Rasulullah SAW dalam sebuah Hadits berpesan kepada juru adil (hakim) agar tidak memutuskan suatu perkara dalam keadaan marah. Karena orang yang sedang marah sangat mungkin memutuskan perkara secara tidak adil.
"Janganlah seseorang mengadili dua orang yang bertikai sementara dalam keadaan marah." (HR Bukhari dan Muslim). Imam Syafi'i ra berkata dalam kitabnya al-Umm (6/199), "Marah dapat memengaruhi akal dan pemahaman."
Keadaan apa saja yang dirasakan seseorang dapat memengaruhi akal dan pemahamannya, maka pada saat itulah seorang hakim tidak boleh memutuskan suatu perkara. Jika ia merasakan sakit, lapar, cemas, sedih atau senang yang berlebihan akan memengaruhi pikiran.
Nah, satu di antara penyulut kemarahan seseorang dipengaruhi oleh perutnya yang kosong. Namun, bukan berarti saat memutuskan perkara seorang hakim dilarang berpuasa yang pastinya juga lapar. Lalu apa perbedaan lapar karena telat makan dengan lapar karena puasa?
Letak perbedaannya ada pada "niat" (intention) yang harus dilakukan sebelum terbit fajar. Niat adalah "nutrisi" spiritual bagi orang yang berpuasa. Dalam psikologi, niat menjadi kekuatan bagi tubuh.
Tak pernah kenyang
Niat dari hati dan pikiran, lalu menjalar ke seluruh sistem sel tubuh yang akan memberi kekuatan dari tarikan haus dan lapar.
Dalam psikologi, niat disebut juga motif yang kemudian mewujud dalam sikap dan perilaku seseorang.
Menurut Winkel (1996), motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Ada juga yang mengatakan motif adalah suatu keadaan, kebutuhan, atau dorongan dalam diri seseorang, disadari atau tidak yang membawa kepada terjadinya suatu perilaku.
Imam IbnulQayyim berkata, "Niat adalah ruh amal, inti, dan sendinya. Amal itu mengikuti niat. Amal menjadi benar karena niat yang benar. Dan amal menjadi rusak karena niat yang rusak." (I'lamulMuwaqqi'in VI/106).
Karena itu, dalam berpuasa niat menjadi satu hal yang wajib dilakukan. Tanpa niat, puasa tidak sah karena tidak memiliki motif spiritual untuk Allah SWT.
Karenanya, saat kita telah niat berpuasa, saat bersamaan telah meneguhkan tekad untuk menjauhkan larangan Allah dan menjalankan perintah-Nya.
Janganlah berpuasa hanya terasa lapar dan haus tanpa bekal batin apapun. Kondisi lapar saat berpuasa mengandung pesan agar kita selalu "menyisakan rasa" untuk memahami saudara-saudara kita yang kesusahan setiap harinya.
Nabi Muhammad SAW ternyata dalam keseharian tak pernah merasakan kenyang. Kesaksian istri tercintanya, Siti Aisyah RA, mengatakan, "Keluarga Muhammad SAW tidak pernah kenyang dari roti gandum selama dua hari berturut-turut sampai Rasulullah SAW meninggal."
Baca: Bulan Ramadan untuk Redakan Situasi Politik Pasca Pemilu 2019, Tugas Elite Politik & Para Ulama
Baca: Ramadan 1440H - Tata Cara & Niat Tarawih, 11 Atau 23 Rakaat hingga Doa Sesudah Salat
Baca: Bedakan Tata Cara Niat Mandi Wajib bagi Pria & Wanita, Laki-laki Ada 9 Langkah, Perempuan 8 Langkah!
Tautan: http://wartakota.tribunnews.com/2019/05/06/makna-lapar-saat-puasa?page=all.