TRIBUNMANADO.CO.ID, MANOKWARI - Tiga tahun dalam pembuangan di Serui, Papua Barat tak bisa memenjarakan kreatifitas dan semangat Dr Gerungan Samuel Saul Jacob Ratulangi melahirkan pejuang-pejuang anak negeri, untuk melawan penjajah Belanda saat itu.
Sejarah mencatat saat di masa pembuangan itu Sam Ratulangi (GSSJ Ratulangi), berhasil mendidik beberapa pemuda Papua Barat untuk berjuang melawan penjajah.
Hal ini diutarakan Gubernur Papua Barat Abraham Atururi, saat perayaan Hari Kepahlawanan Sam Ratulangi dan HUT ke-44 Kerukunan Keluarga Kawanua Manokwari, di Gedung Wanita Manokwari, Selasa (30/6) malam.
Atururi pun menyebut Sam Ratulangi adalah guru orang Papua. Sam Ratulangi mengajarkan banyak hal sewaktu menjalani hidup dalam pembuangan Belanda di era Perang Kemerdekaan di Tanah Papua.
"Sam Ratulangi memang dibuang di Serui, tetapi mulutnya ke mana-mana mengajarkan banyak hal mengenai Indonesia kepada warga Papua. Dari Sam Ratulangi muncul sejumlah tokoh kemerdekaan Indonesia dari Papua, seperti Silas Papare. Dia guru yang luar biasa," katanya.
Atururi mengatakan, pahlawan Papua, Silas Papare, adalah anak didik langsung Sam Ratulangi saat keduanya bertemu di Serui.
"Banyak sekali pejuang Papua hasil dididik Sam Ratulangi dengan membangkitkan rasa nasionalisme Indonesia kepada orang Papua saat itu," katanya.
Sedangkan Gubernur Dr SH Sarundajang yang malam itu memperoleh gelar adat dari Suku Arfak, yang merupakan suku terbesar di Manokwari mengatakan, Sam Ratulangi menoreh sejarah merintis kekerabatan orang Papua dan Sulawesi Utara, terutama warga Minahasa.
Benih kekerabatan itu menjadikan banyak warga Papua memilih bersekolah di Manado, sebaliknya warga Sulawesi Utara tinggal dan bekerja di Papua.
Sarundajang mencatat, sekitar 8.000 anak muda Papua menuntut ilmu di Universitas Sam Ratulangi dan Universitas Negeri Manado, serta lebih dari 10.000 warga Manado hidup dan beranak-pinak di Tanah Papua.
"Warga Manado dan Papua sudah menjadi saudara, kakak-beradik karena jasa Sam Ratulangi," katanya.
Ia menambahkan, hal menonjol dalam kepribadian Dr Sam Ratulangi ialah kepemimpinan intelektual dan politik.
Seperti diketahui, Sam Ratulangi bernama lengkap Dr Gerungan Samuel Saul Jacob Ratulangi, lahir di Tondano, Minahasa, 5 November 1890. Ia dianugerahi gelar pahlawan nasional pada 10 November 1958.
Sam Ratulangi pernah hidup di Serui, Papua Barat, periode 1946 hingga 1948.
Ia wafat 30 Juni 1949 di Jakarta.
Hari wafat Sam Ratulangi kemudian dijadikan sebagai Hari Sam Ratulangi oleh Pemprov Sulawesi Utara dan warga Papua Barat.
Terpisah Karo Pemerintahan dan Humas DR Jemmy Kumendong MSi mengatakan, acara peringatan Hari kepahlawanan Sam Ratulangi dan HUT ke-44 K3 Manokwari bak mempertemukan dua bersaudara.
Atraksi kesenian dua daerah silih berganti di tampilkan. Unima Choir dan atraksi tari dari Ikatan Wulan Waraney Minahasa yang didatangkan khusus memukau penonton, tambah Kumendong.
Hadir juga dalam acara ini Wakil Gubernur Papua Barat, Irene Manibui. Sedangkan dari Sulut turut hadir Istri Gubernur Sulut, Deetje Sarundajang-Tambuwun, Asisten II Sanny Parengkuan, Kadis PU Sulut, Edy Kenap, Kadis Kelautan Joy Oroh, Kadis Pariwisata H Korah, Kadis BLH Edwin Silangen, Karo Hukum Marsel Sendoh dan rombongan lainnya.
Menariknya sejak beberapa hari sebelum perayaan Hari Kepahlawanan Sam Ratulangi telah dipasang baliho yang intinya mengumumkan keberadaan acara ini dengan memasang beberapa pejabat Sulut yang akan hadir dalam acara tersebut.
Acara ini sukses digelar berkat semangat patriotisme dari 3000 warga Kawanua di Manokwari dan sekitarnya, yang bahu membahu dan saling menopang untuk menyukseskan hajatan ini.(Tribun Manado/Aswin Lumintang)