TRIBUNMANADO.CO.ID - Uang sebesar Rp 100 ribu seakan tak ada artinya lagi bagi sejumlah warga Kelurahan Bahu yang mengikuti Pemilihan Suara Ulang (PSU) pada Sabtu (27/4/2019).
Mereka baru saja beroleh "uang kaget" dari beberapa pihak.
Jumlahnya besar.
"Saya dapat 700 ribu," kata seorang pria yang tak mau disebut namanya.
Di rumahnya ada 4 pemilih.
Berarti total uang yang ia terima berjumlah 2 juta 800 ribu.
"Ada teman saya yang beli rokok seharga 100 ribu saking banyaknya uang," kata dia.
Politik uang diduga mewarnai sejumlah PSU di Manado.
Penelurusan Tribun, harga satu pemilih berkisar 500 hingga 700 Ribu rupiah. Bahkan ada yang memberi asuransi kesehatan plus uang.
Beberapa pihak meningkatkan jumlah uang setelah tahu jumlah uang yang diberikan pihak lain. PSU memang memungkinkan perubahan suara partai dan caleg.
Caleg runner up bisa menyodok, menyingkirkan perolehan suara caleg nomor satu di pencoblosan sebelumnya.
Partai yang sebelumnya tidak dapat kursi bisa beroleh kursi asalkan meraih suara signifikan dalam PSU.
Patroli Bawaslu tiada sanggup menghentikan praktek lancung ini.
Bahkan mirisnya ada perangkat kelurahan yang diduga jadi pelaku bagi-bagi uang.
Lebih dari itu, aksi para Tim Sukses yang jadi pelaku politik uang memang lihai. Mereka masuk ke rumah pemilih, mengajak janjian di luar agar tak diketahui.
Ironisnya, diduga karena politik uang, PSU banjir peminat. Contohnya di salah satu TPS di Bahu. Hanya satu warga yang tidak memilih.
Bandingkan dengan di beberapa TPS lain yang sepi pemilih dikerenakan hanya menggelar PSU untuk Pilpres.
"Yah memang sobagitu," kata seorang warga lagi.
Dikatakannya, ada pihak yang membawa uang kaget sebesar 200 ribu. Warga hanya menertawakannya.
"Kalau 100 dan 200 sudah tidak laku lagi, paling rendah 500," kata dia.
Ia bercerita pemberian tak hanya dilakukan pihak yang bertarung di kota tapi juga hingga DPR RI.
Dikatakannya, uang kaget tersebut berhasil mengubah pilihannya.
"Dahulu saya pilih A tapi kini pilih B, karena ia kasih banyak uang," kata dia.
Dirinya mengaku akan menggunakan uang tersebut untuk keperluan sehari hari.
"Kami bukannya tak tahu itu buruk, tapi hidup sedang susah," kata dia.
Ketua Bawaslu Manado Marwan Kawinda mengatakan, pihaknya kesulitan mencari bukti dari praktek
politik uang di PSU.
"Memang ada informasi tapi kita butuh bukti, kalau ada kita tangkap," katanya.
Peneliti LSI Rully Akbar mengatakan, Sulut masuk daerah parah politik uang.
"Orang disini sangat permisif dengan uang, menurut survei, 70 persen pemilih bisa merubah pilihan jika dikasih uang," beber dia. (Arthur Rompis)