Sekilas Tokoh

Pantas, Penembak Jitu Cantik Ini Diburu Militan ISIS untuk Dijadikan Budak Nafsu, Ini Kisahnya

Editor: Frandi Piring
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Joanna Palani.111

Apalagi saat di Denmark kakeknya selalu mengajak Joanna kecil berlatih menembak dengan senapan.

Namun ketika ia mendengar ISIS memperlakukan bangsa Kurdi semena-mena Joanna marah dan memutuskan untuk memerangi gerakan radikal tersebut.

"Para kombatan ISIS adalah mesin pembunuh, namun sejujurnya amat mudah untuk menjatuhkan mereka," ungkapnya kepada Daily Mail.

Para pemimpin ISIS amat pusing menghadapi Palani.

Mereka bahkan akan membayar satu juta dolar atau Rp13 miliar bagi siapa saja yang bisa membunuh atau menangkap Palani.

"ISIS memang sangat ingin menangkap saya, lalu menjadikan saya budak seks," ungkapnya kepada Daily Mail.

Namun pada Desember 2016 lalu Badan Intelijen Denmark malah yang berhasil menangkap Joanna.

Penangkapan ini tak lain adalah usaha Denmark untuk mengamankan keselamatan warganya itu agar tak jatuh ke tangan ISIS.

Joanna Palani (20) rela meninggalkan kuliahnya di Denmark dan memilih terbang ke Kobani, Suriah untuk bergabung dengan milisi Kurdi yang menghadapi serbuan ISIS. (kompas.com)

Baca: Krisis Sudan Terbaru, 40 Jenazah Korban Aksi Demonstrasi Diangkat dari Sungai Nil

Baca: Bos Budak Seks ISIS Jadi Kunci Perburuan Baghdadi, Terungkap Soal Perang Istri Bagi Petinggi ISIS

Baca: Anggota ISIS Ingin Pulang Kampung, Sempat Akan Lakukan Bom Bunuh Diri, Sadar Karena Hal Ini

 

 

Kisah Mantan Budak Pemuas Nafsu ISIS

Jovan, bukan nama sebenarnya, tak bisa menyembunyikan rasa sedih meski keluarga dan para tetangganya merayakan tahun baru di Lalish, di kawasan pegunungan di Sinjar, Irak utara.

Di tengah suasana gembira, perempuan Yazidi ini teringat anak laki-laki yang ia lahirkan saat ia menjadi budak seks milisi kelompok yang menamakan diri Negara Islam (ISIS).

"Saya ingin sekali membesarkan anak saya, tapi tidak bisa. Masyarakat di sini tidak akan menerima dia. ISIS melakukan tindakan kejam. Mereka menculik dan membunuh banyak anggota komunitas," kata Jovan kepada wartawan BBC, Nafiseh Kohnavard.

"Saya tidak ingin melukai perasaan masyarakat dengan membesarkan anak saya," katanya lirih.

Halaman
1234

Berita Terkini