Mertolulut Sang Algojo Pada Masa Keraton Mataram, Begini Kisahnya

Editor: Andrew_Pattymahu
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sosok yang diyakini sebagai Mertolulut (lingkaran merah)

TRIBUNMANADO.CO.ID, YOGYA - Seorang anggota komunitas Kerabat Keliling Jogja (KKJ) pekan lalu memposting foto sangat lawas, sebuah adegan di lingkungan dalam tembok Keraton Yogyakarta.

Foto itu konon diambil Kasian Cephas, fotografer pertama pribumi yang banyak mengabadikan men-momen istimewa sebelum Indonesia merdeka.

Dalam foto itu tampak sejumlah orang duduk mengelilingi meja. Ada dua orang, entah abdi dalem atau rakyat jelata, bersimpuh di lantai. Mereka yang duduk di kursi mengenakan kuluk, mengelilingi meja dikerumuni banyak orang.
 
Dari jenis dan cara berpakaiannya, tampak mereka itu dari golongan tinggi atau pejabat. Ada sepintas sosok warga asing di foto itu, dan sosok yang mengenakan atribut keagamaan.

Nah, di antara mereka yang duduk di kursi mengelilingi meja itu, satu sosok berkumis tampak garang memandang ke arah kamera.

Sosok yang diyakini sebagai Mertolulut (lingkaran merah) (ist/ Kasian Cephas)
"Dia Mertolulut," kata Mada Karisma, peminat sejarah yang memposting foto itu, Selasa (2/8/2017). Anda yakin dan buktinya apa?

"Saya yakin setelah melihat dan mendalami gestur sosok abdi dalem khusus raja Mataram itu lewat foto ini. Saya juga meyakininya berdasar indra keenam. Ini tidak ada dalam literatur sejarah manapun," katanya.

Dilihat dari foto tua itu, adegan itu diduga berlokasi di area pagelaran Keraton Yogyakarta saat masih menggunakan atap atau tratag anyaman daun. Namun tiangnya sudah besi tempa/cor, yang masih bisa disaksikan keberadaannya di pagelaran hingga saat ini.

Siapakah Mertolulut? Mertolulut adalah semacam gelar atau julukan untuk abdi dalem raja yang tugasnya mengeksekusi hukuman yang dijatuhkan pengadilan kerajaan.

Mertolulut sendiri berasal dari kata merto dan lulut. Secara harafiah, Mertolulut artinya sabar menunggu kematian. Sedangkan tempat tugasnya dinamai Pacikeran, berasal dari kata ciker atau potongan jari, sesuai keahlian mereka memotong jari maling, kecu, begal, bandit yang tertangkap.

Karena sejak Sri Sultan HB l berkuasa di keraton yang sekarang ini, hukuman menggunakan prinsip-prinsip syariat Islam, maka jenis hukumannya pun terbilang ekstrem, jika tak bisa disebut bengis.

"Hukumannya macam-macam. Pencuri ya potong tangan, pembunuh dan kelas berat lain dipancung. Itu tugasnya Mertolulut dan Singonegoro," kata Daliman, abdi dalem sekaligus pemandu kawasan wisata Keraton Yogyakarta.

Mertolulut memang tidak sendirian bertugas. Ia ditemani abdi dalem Singonegoro, dengan pembagian tugas masing-masing secara bergantian.

Jika hukuman agak ringan seperti potong tangan dilakukan Singonegoro, eksekusi kelas berat seperti pancung dan gantung jadi tugas pokok Mertolulut.

Kedua abdi dalem khusus itu diberi tempat bertugas di Bangsal atau Bale Pacikeran. Letaknya persis di sisi kiri maupun kanan, depan pintu dan tangga menuju Sitihinggil dari arah Pagelaran.

Posisinya yang berada di antara Pagelaran dan Sitihinggil ini menunjukkan posisi dan perannya yang istimewa.

Halaman
123

Berita Terkini