Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Minut Sulawesi Utara

Sisi Lain Pemindahan Waruga di Wanua Tumaluntung Minut: Ada Bisik-Bisik ke Waruga Sebelum Diangkat

Waruga atau makam batu khas Minahasa banyak tersebar di wilayah Kabupaten Minahasa Utara (Minut), Provinsi Sulawesi Utara.

Tribun Manado/Christian Wayongkere
WAWANCARA - Refly Inaray, Ketua Pokdarwis sekaligus Pemerhati Budaya Wanua Tumaluntung, saat diwawancarai Tribun Manado pada Jumat, 25 Juli 2025. Dalam wawancara ini, Refly mengungkap sisi lain prosesi adat pemindahan Waruga yang sarat makna budaya dan spiritualitas leluhur Minahasa. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Waruga atau makam batu khas Minahasa banyak tersebar di wilayah Kabupaten Minahasa Utara (Minut), Provinsi Sulawesi Utara.

Salah satu lokasi keberadaan waruga dapat ditemukan di Wanua atau Desa Wisata dan Adat Tumaluntung, Kecamatan Kauditan, Minut.

Terdapat enam titik lokasi waruga di desa ini, menjadikannya salah satu tempat yang paling dikenal di Bumi Tonsea terkait situs budaya tersebut.

Setiap lokasi menyimpan sejumlah waruga, dengan usia yang diperkirakan telah mencapai puluhan hingga ratusan tahun.

Salah satu kompleks waruga berada di Jaga X Wanua Tumaluntung, dikenal sebagai Kompleks Waruga Dotu Rotty.

Lokasi ini dapat diakses dengan kendaraan bermotor, dan hanya berjarak sekitar 5 hingga 8 menit dari Gerbang Tol Airmadidi.

Pada Jumat (25/7/2025), berlangsung prosesi adat pemindahan lima waruga dari lahan milik warga ke kompleks Waruga Dotu Rotty. Jarak antara lokasi awal dan tempat pemindahan hanya sekitar 10 hingga 15 meter.

Tribunmanado.co.id berkesempatan mewawancarai Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Tumaluntung sekaligus Pemerhati Budaya, Refly Inaray, yang turut terlibat langsung dalam proses pemindahan tersebut.

Proses ini juga melibatkan Pemerintah Desa, Lembaga Adat setempat, serta Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Utara-Gorontalo (Sulutgo). Tradisi adat dijalankan sebelum proses pemindahan berlangsung.

Dalam wawancara tersebut, Refly mengungkapkan sisi lain dari proses pemindahan waruga yang sarat nilai budaya.

Salah satunya adalah praktik masyarakat yang "berbicara" atau membisikkan kata-kata kepada waruga sebelum dipindahkan.

"Hal itu tidak salah juga, sebagai penggiat dan pemerhati budaya melihat itu bagian dari budaya dan tradisi di tengah masyarakat adat yang meminta kepada leluhur dan itu kebiasaan akan berlaku terus, tidak ditinggalkan," cerita Refly.
Ada pula warga yang membawa sesajen ke lokasi sebagai bagian dari adat istiadat Minahasa.

Pemindahan waruga pun tidak dilakukan sembarangan. Masyarakat diberi pesan agar melakukannya dengan hati-hati.

Hingga ada yang berpesan dan menyampaikan 'tolong ator akang bae-bae'.
Menurut Refly, hal tersebut merupakan bagian dari tradisi turun-temurun. Pemindahan harus dilakukan dengan menjaga keutuhan waruga agar tidak rusak dan makna budayanya tidak hilang.

Satu hal menarik yang dijaga dalam proses ini adalah posisi waruga—baik sebelum maupun setelah dipindahkan—harus tetap sama.

"Seperti kata orang tua dulu atau leluhur, kembalikan seperti semula," tambahnya.
Dalam proses pemindahan, alat-alat tradisional seperti bambu atau bulu digunakan. Alat berat tidak boleh digunakan karena berisiko merusak waruga.

Haram hukumnya, jika menggunakan alat berat atau mesin karena bisa merusak Waruga tersebut.

Jika bentuk waruga besar, maka akan ditambah jumlah orang untuk mengangkat, tetapi tetap menggunakan metode tradisional. Biasanya waruga terdiri dari dua bagian: bagian atas berbentuk setigi (penutup) dan bagian bawah menyerupai persegi panjang.

Sebelum pemindahan, dilaksanakan upacara adat meminta izin kepada leluhur, yang dalam bahasa Tonsea disebut Manginao.

Tradisi ini diyakini dapat mempermudah proses pemindahan dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Proses ini juga didahului dengan izin resmi kepada Balai Pelestarian Cagar Budaya, dengan tembusan ke pemerintah desa dan koordinasi dengan lembaga adat serta pemerhati budaya.

Menurut Refly, pemindahan waruga merupakan bagian dari pelestarian budaya yang diwariskan secara turun-temurun.

"Agar tidak rusak, tidak dijali orang ambil barang peninggalan di dalam Waruga. Kami bersama berbagai pihak menjaga dan melindungi Waruga," kata dia.

Ia juga menambahkan bahwa pada tahun 2011 lalu, pihaknya pernah melakukan penataan waruga di Kompleks Waruga Dotu Rotty bersama komunitas budaya lainnya.

Baca juga: Pasca Kebakaran Pasar Lolak Bolmong Sulawesi Utara, Pemkab Rencanakan Relokasi Pedagang

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun ManadoTrheads Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya. 

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved