TRIBUNMANADO.CO.ID - Presiden ke-2 RI, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya pada 21 Mei 1998.
Soeharto lengser setelah berkuasa 32 tahun.
Soeharto pun dengan tanpa diduga-duga oleh para menteri memilih mengunduran diri pada 21 Mei 1998.
Konon para spiritualis Jawa yang meyakini kepercayaan Kejawen percaya bahwa wahyu keprabon telah meninggalkan Soeharto.
Yakni sejak kepergian Ibu Tien, dua tahun sebelumnya pada April 1996.
Bagi penganut Kejawen hal itu meredupkan aura kekuasaan Soeharto.
Baca: 6 Artis Indonesia Blasteran yang Jadi Mualaf, Tiga Orang Ternyata Miliki Darah Manado
Baca: 6 Artis Indonesia Berwajah Blasteran Ini Ternyata Beragama Islam
Baca: Idul Fitri Pertama, 4 Selebriti Ini Rayakan Lebaran Setelah Putuskan Mualaf
Baca: Viral Video, Warga Dapat Uang Hasil Gali Tanah, Diduga Milik korban Bencana Palu, Jumlahnya Segini
Baca: Gaji ke-13 PNS, TNI dan Polri Segera Cair, Ini Aturan Menkeu Sri Mulyani
Baca: Meski Beda Agama, 4 Pasangan Artis Ini Tetap Kompak Rayakan Lebaran Bersama
Bahkan, saat tampil di muka umum, dia tampak renta, tanpa cahaya, sesekali matanya menerawang jauh.
Kekuasaan yang selama ini kokoh didudukinya pun melahirkan gundukan kebencian rakyat yang tak lagi merasa diayomi.
Sebuah kekeliruan juga, para petinggi Golkar berhasil membuainya, membutakan mata Soeharto.
Hingga dia melakukan langkah fatal, bersedia dipilih lagi menjadi presiden keenam kali (1997).
Padahal, alm. Dr. Roeslan Abdulgani, seperti yang diceritakan pada Sulastomo, pernah diminta Ibu Tien untuk membujuk Soeharto agar menolak jika dicalonkan lagi jadi presiden.
Krisis kepemimpinan pada Mei 1998 berdampak terhadap internal kabinet.
Rakyat menginginkan reformasi dan mendesak Soeharto untuk mundur.
Soeharto pun membentuk Kabinet Reformasi, namun ternyata 14 menteri menyatakan untuk tidak bersedia.
Soeharto yang menerima kabar itu pada 20 Mei pun merasa benar-benar terpukul dan ditinggalkan.
Rencananya, pada 21 Mei 1998 Soeharto mengumumkan kabinet itu dan melantiknya pada 22 Mei 1998.
Sekitar pukul 19.30 WIB di Jalan Cendana, Jakarta Pusat, BJ Habibie (wapres) pun menemui Soeharto untuk membahas kabinet itu.
Pembicaraan dengan pimpinan DPR/MPR yang meminta Soeharto mundur akan dilakukan pada 23 Mei 1998.
Sementara Habibie berpikir bahwa Soeharto akan mundur setelah Kabinet Reformasi terbentuk.
Habibie kemudian bertanya mengenai posisinya sebagai wakil presiden.
Soeharto pun dengan mengejutkan menjawab "Terserah nanti. Bisa hari Sabtu, hari Senin, atau sebulan kemudian, Habibie akan melanjutkan tugas sebagai presiden."
Setelah mencapai kesepakatan tentang pembentukan Kabinet Reformasi, pada pukul 22.30 WIB Soeharto memanggil Saadillah Mursjid untuk menyiapkan segala sesuatu, karena besok Soeharto ingin mundur.
Dia merasa ditinggalkan semua orang kepercayaan.
Kesepian, menjadi satu-satunya teman yang menguatkan putusan itu di tengah huru-hara yang pecah menyelimuti negeri.
Hanya Satu Menteri
Dilansir Kompas.com, tokoh reformasi Amien Rais yang sekaligus mantan Ketua MPR, mengatakan kenangannya ketika era reformasi bahwa ada satu menteri yang paling setia dengan Soeharto bahkan saat Ia sudah tidak menjabat sekalipun.
"Cuma ada satu menteri yang masih mendampingi Pak Harto, Saadillah Mursjid. Itu watak manusia. Pak Harto jaya semua berkerumun, begitu mau step down tinggal satu manusia Saadillah ini," tutur Amien dalam pidatonya di peringatan 20 tahun reformasi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (21/5/2018).
Amien melihat kesetiaan sosok Saadilah ini ketika kedatangan beberapa dokter yang menangani kesehatan Soeharto.
"Dua hari Pak Harto lengser, beberapa dokter yang handle Pak Harto ingin ketemu saya, ketemu di PP Muhammadiyah," kata Amien.
Dokter yang datang saat itu menceritakan kejadian malam hari pada tanggal 20 Mei 1998 sehari sebelum Soeharto mengumumkan kemundurannya bahwa hanya da satu Menteri yang mendampinginya.
Saadilah Mursjid yang kala itu menjabat Menteri Sekretaris Negara menjadi satu-satunya Menteri yang berada di samping Soeharto satu hari menjelang reformasi.
Saadilah juga ikut berada di belakang Soeharto saat Soeharto membacakan pengumuman lengsernya, serta melihat pengangkatan BJ Habibie sebagai pengganti Soeharto.
Meski menjadi bagian dari Orde Baru, Amien Rais mengapresiasi sifat setia Saadilah yang mendampingi Soeharto hingga lengser.
Bahkan, sosok Saadilah juga menjadi juru bicara Soeharto ketika ia didesak mundur.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddique menjadi saksi kunci keadaan rumah Habibie ketika mendengar kabar Soeharto akan mundur juga memiliki kenangan dengan Saadilah.
Habibie meminta ajudannya untuk menelpon ajudan Soeharto dan juga meminta waktu untuk bertemu Soeharto tetapi telepon tersebut diserahkan ajudan Soharto kepada Saadillah Mursjid.
"Saadillah mengatakan kepada Habibie intinya Pak Habibie tidak perlu bertemu dengan Presiden malam ini, besok Presiden akan mundur dari jabatannya," kata Jimly.
Kesetiaan Saadillah ini juga dibalas baik dengan Soeharto.
Saat Saadilah wafat (28/7/2005), Soeharto ikut melayat bahkan saat keadaanya masih sakit setelah keluar dari RS.
Di akhir pidatonya Amien Rais juga mengatakan, untuk memilih teman harus berhati-hati jangan sampai mereka hilang ketika kita sedang kesusahan.
"Jadi hati-hati Anda kalau punya teman. Begitu senang muji-muji, pas susah hilang," kata Amien.