Renungan oleh:
Pdt Stevi Wowor MTh
Pelayan di Jemaat GMIM Anugerah Paslaten Wilayah Tomohon Satu
Kis 2:1-13
TRIBUNMANADO.CO.ID - Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa terdapat 7.000 bahasa di seluruh dunia yang digunakan oleh tujuh miliar orang.
Papua Nugini menjadi Negara yang memiliki jumlah bahasa terbanyak di dunia yaitu 839 bahasa.
Sementara itu Indonesia menduduki peringkat kedua bahasa terbanyak di dunia, yaitu 700 bahasa.
Sedemikian pentingnya sebuah bahasa, karena dengan bahasa kita dapat berkomunikasi dan berinteraksi.
Sejarah awal manusia terpisahkan karena perbedaan bahasa; ketika Tuhan mengacau-balaukan bahasa manusia karena arogansi dan kesombongan manusia dalam peristiwa Menara Babel.
Saudaraku. Justru dalam Peristiwa Pentakosta dalam bacaan ini tidak lepas hubungannya dengan Roh yang mempersatukan, meski mereka memiliki bahasa yang berbeda-beda.
Berkumpulnya begitu banyak orang dari latar belakang bangsa dan bahasa berbeda di Yerusalem pada saat itu adalah
untuk memperingati diberikannya hukum Taurat di Gunung Sinai, yang dari situ mulai terhitung pembentukan jemaat Yahudi.
Hari Raya Pentakosta dalam bacaan kita ini diperkirakan sudah dilakukan selama 1.447 tahun.
Yang kemudian bagi orang Kristen mendapat makna yang baru sebagai hari kelima puluh (pentakoste.Yun) setelah Yesus bangkit dan mencurahkan Roh KudusNya.
Di sini dikatakan mereka berkumpul di satu tempat.
Tergambar jelas bahwa berbagai dinamika yang sempat muncul seperti perbedaan pandangan dan sikap para murid menyikapi pelayanan Yesus, penderitaan Yesus, kematian, kebangkitan Yesus sampai naik di sorga; di sini terlihat ada kebersamaan yang tercipta di antara mereka.
Tak dapat di sangkal bahwa terkadang muncul berbagai dinamika dalam pelayanan, pekerjaan atau bahkan keluarga
kita.
Kadang kala kita tidak bisa membedung perbedaan pola pikir, sikap bahkan karakter dalam kehidupan kita.
Namun dalam semangat kebersamaan dalam kasih Kristus, ada saat kita harus duduk bersama, berembuk bersama, bersekutu bersama, berdoa bersama, sharing bersama; agar supaya jangan sampai perbedaan-perbedaan kita menjauhkan kita, justru kita harus memperkokoh kebersamaan dalam menantikan karya Tuhan di dalam kehidupan kita.
Kita saling mengisi, saling mendukung dan menopang serta saling membantu satu sama lain.
Jika orang-orang masa itu berkumpul di Yerusalem sebagai pusat peribadatan umat, maka persekutuan yang kita bangun dalam ibadah-ibadah hendaklah juga dibangun atas dasar untuk memuliakan Tuhan salah satu cerminannya yaitu lewat kebersamaan kita.
Ketika Roh Kudus turun di tengah-tengah mereka yang tampak lidah-lidah seperti nyala api, maka mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.
Ada yang berbahasa Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia, pendatang dari Roma, orang Kreta dan orang Arab.
Mereka berkata-kata sesuai dengan bahasa para pendatang yang datang ke Yerusalem.
Dari berbagai bahasa yang berbeda, Tuhan memakai itu sebagai sarana berkomunikasi ketika bahasa itu dapat dimengerti oleh satu dengan yang lainnya.
Meskipun pada dasarnya mereka memang berasal dari latar belakang yang berebeda.
Tuhan memakai bahasa tidak hanya sebagai jembatan komunikasi namun ternyata sebagai sarana memuliakan Allah.
Saudaraku. Sering kali bahasa yang kita gunakan sangat menentukan dapat atau tidak dapat diterima maksud kita.
Sering pula bukan semata-mata jenis bahasa namun gaya bahasa pun menentukan penerimaan atau penolakkan terhadap apa yang kita sampaikan, utarakan dan paparkan.
Kita harus menyadari bahwa bahasa juga adalah karunia Tuhan bagi kita untuk memuliakan Tuhan.
kita harus bijaksana mempergunakan bahasa bahkan gaya bahasa kita agar apa yang kita sampaikan bukan memecah-belah, bukan memprofokasi namun membangun, memotivasi, menasehati serta menyemangati.
Semua harus dilandasi dengan prinsip-prinsip dasar Firman Tuhan.
Gaya kita bertutur pun harus se bijaksana mungkin supaya niat hati yang baik dapat diterima pula dengan baik karena mempergunakan bahasa yang dapat diterima secara positif.
Hindarilah bahasa yang kasar, penuh hinaan dan intimidasi kepada orang lain.
Mari jadikan bahasa yang kita pakai meski berbeda namun memiliki isi dan makan yang sama yaitu penuh kasih
dan membangun.
Kalaupun bahasa kita adalah untuk menegur tetap meminta hikmat Tuhan supaya bahasa itu akan sungguh-sungguh membangun dan mengarahkan secara baik dan bijaksana.
Peran kuasa Roh Kudus dalam kehidupan dalam kita mempergunakan bahasa sangatlah penting.
Tanpa pertolongan Kuasa Roh Kudus apa yang kita ucapkan sulit dimengerti orang lain.
Tanpa pertolongan Roh Kudus maka bahasa-bahasa kita mungkin saja bisa kelihatan intelek ditambah gaya bahasa yang berapi-api, mengebu-gebu serta berkobar-kobar namun nilainya nihil karena tidak didasari oleh hikmat Tuhan, apalagi jika bahasa-bahasa kita terkesan menghakimi, merendahkan orang lain, sehingga memecah belah jemaat atau bahkan keluarga kita sendiri.
Roh kudus mempergunakan bahasa sebagai salah satu instrument membangun kebersamaan, mempersatukan dan mengikat dalam kesehatian.
Karena itu manfaafkanlah bahasa-bahasa kita setiap hari untuk merangkul dan menyatukan bagi kemuliaan Allah. Amin.
(Tribunmando.co.id/Chintya Rantung)