Nelayan Ditahan Otoritas Filipina

Nelayan Asal Kotamobagu Ditahan Otoritas Filipina, Orangtua Berdoa Agar Anaknya Segera Dibebaskan

Penulis: Alpen_Martinus
Editor: Handhika Dawangi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suparlan baju merah muda bertulisan Lee

TRIBUNMANADO.CO.ID - Daib Mokoginta (61) dan Endia Mokodongan (56) warga Bilalang III, Kecamatan Passi, Kotamobagu, masih terus berharap anaknya bisa secepatnya dibebaskan.

Anaknya Suparlan Mokoginta (32) menurut informasi, sudah sejak Februari 2019 ditahan oleh otoritas Filipina.

Menurut Daib, anaknya tersebut ditangkap di laut saat hendak balik ke Tahuna dari Filipina bersama dua orang temannya, menggunakan perahu.

"Katanya dua perahu mendekati perahu anak saya, kemudian mereka dibawa ke kapal besar, juga muatan ayamnya, sementara perahu katanya ditinggalkan," jelasnya, Jumat (9/8/2019).

Saat ini anak keduanya tersebut ditahan di Davao.

Orang tua dari Suparlan di Bilalang III (Tribun Manado/Alpen Martinus)

"Informasinya karena tidak memiliki paspor, dan ada 95 ekor ayam Filipina yang dibawanya tidak memiliki dokumen," kata dia.

Pertama kali ia dikabari, oleh rekan anaknya dari Filipina.

Baca: Cara Menghilangkan Kantuk Saat Bekerja di Siang Hari, Makan Makanan Ini

Baca: Megawati Tersenyum Saat Melihat Foto Dirinya Bersama Prabowo, Itu Pun Menjadi Favoritnya

Baca: Tak Menaati Prosedur Kongres, 68 Kader PDI Perjuangan Mendapat Sanksi Berat

Facebook Tribun Manado :

Baca: Tanpa Hairdryer Rambut Bisa Cepat Kering, Begini Caranya

Baca: Polisi Selidiki Uang Kiriman Rp 250 Juta dari Afghanistan ke Indonesia

Baca: Wakil Bupati Manokwari Selatan Kunjungi Objek Wisata Tomohon, Tak Punya Impian Jadi Wabub

Instagram Tribun Manado :

"Terakhir komunikasi tadi malam, dia pesan untuk pelihara baik-baik ayamnya," kata dia.

Ia mengatakan, anaknya tersebut sebenarnya tinggal di Tahuna bersama isteri dan anaknya.

"Dia memang bisnis ayam Filipina, karena punya teman di Filipina juga," jelas dia.

Selama anaknya ditahan, sudah tiga kali ia mengirimkan uang untuk anaknya tersebut.

"Pertama delapan ratu ribu rupiah, ke dua dua juta rupiah, dan beberapa hari lalu Rp 5 juta rupiah," jelasnya.

Sebab anaknya memberi kabar, bahwa dia sering tidak dapat makan lantaran kehabisan uang.

"Kami sangat khawatir dengan keberadaannya di sana, kami berharap agar dia bisa secepatnya dibebaskan," jelasnya.

Biasanya untuk komunikasi, menggunakan aplikasi pesan Facebook, atau sewa telepon genggam.

Sejauh ini, hanya doa yang dipanjatkan, sebab ia bingung harus lakukan apa agar anaknya bisa secepatnya dikeluarkan.

"Kalau ada jalan yang bisa kami tempuh, kami akan tempuh," ujar dia.

Ia berharap juga agar pemerintah Indonesia, khususnya Sulawesi Utara bisa membantu anaknya agar cepat bebas. (Amg)

Channel Youtube Tribun Manado :

Berita Terkini