Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Diplomat Muda Meninggal

Baru Terungkap! Keluarga Arya Daru Ternyata Terima Amplop Misterius Isi 3 Simbol Aneh saat Pengajian

Ternyata benar keluarga Diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Arya Daru Pangayunan (39) menerima amplop misterius. 

Editor: Indry Panigoro
Tribun Manado/Handout/Kompas TV via Tribunnews
DIPLOMAT MUDA TEWAS - Arya Daru Pangayunan semasa hidup dan foto isi tas yang dibawa korban ke gedung Kemenlu sebelum Arya Daru ditemukan tewas di sebuah kos Jalan Gondangdia Kecil, Menteng Jakarta Pusat, Selasa 8 Juli 2025. Kini terungkap kalau keluarga Diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Arya Daru Pangayunan (39) menerima amplop misterius.  

TRIBUNMANADO.CO.ID - Fakta baru kasus kematian Diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Arya Daru Pangayunan (39) kembali terungkap.

Arya Daru dinyatakan tewas mati lemas akibat kekurangan pasokan oksigen di kamar kosnya di Jalan Gondangdia Kecil Nomor 22, Menteng, Jakarta Pusat yaitu pada pukul 07.30 WIB, Selasa 8 Juli 2025 lalu, namun kematiannya masih dianggap janggal oleh banyak pihak.

Terbaru kali ini faktanya soal amplop misterius yang diterima keluarga Arya Daru.

Amplop misterius tersebut berisi tiga simbol aneh yakni love, bintang dan bunga yang dikirimkan ke rumah Arya di Yogyakarta pada saat pengajian kematian almarhum. 

Jika berbicara soal simbol, bunga diketahui memiliki berbagai arti tergantung pada jenis bunga dan konteks penggunaannya. Secara umum, bunga sering melambangkan keindahan, cinta, kehidupan, dan pertumbuhan.

Bunga juga dapat melambangkan harapan, kesucian, dan bahkan kematian dalam konteks tertentu. 

Simbol love, umumnya berupa emoji hati, melambangkan berbagai bentuk cinta, kasih sayang, dan emosi positif.

Secara umum, emoji hati merah melambangkan cinta romantis, gairah, dan kasih sayang yang mendalam. Namun, emoji hati memiliki berbagai warna dan bentuk, masing-masing dengan makna yang berbeda. 

Sementara simbol bintang melambangkan cahaya Tuhan Yang Maha Esa yang menerangi seluruh alam semesta dan kehidupan manusia. 

Namun dalam kontek surat yang dikirim ke keluarga Arya Daru, tak diketahui secara pasti apa maksudnya.

"Kondisi ini terlihat dari adanya pembengkakan pada paru dan pelebaran pembuluh darah pada tubuh korban," kata dokter forensi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Yoga Tohjiwa, dalam konferensi pers Selasa, (29/7/2025).

Ketika kehilangan pasokan oksigen hanya dalam waktu 4-5 menit, Yoga memastikan seseorang akan meninggal dunia.

Yoga juga menjelaskan Arya dinyatakan meninggal dunia sekitar 2-8 jam sebelum pemeriksaan luar dilakukan. Adapun pemeriksaan tersebut dilakukan pada 8 Juli 2025 pukul 13.55 WIB.

Amplop Misterius

Kuasa hukum keluarga Arya, Nicholay Aprilindo dalam konferensi pers di Kotagede, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) membenarkan adanya kiriman amplop misterius

Amplop tersebut diterima Asisten Rumah Tangga (ART) dari pria tidak dikenal saat pengajian mendiang Arya pada 9 Juli 2025 di rumah mereka di Yogyakarta.

"Ada seseorang membawa amplop cokelat, yang berisi simbol-simbol dari gabus putih, yaitu simbol bintang, hati, dan simbol bunga kamboja," kata Nicholay, Sabtu (23/8/2025). 

Nicholay menambahkan, amplop cokelat tersebut dikirim oleh seseorang yang tidak dikenal keluarga Arya.

"Itu sudah diserahkan kepada pihak keluarga kepada pihak-pihak yang melakukan penyelidikan" terang Nicholay. 

"Kami minta diperdalam apa makna dari simbol-simbol itu, pesan apa yang terkandung dalam simbol itu," katanya.

Dibocorkan Mantan Ketua KPK

Sebelumnya, kabar mengenai surat misterius tersebut dibocorkan oleh mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) periode 2011–2015, Bambang Widjojanto. 

Dari informasi yang diperoleh Bambang, keluarga Arya Daru menerima sebuah surat misterius yang mengatasnamakan Komnas HAM, namun yang janggal, surat tersebut tidak berisi apa-apa.

"Katanya, ini yang perlu diklarifikasi dan konfirmasi lagi, keluarganya mendapatkan surat, seolah-olah itu dari Komnas HAM tapi isinya kosong," ungkap Bambang dalam vlog-nya seperti dikutip Senin (11/8/2025).

Meski kosong, namun surat tersebut memuat simbol-simbol aneh yang memicu tanda tanya.

Di dalamnya terdapat gambar bintang, lambang cinta, dan bunga, hal-hal yang dianggap tidak lazim untuk sebuah dokumen resmi.

"Di situ (isi suratnya) ada bintang, love, dan ada bunga. Ini kan bisa menimbulkan interpretasi macam-macam" urai Bambang. 

"Kalau saya kaitkan dengan tesis mengenai adanya pembunuh yang sangat profesional, itu menjadi menarik," ucapnya lebih lanjut.

Bambang termasuk salah satu tokoh yang terang-terangan menyuarakan keraguan Arya Daru meninggal karena mengakhiri hidup. 

Menurut Bambang, ada banyak hal yang membuat kasus ini tidak bisa dianggap sebagai kematian biasa.

Cerita Ayah Arya Daru

Sementara itu, ayah Arya Daru bernama Subaryono meminta bantuan Presiden RI Prabowo Subianto mengungkap misteri kematian anaknya. 

Subaryono mengatakan, dirinya yang sudah berumur 70 tahun merasa lemah ditambah dengan peristiwa menyangkut anaknya yang berstatus sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).

Oleh sebab itu, Subaryono meminta agar pimpinan tertinggi negara, yaitu Presiden RI Prabowo Subianto, turut mengungkap misteri kematian Arya.

"Kami memohon kepada yang terhormat Presiden Republik Indonesia, yang terhormat Bapak Prabowo Subianto, kami mohon dengan rendah hati dan kami mohon setulus-tulusnya," katanya, Sabtu (23/8/2025).

Subaryono juga mengungkap perjalanan karier Arya Daru yang sejak muda sudah memiliki sikap melawan arus.

Sang ayah mengistilahkan anaknya memilih 'jalan ninja' dan bekerja keras sesuai dengan keinginannya.

Arya Daru Pangayunan di mata ayahnya merupakan sosok yang bertanggung jawab.

Pada awal kariernya, Arya Daru bekerja sebagai tutor bahasa Inggris di Jakarta dan kos di daerah Kelapa Gading, Jakarta dengan status menikah muda. 

Hingga pada momen tertentu, Arya melihat rekan satu profesi tutor Bahasa Inggris mendaftar sebagai lokal staf di Kanada.

Arya Daru pun mendapatkan ide untuk melakukan langkah serupa, namun ia mendaftar sebagai lokal staf Myanmar. 

"Kala itu dia belum berstatus ASN, dia bekerja di sana untuk membiayai istrinya yang sudah hamil itu,"kata Subaryono.

Ketika berada di Myanmar, takdir berkata lain, lulusan hubungan Internasional UGM itu bertemu dengan seorang diplomat.

"Doktor Sigit, seorang diplomat yang tahu kemampuan Daru, kemudian dia diangkat sebagai asisten utamanya, di bidang politik," kata Subaryono 

Pada 2013, Arya Daru mengikuti tes, kemudian pada 2014 diterima sebagai ASN di Kemenlu.

Selama perjalanan karier sebagai ASN Kemenlu dengan skema tertentu, Arya Daru bekerja di dua negara, Timor Leste dan Argentina. 

"Dia selalu mengabarkan keberadaanya kepada kami, karena sudah canggih tak ada jarak." terang Subaryono. 

Selanjutnya, Arya Daru cerita ditempatkan di direktorat perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI).

"Oke, terus, kerjaan itu mungkin tak seperti yang ada di TV, yang mana diplomat pakai jas, dasi, masuk ruangan untuk melakukan negosiasi atau apa,"kata Subaryono menirukan perkataan anaknya. 

Arya Daru mengatakan kepada ayahnya harus siap dipanggil kapan saja jika dibutuhkan untuk perlindungan WNI. 

"Karena dunia ini kan 24 jam, tak bisa bekerja di jam Indonesia, diceritakan yang bersifatnya kemanusiaan,"ujarnya. 

Misalnya, Anak Buah Kapal (ABK) yang meninggal di kapal asing, Arya Daru ikut mengurus kepulangan ke Indonesia.

Contoh lain, Arya harus melakukan koordinasi dengan kerabat korban. 

"Menjelaskan kepada keluarga hingga alamat, bisa kasus kecelakaan, kriminalitas," jelas Subaryono. 

Arya Daru juga pernah ditugaskan ke Arab untuk menjadi ketua tim melakukan terapi ke TKW dan TKI.

"Itulah pekerjaan Daru sebagai diplomat dan selama ini selalu mengatakan 'I am ok," urai Subaryono.

Setelah tiga tahun bekerja, Arya Daru mendapatkan promosi ke Finlandia yang menjadi kabar menggembirakan. 

"Istrinya sudah menyiapkan, sudah fix, mobil sudah dijual, istri sudah pamit untuk anak-anak pindah sekolah dari Jogja ke Finlandia," cerita Subaryono. 

Bahkan karena tugas anaknya itu, Subaryono mendapatkan hak istimewa dibuatkan paspor dan sudah jadi. 

"Itu perjalanan hidup kami dengan perjuangan yang luar biasa dan itu hilang" urainya. 

"Kami tak membayangkan anak kami meninggal dengan cara seperti itu, apa salah kami? dan suatu saat akan terungkap kebenaran,"ujarnya.

"Anak saya tidak takut pada gelap, berjuang sendiri hingga berjuang untuk keluarganya,"kata Subaryono. 

Pernyataan Subaryono itu secara tersirat mengatakan anaknya tidak ada indikasi hidupnya tidak bahagia hingga mengalami depresi dan berakhir seperti ketika kali terakhir ditemukan di kamar kos.

(Tribunnews.com/TribunJogja.com)

Artikel ini telah tayang di SuryaMalang.com 

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya

 

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved