Selamat dari Tsunami Banten dan Lampung, Ahok Kecewa Tak Bisa Bantu Ibu dan Anaknya

Editor: Indry Panigoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

UPDATE Korban Tsunami Selat Sunda, 36 Orang Meninggal Dunia

TRIBUNMANADO.CO.ID - Udin Ahok (49) menjadi satu di antara korban selamat dari tsunami di Selat Sunda.

Diketahui, tsunami tersebut melanda Banten dan Lampung pada Sabtu (22/12/2018) malam.

Dikutip dari Tribun Lampung, Ahok mengungkapkan kekecewaannya lantaran tak dapat menolong keluarganya yang menjadi korban.

Ia menyampaikan bahwa rumahnya ikut terseret ombak saat tsunami terjadi.

Ahok merupakan warga Way Muli, Rajabasa, Lampung Selatan.

Ia yang selamat dari tsunami mengaku sangat kecewa lantaran tak dapat menolong ibunya Ema (70) dan anaknya, Muhammad Yusuf (1).

Ia mengungkapkan bahwa kala itu ibu dan anaknya tertimbun reruntuhan bangunan.

Gelombang tsunami yang datang tiba-tiba, membuat Ahok tak sempat menyelamatkan ibu dan anaknya.

Ia diketahui sedang tidur saat gelombang tsunami datang menyapu rumahnya.

“Baru sekitar tujuh menitan saya tertidur, tiba-tiba ombak datang dan langsung menghantam rumah saya," ujar Udin.

Akibat gelombang tersebut, rumah Ahok langsung roboh.

Ia juga teramat panik ketika mengetahui rumahnya dalam keadaan terkunci ketika ia hendak keluar dari rumahnya.

 Meski tak sempat menyelamatkan ibu dan anaknya, Udin masih sempat menyelamatkan istrinya kala itu.

Nggak pikir panjang, saya langsung menyelamatkan istri. Karena posisi kepala istri sudah di atas air."

"Itu kondisi air tingginya sekitar dua sampai tiga meter. Saya coba angkat istri saya biar bisa keluar dari dalam rumah lewat atap rumah depan yang bolong," ujar Ahok.

Cerita Korban Tsunami Banten Lampung, Udin Menunggu Keluarganya yang Terhimpit Reruntuhan (TribunLampung)

Komedian Ade Jigo Tak Berhasil Selamatkan Istri

Kisah lain dari korban selamat yang tak berhasil menyelamatkan keluarganya datang dari komedian Ade Jigo.

Ade kala itu sedang memiliki job menjadi pembawa acara yang diadakan di Tanjung Lesung Beach Resort, Banten.

Kemudian ia menceritakan kesaksiannya pada tayangan TV One.

"Dibuka makan malam. Saya masuk MC. Selesai MC jam 9, Seventeen perform jam 9.15. Saya mau nonton itu sama anak saya. Istri saya dan istri Aa Jimmy di belakang panggung lagi makan," cerita Ade saat di tayangan TV One.

"Orang-orang pada teriak air-air. Lima langkah saya lari, tapi saya terseret air sambil menggendong anak saya."

"Tiba-tiba sudah gelap dan saya kayka ada di dalam ruangan. Banyak orang-orang yang berdoa."

"Selama 2 menit baru ada yang buka pintu. Saya keluar dengan kondisi lemah, setelah itu saya dibawa klinik terdekat," cerita Ade Jigo.

Baca: Deretan Kisah Korban Selamat Tsunami di Banten, dari Balita di Runtuhan Resort, hingga Panjat Pohon

Kemudian Ade bercerita ia mendapatkan tali sehingga tidak tenggelam.

"Saya dapet tali biar hidung dan mulut saya tidak kemasukan air. Saya 2 menit di dalam terowongan. Itu ternyata gorong-gorong pembuangan air kolam renang."

"Gelap mati lampu semua. Setelah itu saya sempat ke tenpat yang aman," pungkas Ade Jigo.

Jigo juga mengabarkan bahwa istrinya ditemukannya telah meninggal, sedangkan anaknya selamat bersama pengasuhnya.

Ade Jigo dan Almarhumah Meyuza sebelum Tsunami melanda Pesisir Selat Sunda (Instagram.com/adejigo)

Terpisah dari Anak

Yuli (40) warga Gudang Lelang, Telukbetung, lari dengan panik saat dengar suara gemuruh.

"Semalam jam setengah sepuluh, ada suara gemuruh, saya langsung lari dari Gudang Lelang sampai Masjid Al-Furqon ini. Nggak kerasa saking takutnya," ungkapnya, Minggu (23/12/2018).

Saat peristiwa tersebut, Yuli mengaku sudah tidak bisa lagi berpikir jernih.

Hal yang ada dalam pikirannya saat itu hanya lari ke tempat yang tinggi.

"Yang penting aman dulu. Barang-barang nggak diurusi. Yang penting selamat badan dulu. Sampai ini, saya belum kumpul sama anak saya. Satu hilang ke mana saya nggak tahu," sebutnya dikutip dari Tribun Lampung.

Yuli pun semakin galau lantaran Pemerintah Kota Bandar Lampung meminta warga pulang ke rumah.

"Ini disuruh pada pulang. Padahal, tadi pagi cuaca masih serem. Takut saya, masih trauma suara gemuruh," tandasnya.

Baca: Saat Nyanyi Lagu ke-2 di Pantai Anyer, Ifan Seventeen Kehilangan Istri dan Teman-temannya

 

 

Kondisi dua mobil yang terseret arus tsunami di daerah pantai Carita, Pandeglang, Banten. (Twitter/@jamesmassola)

Update Korban

Korban tsunami Selat Sunda yang menerjang Banten dan Lampung pada Sabtu (22/12/2018) kemarin terus bertambah.

Berdasarkan rilis dari Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, data sementara yang berhasil dihimpun Posko BNPB hingga Senin (24/12/2018) pukul 07.00 WIB, tercatat 281 orang meninggal dunia.

Sementara itu, 1.016 orang luka-luka, 57 orang hilang dan 11.687 orang mengungsi.

"Untuk kerusakan fisik akibat tsunami, meliputi 611 unit rumah rusak, 69 unit hotel-vila rusak, 60 warung-toko rusak, dan 420 perahu-kapal rusak," imbuh Sutopo, dalam keterangan tertulisnya, Senin (24/12/2018).

Korban dan kerusakan yang diakibatkan oleh tsunami ini terjadi di 5 kabupaten terdampak, yaitu di Pandeglang dan Serang, Banten, serta di Lampung Selatan, Tanggamus dan Pesawaran, Lampung.

Untuk jumlah korban dan total kerusakan, daerah pesisir di Kabupaten Pandeglang adalah daerah yang paling parah dibandingkan daerah lain.

Terdapat 10 kecamatan di Pandeglang yang terdampak terjangan tsunami ini.

Kerusakan banyak dialami di daerah pesisir di di sepanjang pantai dari Pantai Carita, Pantai Panimbang, Pantai Teluk Lada, Sumur, dan Tanjung Lesung.

Baca: Gitar Bass Milik Mendiang Bani Ditemukan, Ifan Seventeen: Sob, Kesayanganmu ki Tak Jagain Dulu ya

"Tercatat 207 korban meninggal dunia, 755 orang luka-luka, dan 7 orang hilang di Kabupaten Pandeglang. Selain itu terdapat 11.453 orang yang menungungsi," papar Sutopo.

Korban paling banyak ditemukan di Hotel Mutiara Carita Cottage, Hotel Tanjung Lesung dan Kampung Sambolo.

Sementara kerusakan fisik meliputi 611 unit rumah rusak, 69 hotel dan vila rusak, 60 warung makan dan toko rusak, 350 perahu atau kapal rusak, dan 71 unit kendaraan rusak.

Lebih lanjut, di Kabupaten Serang, tercatat 12 orang meninggal dunia, 30 orang luka-luka dan 28 orang hilang.

Kerusakan fisik akibat tsunami di kecamatan ini masih dalam pendataan.

Selanjutnya di Kabupaten Lampung Selatan, tercatat 60 orang meninggal dunia, 230 orang luka-luka, 22 orang hilang dan 30 unit rumah rusak berat.

Di Kabupaten Tanggamus terdapat 1 orang meninggal dunia, 4 rumah rusak berat, dan 70 perahu rusak.

Sedangkan di Kabupaten Pesawaran tercatat 1 orang meninggal dunia, 1 orang luka-luka, 231 orang mengungsi, 134 rumah rusak dan 14 perahu rusak.

Kemungkinan, data korban dan kerusakan masih akan terus bertambah karena masih belum semua yang berhasil didata.

(TribunWow.com)

Berita Terkini