TRIBUNMANADO.CO.ID - Pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di Perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, itu dikabarkan hilang kontak saat lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta pukul 06.10 WIB pagi ini, Senin (29/10/2018).
Pesawat berpenumpang 178 orang dewasa, 1 anak-anak, 2 bayi, 3 pramugari yang sedang mengikuti pelatihan, dan 1 teknisi, itu dijadwalkan tiba di Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang, pukul 07.20 WIB.
Bagaimana profil pesawat yang mengalami kecelakaan itu? Maskapai Lion Air menerima kedatangan armada baru Boeing 737 MAX 8 itu di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta, Selasa, 4 Juli 2017.
Public Relations Manager Lion Air Group Andy M Saladin mengatakan, pesawat dengan kode registrasi PK-LQJ itu merupakan unit Boeing 737 MAX-8 pertama yang diterima Lion Air, dan menjadi yang pertama di Indonesia.
Baca: Begini Penjelasan Resmi Lion Air Terkait Jatuhnya Pesawat Lion Air JT-610 di Perairan Karawang
Baca: Sejumlah Pejabat Dikabarkan Naik Pesawat Lion Air JT-610, Pegawai Kemenkeu hingga Anggota DPRD Babel
Lion mendesain kabin pesawat B737 MAX 8 dengan 180 kursi yang semuanya merupakan kelas ekonomi.
Boeing 737MAX 8 didesain sebagai pesawat yang efisien bahan bakar dan nyaman bagi penumpang dengan suasana kabin yang lebih senyap.
Bahan bakar 737 MAX juga diklaim lebih hemat 20 persen dibanding generasi 737 saat ini (737 NG).
Pesawat 737 MAX akan meningkatkan kemampuan varian B737 Next Generation (NG) dengan daya jelajah terbang 340-570 mil laut lebih jauh, menjadi 3.500 mil laut (6.500 km).
Dua hal itu, yakni kenyamanan dan efisiensi, bisa dicapai oleh B737 MAX 8 dengan peningkatan di sektor aerodinamika dan mesin pesawat.
Dari segi aerodinamika, B737 MAX 8 mengusung desain winglet terbaru, yang dijuluki Scimitar Winglet. Ujung sayap B737 MAX 8 terlihat seperti dibelah menjadi dua, satu menjulur ke atas dan satu ke bawah. Inilah ciri utama varian B737 MAX.
Winglet di ujung sayap berguna untuk memecah turbulensi udara yang terjadi di ujung sayap saat pesawat berjalan dalam kecepatan tinggi.
Turbulensi yang dihasilkan itu menghasilkan drag (daya hambat). Karena menghambat laju pesawat, mesin membutuhkan tenaga lebih, yang ujung-ujungnya drag ini membuat konsumsi bahan bakar boros.
Dengan winglet tambahan di ujung sayap, turbulensi udara di ujung sayap tadi bisa dipecah. Dalam uji aerodinamika, udara yang menggulung di ujung sayap terlihat menjadi lurus alirannya, meminimalkan drag.
Sementara dari segi mesin, B737 MAX menggunakan mesin jenis terbaru, CFM LEAP 1B.
Desain mesin ini diklaim lebih senyap dibanding generasi mesin sebelumnya, yakni CFM56.