Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Profil Tokoh Daerah

Profil Robby Mongisidi, Adik Pahlawan Robert Wolter Mongisidi: Pangkat Terakhir Letkol

Tribunmanado berkesempatan mewawancarai Robby di rumahnya beralamat Jalan Pramuka, Kelurahan Sario, Kota Baru.

Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
Tribun Manado/Arthur Rompis
SOSOK - Letkol (Purn) Robby Mongisidi, saat ditemui Tribun Manado di rumahnya beralamat Jalan Pramuka, Kelurahan Sario Kota Baru, Kecamatan Sario, kota Manado, provinsi Sulawesi Utara (Sulut), Rabu (20/8/2025). Adik kandung Pahlawan Nasional, Robert Wolter Mongisidi. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Robby Mongisidi (88) adalah saksi hidup dari kisah pahlawan nasional dari Manado Robert Wolter Mongisidi.

Ia merupakan adik kandung dari Bote - panggilan akrab Robert Wolter Mongisidi.

Tribunmanado berkesempatan mewawancarai Robby di rumahnya beralamat Jalan Pramuka, Kelurahan Sario, Kota Baru, Kecamatan Sario, kota Manado, provinsi Sulawesi Utara (Sulut), Rabu (20/8/2025).

Di usianya yang sudah sepuh, Robby masih terlihat kuat.

Ingatannya juga masih tajam. 

Ia hafal nama, tempat, tanggal dan peristiwa di masa lampau.

Terutama yang berkaitan dengan sang kakak tercinta.

"Resepnya tak usah banyak pikiran," katanya sambil tersenyum.

Robby tinggal di sebuah rumah yang sederhana.

Pada meja di ruang utama terdapat setumpuk buku tentang pahlawan.

Profesi Robby tak jauh - jauh dari sang kakak.

"Saya pensiunan tentara, pangkat terakhir Letkol," kata dia.

Ia mulai berdinas pada tahun 1955. Wilayah tugas pertama adalah Makasar.

"Kemudian saya pindah ke Majene, Bone, Pakato, Bitung, Tomohon hingga kemudian saya mengikuti pendidikan Capa, dari banyak pendaftar hanya terpilih tiga, satu diantaranya saya," kata dia.

Tugas sebagai anggota TNI ia jalani dengan penuh tanggung jawab.

Hingga akhirnya ia menjabat Kepala Sospol Sanger Talaud.

"Itu jabatan terakhir saya, hitung-hitung saya sudah 38 tahun berdinas sebagai tentara," kata dia.

Dia bercerita, ayah dan ibunya bernamaPetrus Mongisidi dan Lina Suawa.

Pasangan itu melahirkan 11 anak.

"Kami 11 bersaudara, Wolter anak ke 4 sedang saya anak ke 9, usia kami terpaut 12 tahun," kata Robby.

Sebutnya, ia dan Wolter lahir di Manado.

Mereka berasal dari suku Bantik yang mendiami Manado.

Saat ini, kata dia, tinggal dua yang masih hidup.

Selain dirinya ada pula Margaritha Mongisidi.

Pemindahan Makam

Keluarga Mongisidi di Manado memberi tanggapan terkait wacana pemindahan makam Robert Wolter Mongisidi ke daerah asalnya. 

Robby Mongisidi (88), adik kandung Robert Wolter Mongisidi mengungkapkan  apresiasi atas rencana tersebut.

Sejatinya, kata pensiunan Letkol TNI AD ini, keluarga berharap makam tetap seperti sedia kala. 

"Kalau memang keputusannya ini program kebijaksanaan nasional, nanti demikian (harus dipindahkan) tentu kami mendukung dan hormati," kata Robby di Manado, Selasa (29/8/2025). 

Robby bercerita, sejatinya dulu keluarga punya keinginan jasad Bote--panggilan kesayangan Robert--dipulangkan ke Manado

Namun keinginan itu urung diwujudkan karena satu alasan. 

Semua berawal pada peristiwa dipindahkannya makam  dari Pemakaman Kristen Pampang Makassar ke Taman Makam Pahlawan Panaikkang, Makassar, 10 November 1950.

Saat itu, ayah Bote, Petrus serta beberapa anggota keluarga--termasuk Robby yang baru berusia 13 tahun--berangkat ke Makassar.

Semuanya berjumlah 14 orang berangkat ke Makassar. 

Mereka diundang khusus untuk upacara pemindahan makam yang digelar tepat di Hari Pahlawan. 

Selain makam Bote, turut dipindahkan makam dari dua Pahlawan Nasional lainnya, pejuang perempuan Emmy Saelan dan Kapten Usman Jafar. 

Pada momen itu, Petrus mengemukakan permintaan jika boleh makam Bote dipindahkan ke Manado

Menjawab permintaan itu, Kepala Dinas Pemeliharaan Pemakaman Tentara Komando Teritorium VII Wirabuana, Lettu Toisutta mengatakan, akan dibahas dalam pertemuan pada 15 November.

Lima hari setelah upacara pemindahan makam. 

Lettu Toisutta tidak lain adalah ayah dari mantan KSAD (2009-2011), mendiang Jenderal TNI George Toisutta. 

Digelarlah pertemuan dimaksud di Markas Teritorium VII Wirabuana, Makassar pada 15 November 1959.

Robert Wolter Mongisidi dikenal luas di Sulsel. Tidak hanya di Makassar tapi hingga ke pedalaman. 

Salah satu bukti lainnya, ketika proses pemakaman sehari setelah dieksekusi Belanda, puluhan ribu orang mengantar jenazahnya ke Pemakaman Kristen Pampang Makassar, 6 September 1950.

"Karena forum, tokoh-tokoh masyarakat Makassar menolak, ya ayah saya tidak ngotot," katanya. 

Profil Robby Mongisidi

Lahir : Malalayang Manado 25 September 1937.

Pekerjaan : Purnawirawan TNI

Pangkat Terakhir : Letnan Kolonel (Letkol)

Riwayat Tugas : Makasar, Majene, Bone, Pakato, Bitung, Tomohon.

Hubungan Dengan Wolter Mongisidi : Saudara Kandung.

Alamat : Jalan Pramuka, Kelurahan Sario Kota Baru, Kecamatan Sario, kota Manado, provinsi Sulawesi Utara. (Art)

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun ManadoThreads Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Baca juga: Fakta-Fakta Orang Tua Murid Aniaya Guru di Belang Mitra: Korban kena Tampar di Kepala

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved