Pendeta Melly Bokong MTh mengungkapkan, kegiatan ini dilaksanakan selain memperingati Jumat Agung dan Paskah 2018. Pelaksanaan kegiatan ini adalah juga sekaligus merupakan pencanangan pembukaan kegiatan Panitia Hari Raya Gerejawi Tahun 2018.
NU Sulut: Islam Jaga Ketertiban
UMAT Islam di Sulut harus ikut menjaga keamanan dan ketertiban pada momen Jumat Agung yang sedang diperingati umat Kristiani.
Demikian dikatakan Ketua Nahdlatul Ulama (NU) Sulut Sya'ban Mualuddin kepada tribunmanado.co.id, Jumat (30/2/2018).
Menurut dia, menjaga keamanan dan ketertiban tak perlu di tempat lain. Cukup menjaganya di lingkungan sekitar. Dengan demikian, umat Kristiani bisa memperingati Jumat Agung dengan hikmat.
Di sampung itu, menjaga keamanan dan ketertiban sudah menjadi kewajiban bagi umat Islam. Sehingga kedamaian benar dirasakan oleh semua pihak.
Jika sudah damai pelaksaan ibadah seluruh umat beragama, termasuk Jumat Agung bisa dengan tenang diperingati.
Apalagi di Sulut kerukunan antarumat beragama telah dikenal luas di seluruh Indonesia. Antara satu umat dan lainnya menjaga toleransi. Sehingga kedamaian dapat dirasakan seluruh masyarakat.
Hal ini karena di ajaran agama Islam pun toleransi antar umat beragama harus dijaga. "Oleh karena itu umat Muslim harus menjaga toleransinya," katanya.
Hujan Guyur Jalan Salib di Kotamobagu
Prosesi jalan salib Gereja Katolik Paroki Kristus Raja Kotamobagu dari Tumubui ke Kotamobagu, Jumat (30/3/2018), diwarnai badai. Hujan deras itu tak menyurutkan langkah umat untuk berdoa dan melanjutkan jalan salib.
Hujan yang tak berhenti sampai mendekati penyaliban, membuat beberapa umat beribadah Jumat Agung dengan baju yang airnya kering di badan. Semua tampak khusyuk berdoa.
Balada jalan salib itu dimulai dari sebidang tanah di Tumubui. Di situ, adegan dimulai dari perhentian jalan salib pertama. Umat lalu berarak. Melewati perhentian demi perhentian. Juga sebuah perhentian di depan Makas Polres Bolmong di Kotamobagu.
Hujan deras terjadi. Umat tetap bertahan dalam doa. Hujan tambah deras saat melewati perhentian seperti di dekat patung Bogani. Umat tetap bergerak terus melewati sejumlah perhentian seperti di lapangan Boki Hotinimbang dan mengakhiri perhentian ke-14 (Yesus dimakamkan) di dalam gereja.
Altje Suoth (53), mengaku tetap bertahan karena ini prosesi bukan pawai. Ini doa dan ibadah. "Kami sudah niat mengambil bagian sedikit dari penderitaan Kristus. Hujan atau panas akan tetap bertahan," katanya.
Polwan Berkerudung Kawal Jumat Agung di Kampung Islam