KRI Slamet Riyadi Jaga Perairan Sulut dari ISIS

Penulis: Arthur_Rompis
Editor: Lodie_Tombeg
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dua perempuan melihat KRI Slamet Riyadi yang bersandar di Dermaga Bakamla, Bitung, Kamis (15/6/2017).

TRIBUNMANADO.CO.ID, BITUNG - Pemerintah Indonesia menyeriusi ancaman masuk teroris Islamic of State Iraq and Syria (ISIS/Negara Islam Irak Suriah) dari Kota Marawi, selatan Filipina.
KRI Slamet Riyadi dikerahkan ke perairan Sulawesi Utara untuk mengantisipasi masuknya terosis Marawi.

Kapal milik TNI AL itu sandar di dermaga Bakamla Bitung, Kamis (25/6) sore. Sejumlah awaknya terlihat santai di anjungan kapal.
Ada yang bercakap-cakap, berolahraga ringan hingga memotret pulau Lembeh yang terbentang depan dermaga.
Dikelilingi sejumlah kapal besar dan kecil, KRI Slamet Riyadi nampak sangar. Warnanya biru campur hitam.

Pada bagian depan terpasang meriam persenjataan rudal di kiri kanan kapal.
Sebuah bendera merah putih terpasang di depan kapal.
Kehadiran KRI Slamet Riyadi menenangkan warga Bitung. Baldi, nelayan yang kapalnya parkir tak jauh dari kapal itu mengaku bergidik melihat kapal itu.

Ia membayangkan jika perahu nelayan ditembak menggunakan meriam kapal. "Wah, bisa hancur berkeping-keping," kata dia.
Baldi berharap kapal itu bisa mencegah masuknya milisi ISIS ke perairan Sulut. Ilke, warga Bitung juga nyaman dengan kehadiran kapal itu.

Selama ini, sebut dia, kapal Filipina sangat mudah masuk Bitung lewat sejumlah 'jalur tikus'. "Sebelumnya beredar isu jika ISIS bakal masuk ke Bitung lewat pelabuhan, namun adanya kapal ini membuat kita terbentengi," kata dia.
Komandan KRI Slamet Riyadi Kolonel Laut Ashari dalam wawancara singkatnya dengan Tribun membeber, kapal itu patroli setiap hari.

Dia belum tahu sampai kapan mereka berada di Bitung. "Sampai ada perintah," kata dia.
Ashari menyebut kapal itu kebetulan bertugas di Sulut ketika peristiwa Marawi terjadi. "Jadi bukan karena ada peristiwa itu, ini patroli rutin saja, setiap kapal memiliki jadwalnya masing-masing," kata dia.

Sepekan lebih kapal itu beroperasi di perairan Sulut yang berbatasan dengan Filipina, para awak mulai terbiasa dengan segala sesuatu yang berbau Sulut, salah satunya makanan.
"Saya biasa makan ikan tude dan dabu-dabu (cabai)," tutur Kolonel Laut Ashari.
Dikatakannya, warga Sulut ramah dan bersahabat. Itulah yang kian mendorong Ashari dan seluruh awak untuk menjaga daerah ini. *

STORY HIGHLIGHTS
* Dikelilingi sejumlah kapal besar dan kecil, KRI Slamet Riyadi nampak sangar
* Pada bagian depan terpasang meriam persenjataan rudal di kiri kanan kapal

Berita Terkini