Saran Bos AirAsia kepada Pemerintah soal Harga Tiket Mahal

Penulis: Tim Tribun Manado
Editor: Lodie_Tombeg
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tan Sri Dr Tony Fernandes, Group Chief Executive Officer of AirAsia.

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Bos maskapai berbiaya murah AirAsia Group, Tony Fernandes, punya pendapat sendiri mengenai melonjaknya harga tiket pesawat penerbangan dalam negeri yang hingga kini masih menjadi kontroversi.

Pemerintah melakukan sejumlah kebijakan guna menciptakan harga yang lebih terjangkau untuk masyarakat, di antaranya menurunkan tarif batas atas (TBA) dan tarif batas bawah (TBB). Selain itu juga meminta maskapai low cost carrier (LCC/berbiaya rendah) menurunkan harga tiket penerbangan domestik di jadwal-jadwal tertentu.

Baca: Respons Susi Pudjiastuti soal Jadi Menteri Lagi

Menurut Tony, pemerintah seharusnya tidak perlu banyak mengatur soal bisnis maskapai penerbangan. Bukannya menyelematkan, lanjut Tony, regulasi justru bisa membuat bisnis jadi kaku dan mematikan.

"Untuk pemerintah RI, saran saya jangan terlalu mengatur. Regulasi itu bisa mematikan bisnis," kata Tony di sela-sela peluncuran bukunya "Flying High" di Plaza Senayan, Jakarta, Kamis (4/7).

Tony menyebut pemerintah cukup memfasilitasi para pelaku bisnis, bukan mengatur. Pemiliki klub sepakbola Queens Park Rangers itu berpendapat, konsumen sudah bisa menentukan sendiri produk mana yang akan digunakan.

Baca: Cerita Koki Restoran Pondok Bambu Berikan Sepuluh Jempol ke Jokowi

Ditambahkan, pemerintah seharusnya membiarkan maskapai bersaing untuk menggaet konsumen. "Biarkanlah pasar menentukan, biarkan customer yang memustuskan sesuatu terjangkau atau tidak untuk mereka," ujarya.

Menurut Tony, manakal industri yang ada sekarang tidak cukup baik, orang lain akan datang untuk bersaing menawarkan hal lebih menarik.
Namun ia enggan mengomentari isu mengenai kartel industri penerbangan di Indonesia, terutama menyangkut persaingan AirAsia Indonesia dengan Garuda Indonesia Group dan Lion Air Group.

Dia mengaku ingin fokus untuk terus memberi harga tiket pesawat terbaik kepada konsumen.
"Saya tidak bisa komentar soal maskapai lain. Yang penting tugas kami adalah menyediakan harga tiket terbaik untuk konsumen," ungkap Tony.

Dikatakan, manakala maskapai lain menerapkan harga lebih tinggi ia tidak bisa berkomentar banyak. Untuk menyiasati biaya operasional, dia mengaku punya strategi khusus yaitu mencari pendapatan di luar harga tiket.

"Kami juga punya strategi sendiri untuk mempertahankan harga di level terjangkau. Misalnya membuat lini bisnis baru, seperti jotel, makanan, dan lainnya. Jadi begitu cara kami untuk menyiasati biaya operasional maskapai. Kita harus cerdik," ucapnya.

Pengusaha asal Malaysia itu menegaskan dirinya tidak suka bila praktik kartel benar terjadi di Indonesia. Dia meminta agar pelaku bisnis lain tidak bersifat menyerang kepada pesaingnya.

"Saya benci kartel, saya suka berkompetisi. Saya tidak tahu ada kartel atau tidak. Yang jelas saya tidak menyetujui praktik tersebut. Saya pro terhadap kompetisi, terhadap konsumen. Janganlah ofensif, jadilah lebih baik," ucapnya.

Baca: Ma’ruf Beberkan Figur Menteri: Jokowi Angkat Jempol ke Olly

Musik dangdut

Saat ditanyai apakah dirinya pernah bertemu dengan pihak Garuda Indonesia group dan Lion Air group, Tony mengaku tidak pernah mempunyai kesempatan untuk hal itu. "Saya belum pernah diajak duduk bersama dengan Garuda dan Lion di satu ruangan. Mungkin akan seru, meski belum tahu mau berbincang soal apa," ujarnya seraya tertawa.

Pria kelahiran Kuala Lumpur, 30 April 1964 itu ternyata juga punya bisnis di luar maskapai penerbangan. Tony yang pernah bekerja di Warner Music itu memproduksi musik dangdut di Malaysia.

Halaman
12

Berita Terkini