Laporan Wartawan Tribun Manado Chintya Rantung
TRIBUNMANADO.CO.ID, BITUNG - Buaya yang memangsa Deasy Tuwo, perempuan warga Desa Ranowango, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa, kini mendiami tempatnya yang baru di Taman Wisata Alam (TWA) Tangkoko, Kelurahan Batuputih, Kota Bitung.
Proses pemindahannya dimulai pada Senin (14/1/2019) dari Tombariri menuju ke Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Tasikoki, Kecamatan Kema, Minahasa Utara.
Pemindahan buaya tersebut di bawah koordinasi tim BKSDA bersama tim PPS Tasikoki.
Baca: Buaya Pemakan Manusia Dipindahkan ke TWA Bitung, Ada Beberapa Hal yang Harus Dipatuhi
Baca: Misteri Buaya Makan Perempuan di Tombariri, Polisi Berharap Hasil Outopsi
Dari Kema, predator darat itu dibawa dengan mobil ke TWA Tangkoko, Selasa (15/1/2019).
Amatan Tribunmanado.co.id, puluhan petugas TWA dan PPS Tasikoki memindahkan buaya tersebut dari mobil hingga ke kolam yang sudah disediakan.
Pemindahan reptil raksasa yang disebut milik warga Jepang tersebut terikat tali dan lakban, sementara tubuhnya dialaskan dengan papan.
Prose pemindahan Merry memakan waktu kurang lebih satu jam.
Baca: Buaya Makan Orang di Minahasa - Netizen Sulut Duga Deasy Korban Pembunuhan: Ada yang Janggal!
Baca: WN Jepang Pemilik Buaya Pemakan Manusia Masih Diburu Polisi, Ini Kejanggalan Kematian Deasy Tuwo
Sebelum dilepas ke kolam, petugas sangat berhati-hati melepas lilitan pada tubuh hewan itu.
"Kondisi kesehatan buaya saat ini masih drop tapi sudah kami melakukan penangan pertama, berharap kondisinya akan terus membaik," ujar Dokter Hewan Fahmi Agustiadi dari Tim PPS Tasikoki.
Tim telah mengambil data terkait reptil raksasa tersebut.
Kata Dokter Fahmi, buaya yang bernama Merry itu berjenis kelamin jantan dengan umur 18-20 tahun.
Baca: Cerita Anggota TNI yang Evakuasi Buaya Pemakan Manusia: Penuh Ketegangan hingga Gigi Copot
Baca: Fakta Terbaru Buaya Terkam Deasy Tuwo: Butuh 20 Orang Evakuasi hingga Polisi Cari Pemilik, WN Jepang
Buaya itu memiliki panjang panjang 4,4 meter, lingkar dada 180 sentimeter, berat sekitar 700 sampai 800 kilogram.
Dengan tempat yang baru tersebut, katan Dokter Fahmi, kolam tempat buaya itu harus diberi pagar sebagai pengaman.
Kata dia, buaya adalah binatang buas karena ketika terancam dan lapar bisa saja langsung memangsa orang yang ada di sekitar.
Kepala Satuan Polisi Kehutanan BKSDA Sulut Teny Rondonuwu menambahkan, dipilihnya TWA Tangkoko karena memenuhi syarat sebagai lokasi evakuasi buaya.
BERITA POPULER:
Baca: Kronologi Penemuan Jasad Deasy Tuwo yang Diterkam Buaya Peliharaan WN Jepang
Baca: Cerita Pemandi Jenazah Deasy Tuwo yang Diterkam Buaya Peliharaan, Begini Kondisi Jasad Korban
Baca: 9 Fakta Kasus Buaya Terkam Deasy Tuwo di Ranowangko: Kronologi, Kondisi Jasad hingga Milik WN Jepang
Ia menyebut, tempat tersebut cukup bagus tapi bagi penghuni yang ingin melihat untuk ekstra hati-hati.
"Serta para petugas untuk selalu memberikan peringatan bagi setiap pengunjung karena buaya ini buas," tambahannya.
Ia menambahkan, cara penanganan dan identifikasi untuk menjaga buaya tersebut untuk sementara para petugas secara bergantian standby di seputaran kolam.
"Mengingat di TWA ada hewan endemik lain seperti yaki yang juga berkeliaran di seputaran tawan wisata," jelasnya.
Deasy Tuwo ditemukan sudah tak bernyawa dengan kondisi sebagian tubuh tercabik pada kolam tempat di mana buaya berada di Desa Ranowangko, Jumat (11/1/2019).
Polisi masih menyelidiki kasus tersebut. (*)