Satu terpasang di Manado persisnya di Kantor BPBD di Jalan Bethesda, dan satu lagi di Kota Bitung.
Cara kerjanya, sistem ini terkoneksi dengan BMKG. Ketika ada peringatan dini gempa berpotensi tsunami maka sistem ini diaktifkan.
Saat aktif akan terdengar bunyi alarm, sebagai tanda warga untuk segera mengungsi.
"EWS ini kordinasi dengan BMKG. Pihak BMKG berkompeten untuk menyiapkan itu dari segi teknis, " kata dia kepada tribunmanado.co.id.
Persoalannya, EWS yang ada, range alarmnya hanya sejauh dua kilometer, belum bisa memberi peringatan secara menyekuruh ke masyarakat khususnya di pesisir.
Gempa berpotensi tsunami ini diberi peringatkan untuk daerah Minsel, Bitung, dan Minahasa Utara bagian Selatan.
Di Sulut baru 2 daerah yang punya EWS. Baiknya memwng di tiap daerah terpasang masing-masing satu
"Anggarannya satu itu sekitar Rp 2 miliar," ungkap dia.
Di samping itu, peringatan dini ini juga harus terpasang di pesisir. Semisal di Bahu Mall, Mega Mas, dan Mantoa
"Harus ada da sistem corong kecil semacam sirine jarak 300-500 meter. Itu kasih bunyi, nanti terkoneksi dengan BPBD," sebut dia.
Selain itu, sesuai SOP disiapkan pula jalur evakuasi. Ia mengakui, belum semua lokasi terpasang tanda jalur evakuasi. Masih butuh lebih banyak.
Jalur evakuasi itu, nanti menunju ke tempat aman, yakni ke tempat lebih tinggi
"Misalnya di jalan 17 Agustus, " ungkap dia. (ryo)
Terasa di Desa Kema
Gempa bumi 7,1 SR yang terjadi Minggu (7/7/2019) malam di barat daya Ternate disebut badan meteorologi klimatologi dan geofisika (BMKG) berpotensi memicu tsunami di wilayah Sulawesi Utara dan Maluku Utara (Malut).