Gempa Lombok: Keluarga Zohri Histeris Saat Jenazah Bibi Ditemukan

Penulis: Tim Tribun Manado
Editor: Lodie_Tombeg
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Korban gempa di Lombok, NTB, Minggu (29/7/2018).

Hal itu dilakukan sejak sore hari kemarin. Lengkap dengan alat bantu pernapasan bagi relawan, Ade dan kawan-kawan merambah masuk ke celah sempit diantara reruntuhan bangunan masjid. Pengap dan panas tentunya.

Bahkan Ade sempat memperlihatkan tangannya berkeringat dan tampak keriput. "Kalau sudah ketemu korban di reruntuhan itu sudah paling sulit.

Jadi dari kemarin itu kami buat celah agar bisa evakuasi korban." kata Ade yang ibu dan bapaknya berasal dari Tabanan itu.

Saat berhasil masuk ke dalam celah sempit kata Ade, dirinya bisa melihat jasad Selamah. Ia juga menyaksikan tubuh korban yang terjepit dan terpisah ditimpa bangunan. Dan itu menurut dia adalah hal yang paling sulit untuk dirinya.

"Apalagi tubuh korban sudah terpisah. Dan juga ada satu tiang yang menimpa korban di bagian kepala hingga pundak. Iya, ini paling sulit, belum lagi yang di lading-lading." kata Ade.

Tim sebelumnya memutuskan mencari tanda-tanda kehidupan sebelum akhirnya masuk ke celah sempit. Namun faktanya tidak ada, sehingga digunakan alat berat untuk membongkar terlebih dulu agar ada akses masuk.

"Kalau kami evakuasi dari dalam berisiko sehingga harus buka akses dengan memotong besi juga menyanggah bangunan dengan alat berat. Namun malam tiba dan evakuasi dilanjutkan besok (hari ini) karena kemarin terkendala cahaya." kata dia.

Basarnas dan relawan memutuskan hari ini untuk mengangkat jenazah korban yang sudah mulai tercium aroma khas tersebut.

"Kita putuskan melanjutkan hari ini dengan membuka ruang yang lebih lebar lagi agar akses menuju korban bisa dilanjutkan. Dan terbukti bisa dilakukan dan berhasil mengevakuasi korban." jelas dia.

Ade yang sudah 18 tahun bergabung di Basarnas juga menyebut kalau posisi korban di dalam masjid itu terjepit dan dikelilingi dengan reruntuhan.

"Samping kiri kanan semua reruntuhan, tidak ada barang-barang lain. Pakaian ibadahnya juga masih lengkap di badan." cerita Ade.

Hal yang paling diingat Ade yakni ia harus membuka jalan bagi korban dan harus menopang tiang masjid. "Yang paling sulit yah pas membuka jalan bagi korban agar bisa keluar.

Dan itu menggunakan alat berat. Jadi tiang itu kita letakkan alat berat sebagai penyanggah agar reruntuhan tidak jatuh,"ujar Ade. Ade mengatakan kalau timnya akan kembali berembuk untuk membicarakan apakah masih ada korban di dalam reruntuhan masjid.

"Nanti kita bicarakan lagi untuk mengetahui apakah masih ada korban di dalam bersama aparat desa, apakah masih ada keluarga yang masih belum lengkap di desa ini." kata dia. (Tribun Network/bus/wly)

Berita Terkini