''Buat orang tidak bosan, kalau itu-itu saja, paket wisata berikut tidak ikut lagi," ungkap dia.
Baca: VIDEO VIRAL Pelajar SMP Pesta Lem di Kamar, Endingnya Ada Siswi Ciuman
Baca: Video Panas Siswi dan Gurunya Tersebar, Ternyata Berhubungan Intim Sejak 3 Tahun Silam
Baca: Dinilai Bersaksi Dusta di Sidang MK, TKN Akan Pidanakan Saksi Prabowo?
Jotje Kawengian, Anggota Majelis Adat Minahasa, seorang pemerhati budaya menyebut museum sebagai satu di antara daya tarik wisata.
Tapi saat ini, museum di Sulut ibaratnya jadi tempat penguburan benda purbakala, karena kurangnya minat masyarakat.
Harusnya museum itu jadi pusat pembelajaran sejarah
Menyoal minat masyarakat, ia berkisah pernah mendirikan perpustakaan bekerjasama dengan perguruan tinggi. Di perpustakaan itu diisi dengan sumber ilmu menyangkut waruga.
"Saya sedikit kecewa yang datang ke perpustakaan itu mahasiwa dari Sumatera Utara. Kenapa yang datang orang Batak? Bukan Toutemboan, Tonsea, dan Tombulu," ujar dia.
Museum daerah Sulut itu harusnya dikunjungi pertama oleh para pelajar. Kemudian orang yang mau menguatkan identitas sebagai orang Minahasa. (ryo)
Baca: Pelatih Napoli Carlo Ancelotti Diharap Mampu Membungkam Juru Taktik Juventus, Maurizio Sarri
Baca: HASIL Copa America 2019 Jepang Vs Uruguay Skor Imbang, Gol Dibuka Koji Miyoshi
Baca: Gadis 15 Tahun Berhubungan Intim dengan Om-om di Rumahnya, Ini Reaksi Sang Ayah saat Memergoki