Mereka didorong untuk menghentikan penyebaran wabah tersebut dengan cara menjaga kebersihan.
Di lain sisi, ada komunitas matrinial tradisional dari suku Khasi setempat.
Peranan wanita yang sangat dominan di suku itulah sebagai pemimpin utama dalam hal kebersihan dan sanitasi.
Berita baiknya, nilai-nilai yang berharga tersebut diterapkan secara turun temurun dari orangtua kepada anak di generasi berikutnya.
Lalu, bagaimana cara warga desa menjaga keberihan desa itu?
Sangat sederhana ternyata.
Setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah, anak-anak mengambil sapu dan membersihkan jalanan desa dari sampah dan dedaunan yang jatuh.
Mereka juga bertanggung jawab untuk mengosongkan tempat sampah yang terbuat dari keranjang bambu.
Mereka memisahkan sampah-sampah itu berdasarkan sampah organik, sampah plastik yang bisa didaur ulang, dan sampah yang bisa dibakar.
Mereka juga mengubur sampah dedaunan dalam lubang besar dan mengubahnya menjadi kompos.
Sementara sampah plastik digunakan kembali oleh komunitas untuk didaur ulang.
Sisa sampah lainnya dibakar di luar desa.
Hebatnya lagi, di desa ini sebenarnya ada larangan merokok dan menggunakan plastik.
Seringkali sampah plastik di tempat sampah justru berasal dari para turis yang datang.
Ada juga sih beberapa orang yang membuang sampah sembarangan.