“Kami sudah lama menunggu di sini, penjelasan dari ASDP hanya cuaca buruk,” ujar Dedi, sopir lainnya.
Selama tiga pekan menunggu kepastian keberangkatan, para sopir kehabisan uang makan
“Kami diberikan bos uang makan untuk satu pekan. Kalau seperti ini, kami keluarkan uang sendiri,” katanya.
Baca: Live Streaming Timnas U23 Indonesia Vs Uni Emirat Arab UAE di Asian Games 2018, Sedang Bertanding
Baca: BNNP Sulut Tangkap Tiga Tahanan di Rutan Malendeng, Sita 64,13 Gram Ganja
Mereka hanya bisa tidur di truk yang terparkir di pelabuhan. “Untuk mandi ada tempat di kantor ASDP, juga di kapal,” jelasnya.
Alhasil, pendapatan sopir juga berkurang. Mereka digaji untuk sekali perjalanan. Biasanya Rp 1,5 juta per perjalanan.
“Kalau kendaraan kami diam, muatan akan rusak,” ujarnya. Dedi mengaku memuat minyak kelapa dan snack. Kalau bisa ada kapal bantuan untuk tanggulangi, sebab kami sudah terlalu lama menunggu,” jelas dia.
Hal yang sama dirasakan Riven Sasue, sopir truk yang akan membawa kendaraan ke Lirung.
“Saya sudah sekitar dua pekan di sini. (Saya) membawa beras, gula, tepung, dan sembako lainnya,” ujar dia.
Ia mengatakan, bosnya sudah tanya kapan kapal berangkat.
“Saya bilang (ke bos) belum (akan berangkat),” jelasnya.
Selama di pelabuhan, ia hanya makan, tidur dan melakukan aktivitas bersama sopir lainnya.
“Sudah habis banyak (uang) juga ini. Pakai uang sendiri,” kata dia.
Ia berharap, dapat menuju ke Melonguane pada Sabtu mendatang. Meski kapal siap berangkat, namun mobil tidak bisa diberangkatkan sekaligus lantaran kapasitas angkut kapal tak bisa terlalu banyak.