemuan Prabowo Subianto dengan Presiden Joko Widodo dan Megawati Soekarnoputri.

"Pertemuan Pak Prabowo dan Ibu Megawati maupun dengan Pak Jokowi, begitu diapresiasi masyarakat tapi ternyata ada yang kebakaran brewok, itu agak aneh," ujar Andre di Jakarta, Sabtu (10/8/2019). 

Kader partai Gerindra ini melihat ada dua yang akan dihadapi partai jika melakukan perubahan dukungan dari 02 ke 01, yaitu pergolakan dari pendukung 02 yang kecewa karena berpindah dukungannya.

Prabowo Subianto menghandiri kongres V PDIP. Ia bahkan disapa khusus oleh Megawati dalam sambutannya. Jokowi juga memanggil sebagai sahabat. (TRIBUN BALI/RIZAL FANANI)

"Kedua, penolakan dari 01 sendiri karena lapak, kavling mereka pasti terganggu. Ada yang mimpi lima menteri, 10 menteru, tiba-tiba Gerindra, PAN, Demokrat diajak pak Jokowi," ujar Andre.

"Artinya apa? Tentu akan mengurangi kavling (jatah menteri) mereka."

"Tapi satu hal yang penting, mau kebakaran brewok kek, jengkok kek, saya merasakan masyarakat mendukung pertemuan ini (Prabowo, Megawati dan Jokowi)," sambung Andre.

Baca: Megawati Beri Tugas Prananda Prabowo, Jalankan Hasil Kongres V PDIP, Sampaikan Keputusan 5 Komisi

Baca: 2 Calon Kuat jadi Sekjen PDIP Periode Baru, Sosok Lawas & Bakal Naik Jabatan jika Terpilih, Siapa?

Baca: Kongres ke-V PDIP, Bahas Strategi Pemenangan Pilkada Serentak 2020

Andre mengaku sangat menyayangkan jika ada pihak atau elit partai yang tidak menyukai adanya pertemuan tiga tokoh tersebut, mengingat hal ini merupakan contoh yang baik bagi bangsa dan negara.

"Pak Prabowo berpikir Indonesia harus guyub, polarisasi harus dihentikan, sama-sama bangun bangsa. Kalau kompertisi sudah selesai, para tokoh tidak bersatu lagi, ini bahaya untuk 2024," papar Andre.

Namun terkait siapa pihak yang kebakaran brewok, Andre tidak menyebutkannya.

Prabowo, Megawati, dan Puan Maharani saat selfie bersama di Kongres PDIP (Instagram @puanmaharaniri)

Baca: Pemegang Tribun Family Card (TFC) Dapat Kopi Gratis di Pondok dan Resto Yulia

Baca: Kongres V PDIP Resmi Ditutup Megawati Soekarnoputri, Hasilnya Melahirkan Sikap Politik Lima Tahun

Baca: Olly Dondokambey Calon Menteri? Berkembang Diplot di Antara 3 Menteri ini!

SUMBER TRIBUNMEDAN.COM

Pengamat: Jokowi Bakal Kesulitan dan Tak Nyaman Setelah Megawati Minta Jatah Menteri Terbanyak

Dikutip dari WartaKotaLive.com, Permintaan jatah menteri terbanyak yang dilontarkan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Sukarnoputri, dinilai akan menyulitkan Jokowi.

Hal itu dikatakanp peneliti politik dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes.

Menurutnya, jika permintaan tersebut dikabulkan, maka akan mengorbankan janji Jokowi untuk membentuk kabinet dari kelompok profesional.

Pidato Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di Kongres V PDIP di Bali, Kamis (8/8/2019) (ISTIMEWA/KOMPAS TV)

"Saya kira permintaan yang berat bagi Presiden," kata Arya seusai diskusi tentang 'Demokrasi dan Penegakan HAM di Masa Depan', di Kantor Komnas HAM, Jakarta Pusat, Jumat (9/8/2019).

"Karena delapan kursi pertama dari sisi nominal itu cukup besar."

"Sehingga kalau itu dipenuhi oleh Presiden, maka Presiden akan mengorbankan janjinya soal membentuk kabinet dari kelompok profesional," sambungnya.

Hal itu juga menurut Arya akan menganggu keseimbangan dalam internal koalisi partai pendukungnya.

"Kedua, karena permintaannya terlalu besar, itu akan mengganggu keseimbangan di internal koalisi partai pendukungnya."

"Karena bagaimanapun selisih antara partai PDIP dengan Golkar dengan Nasdem dan beberapa partai lain kan juga tidak terlalu besar, hanya kurang lebih sekitar 5 sampai 6 persen," ulas Arya.

Arya menilai, ada banyak hal yang mempengaruhi kemenangan Jokowi dalam Pilpres 2019, selain kerja politik bersama dan performa Jokowi.

"Kalau permintaannya terlalu besar itu akan merepotkan Presiden, karena presiden harus menegosiasikan soal permintaan yang besar ini kepada partai-partai koalisi lain."

"Saya kira dari sisi nominal itu terlalu besar, sulit dipenuhi Presiden. Mungkin angka yang paling moderat di angka 6 itu sudah paling besar," ucap Arya.

Arya menilai, cara Megawati Sukarnoputri menyampaikan hal tersebut di depan publik luas, membuat Jokowi tidak nyaman.

"Pernyataan Bu Mega tentu di satu sisi adalah membuat Jokowi tidak nyaman juga."

"Dalam situasi di mana Jokowi berada pada posisi yang cukup sulit di tengah menegosiasikan dua poros ini, dan tengah menegosiasikan apakah akan ada partai baru atau tidak."

"Kemudian muncul pernyataan permintaan itu. Saya kira itu membuat posisi Jokowi menjadi tidak nyaman dalam menolak koalisi ini," papar Arya.

Menurut Arya cara, Megawati Sukarnoputri tersebut merupakan bentuk kesadaran PDIP yang melihat Jokowi belum banyak bicara soal apa yang diprioritaskannya dalam kabinet.

Kedua, Arya menilai cara itu adalah respons partai berlogo banteng bermoncong putih itu atas manuver politik partai lain.

"Pertama saya melihat, PDIP sadar Jokowi belum banyak hal soal apa prioritas dia soal kabinet."

"Kedua, itu adalah responS PDIP atas manuver yang dilakukan beberapa partai."

"Jadi PDIP ingin menunjukan kepada publik bahwa dia punya investasi jangka panjang dengan Jokowi," tutur Arya.

Untuk itu, Arya menilai Jokowi harus memberikan sinyal kepada PDIP dan publik, bahwa ia mengendalikan penuh pembentukan kabinet.

"Saya kira Presiden harus memberikan sinyal kepada partai soal bagaimana agenda Presiden dalam pembentukan kabinet ke depan."

"Sinyal itu harus ditangkap oleh Presiden. Presiden harus menunjukan kepada publik bahwa Presiden punya otoritas dan memegang kendali penuh dalam pembentukan kabinet," beber Arya.

Sebelumnya, Presiden Jokowi langsung menjawab permintaan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Sukarnoputri, mengenai jatah menteri asal PDIP harus paling banyak.

Instagram Tribun Manado :

Jokowi menjamin PDIP akan mendapatkan porsi terbesar di kabinet.

Hal itu disampaikan Jokowi saat memberi sambutan dalam pembukaan Kongres V PDIP, di Grand Inna Beach, Sanur, Bali, Kamis (8/8/2019).

"Mengenai menteri, tadi Bu Mega kan menyampaikan jangan empat dong. Tapi kalau yang lain dua, tapi PDIP empat kan sudah dua kali (lipat)," ucap Jokowi.

"Kalau yang lain tiga, pasti PDIP (hadirin berteriak 6 menteri), belum tentu juga."

"Yang jelas, PDIP pasti yang terbanyak. Itu jaminan saya," sambung Jokowi.

Hadirin pun merespons pernyataan Jokowi dengan bergemuruh.

Sebelum Jokowi berpidato, Megawati Sukarnoputri memberikan pernyataan terbuka yang cukup gamblang mengenai 'syarat' masuknya PDIP dalam kabinet periode kedua Jokowi.

PDIP harus menjadi partai dengan jumlah menteri terbanyak di kabinet.

"Ini di dalam kongres partai, Bapak Presiden, saya meminta dengan hormat bahwa PDIP akan masuk dalam kabinet dengan jumlah menteri harus terbanyak," tegas Megawati Sukarnoputri.

Baca: UCAPAN Iduladha, Dapat Dibagikan di Media Sosial

Baca: Kepala Kepolisian Sektor Dikeroyok 20 Penjahat dan Alami Luka, Satu Tersangka Ditembak dan Meninggal

Baca: RAMALAN Zodiak Untuk Minggu 11 Agustus 2019, Virgo Beberapa Kali Hadapi Seseorang Yang Menyebalkan

Menurut Megawati Sukarnoputri, Jokowi mesti memberikan jatah kursi menteri kepada kader PDIP.

Sebab, partainya sudah dua kali menjadikan Jokowi sebagai pemenang.

"Orang kita pemenang dua kali. Betul tidak? Saksikan ya. Iya dong. Jangan nanti, (Jokowi bilang) 'Ibu Mega, saya kira karena PDIP sudah banyak kemenangan, sudah ada di DPR, nanti saya kasih cuma 4 ya'."

"Endak mau. Tidak mau. Tidak mau. Tidak mau," kata Megawati Sukarnoputri yang disambut riuh teriakan para kader PDIP.

"Iya dong. Orang yang tak dapat kemenangan saja minta. Horeeeeeee," teriak Megawati Sukarnoputri sambil mengepalkan kedua tangannya di hadapan dada.

"Ini dalam kongres partai ya Pak Presiden, saya meminta dengan hormat, bahwa PDIP masuk ke kabinet dengan jumlah menteri yang terbanyak," pinta Megawati Sukarnoputri, disambut gemuruh para kader.

Sebelumnya, Presiden Jokowi akan mengumpulkan para ketua umum partai politik yang mendukungnya dalam kontestasi Pilpres 2019, untuk membahas susunan kabinet.

"Dibahas kalau sudah waktunya, akan mengundang bicara khusus mengenai itu (susunan kabinet)," ujar Jokowi di Restoran Seribu Rasa, Jakarta, Jumat (26/7/2019).

Menurutnya, saat ini ia sedang mengatur waktu pertemuan dengan para ketua umum partai pendukung.

"Hanya memang kita ini kan mengatur kapan ketemunya. Kalau sudah sangat urgen ya lima menit saja, kita telepon-teleponan sudah kumpul kok," paparnya.

Jokowi mengaku sudah meminta partai koalisi memberikan nama kadernya untuk dipertimbangkan menjadi menteri.

"Sudah diminta tapi banyak yang belum ngasih," ungkap Jokowi.

Sementara, kriteria para menteri ke depan, kata Jokowi, dibutuhkan sosok yang berani melakukan eksekusi program secara cepat.

"Eksekutor kuat, tahu manajemen, artinya manajerialnya baik, memiiki keberanian dan urusan yang lain-lain masalah integritas dan lain-lain," papar Jokowi.

Pernyataan Jokowi ini berbeda dari ucapan dia sebelumnya, yang mengaku sudah menyusun kabinet yang terdiri dari komposisi kalangan partai dan profesional.

"Sudah, sudah ada (susunan kabinet)," ucap Jokowi di Jakarta Convention Center (JCC), Jumat (12/7/2019).

Ia lantas ditanya apakah menteri yang ada saat ini banyak yang kembali dipakai atau dipertahankan sebagai pembantunya di kabinet?

Jokowi menjawab banyak. Namun, dia enggan membocorkan siapa saja menteri-menteri yang bakal kembali ikut mengisi Kabinet Kerja jilid II.

"Banyak (menteri yang bertahan)," ucapnya.

Presiden terpilih ini juga tidak mempermasalahkan sejumlah partai‎ pendukungnya yang meminta kursi menteri.

Parpol yang secara terang-terangan meminta jatah menteri adalah PKB, NasDem, hingga PPP. (Gita Irawan)

SUMBER WARTAKOTALIVE.COM

*Artikel ini dikompilasi dari artikel TribunMedan.com dan WartaKotaLive.com

****

Berita Terkini