Prabowo Subianto: Demi Allah, Kalau Saudara Tidak Memilih Saya, Saya Hormati

Editor: Rhendi Umar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Prabowo Subianto berpidato pada pembekalan relawan Prabowo-Sandiaga belum lama ini.

TRIBUNMANADO.CO.ID - Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto menilai menjadi seorang presiden tidak enak.

Ia mengatakan, banyak hal yang perlu dipikirkan secara serius bila menjadi kepala negara.

"Tidak masalah (jika tidak terpilih), mungkin hidup saya lebih enak kalau tidak jadi presiden. Bayangkan, yang dikasih ke saya masalah-masalah (jika jadi presiden)," ujar Prabowo Subianto di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (28/2/2019).

Sehingga, dalam forum yang dihadiri oleh ratusan apoteker, perawat, hingga dokter itu, Ketua Umun Partai Gerindra tersebut secara gamblang tak ingin meminta dipilih menjadi presiden.

"Prabowo Subianto tidak minta dipilih oleh dokter-dokter, tidak. Kalau berharap di dalam hati ya boleh. Iya kan? Loh, ini saya berharap dalam hati saya. Saya tidak berharap dukungan dari kalian. Tapi demi Allah, kalau saudara tidak memilih saya, saya hormati," tuturnya.

Baca: Torang Kanal-Gisella Mukuan Kesal dengan Sampah Plastik di Laut

Meski demikian, ia tetap berharap dapat menang dalam Pilpres 2019 April mendatang, dengan harapan membangun negara menjadi lebih baik.

"Kenapa saya optimis? Karena masalah yang sangat sederhana. Masalahnya adalah bangsa kita kaya tetapi kekayaannya bocor, as simple as that," kata Prabowo Subianto.

"Kita negara sangat kaya dengan manajemen yang baik, kita kelola. Kita akan mampu tidak terlalu lama, sekarang revolusi informatika begitu cepat," sambungnya.

Prabowo Subianto kemudian mengatakan, ledakan penduduk yang akan terjadi di 2030, bukanlah masalah biasa.

Menurut dia, penambahan jumlah penduduk harus tertangani serius, apalagi menyangkut bidang kesehatan.

"Ini harus kita bicarakan, kita tidak boleh anggap ini masalah biasa (ledakan penduduk)," ujar Ketua Umum Partai Gerindra ini.

"Kenapa? kalau ada pertambahan penduduk, katakanlah sekarang 1,3% setiap tahun, atau 1,5%. Yang jelas, kalau ada tambahan 3 juta manusia Indonesia baru setiap tahun, ini beban untuk rumah sakit kita. Ini beban untuk komunitas kesehatan kita, ini beban untuk negara," paparnya.

Sehingga, ia menawarkan solusi dengan perbaikan pengelolaan kekayaan negara, yang selama ini dianggapnya digarap oleh pihak asing.

"Inti masalah Indonesia adalah bahwa kekayaan Indonesia tidak tinggal di Indonesia, ini masalahnya. Jadi kalau saudara-saudara mengatakan kurang defisit BPJS, kalau tidak salah 20 T. Kalau saya mengatakan 20 triliun, kalau saya memimpin pemerintahan, saya anggap itu masalah kecil 20 triliun itu," papar mantan Panglima Kostrad TNI AD ini.

Sementara, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih menyampaikan, tantangan di bidang kesehatan makin tahun kian berat, dengan adanya ledakan penduduk.

Baca: Kisah Buaya Jadi-jadian, Menghantui Warga di Bangka yag terkena banjir

Halaman
12

Berita Terkini