Ia menambahkan, Tim SAR sebelum melakukan evakuasi dengan memotong kaki kiri korban sebelumnya berkoordinasi dengan pihak keluarga agar segera dilakukan tindakan amputasi.
Bahkan, sejak Kamis pagi Mahyudin memberikan Tedy makan dan minum serta memberikan semangat agar tetap kuat dan bertahan.
Setelah mendapat persetujuan dari keluarga untuk segera melakukan tindakan, maka Ia yang terus berkomunikasi dengan Almarhum Tedy.
Situasi saat itu, ada dokter namun untuk melakukan pembedahan di dalam lubang tambang, dokter tidak dibekali ilmu rescue dari Basarnas sehingga hanya Mahyudin yang memberanikan diri masuk ke lubang.
Tindakan medis seperti bius lokal dan oksigen sudah dipasang kepada korban.
"Akhirnya saya melakukan tindakan tersebut, namun sudah terlebih dulu mengikat paha Tedy agar tidak akan pendarahan banyak. Saat saya mulai memotong, saya bercerita dengan Tedy untuk memotong batu terlebih dahulu baru memotong kaki Tedy," jelasnya.
Kurang lebih 1 jam lebih memotong kaki korban karena kondisi dalam lubang sempit sehingga butuh waktu.
"Pada momen ini saya merasakan kesedihan karena Tedy sempat berteriak sakit sampai akhirnya kami berhasil keluarkan dia dari dalam lubang," ungkapnya.
Namun, Tedy tak berhasil selamat walaupun tim dokter telah melakukan tindakan maksimal untuk menyelamatkan Tedy.
Itu adalah evakuasi terakhir secara manual sebab selanjutnya evakuasi dilakukan menggunakan alat berat.
Mahyudin mengaku baru sekali ini melakukan evakuasi di lokasi tambang yang memang sangat berbahaya.
"Saat masuk dalam lubang tambang, saya ikhlas sebab misi saya adalah ingin membantu sesama," tutupnya saat ditemui di lokasi kejadian.
Saat ini Tim Gabungan Basarnas terus melakukan evakuasi terhadap para korban yang masih tertimbun longsor di dalam tambang.
Petugas juga bekerja selama 24 jam dengan membagi tugas atau waktu kerja.
Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube tribunmanadoTV
Follow juga akun instagram tribunmanado