"Namun untuk bagaimana kronologinya masih kami telusuri," kata dia kepada Tribun Manado via telepon Senin (29/7/2019).
Kepala Desa Bakan, Hasanudin Mokodompit menyatakan, kejadian tersebut terjadi Minggu pukul 11 siang.
Ia sendiri hanya dilapori karena sibuk mengurus mahasiswa KKT.
Penutupan Tambang Bakan memang membawa petaka bagi warga setempat.
Nur salah satu warga menyatakan, anaknya terancam putus sekolah gara gara tambang ditutup.
"Selama ini kami hidup dari hasil tambang, jika ditutup bagaimana nasib anak kami yang masih sekolah," kata dia.
Nur menyatakan, petaka penutupan tambang sudah terasa beberapa hari terakhir.
Pekerjaan tak ada lagi.
"Uang kami sudah habis, lauk dan beras juga sudah tidak ada," kata dia sambil menangis.
Salma warga lainnya mengatakan, tambang mengubah hidup keluarganya.
Dari miskin jadi berkecukupan.
"Kami dulunya warga desa biasa tapi kini bisa ke mall, bisa sekolahkan anak, bangun rumah, beli tanah," kata dia.
Ia tak rela jadi miskin kembali.
"Tolong pemerintah lihatlah kami," kata dia. (art)
Tragedi Tambang Bakan Puluhan Penambang Meninggal Dunia