BMKG
Pantas Udara di Sulut Terasa Lebih Dingin Khususnya Malam Hari, Ternyata Terjadi Fenomena Ini
Fenomena bediding adalah kondisi udara dingin yang menusuk dari malam hingga pagi hari pada musim kemarau.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Belakangan suhu udara menjadi lebih dingin dari biasanya.
Khususnya pada malam hari, seperti menembus tulang.
Ternyata fenomena alam sedang terjadi di Indonesia.
Baca juga: Suhu Sulawesi Utara Malam Hari Terasa Lebih Dingin, Dampak Monsun Australia dan Fenomena Aphelion
Namanya fenomena bediding.
Fenomena tersebut memang sering terjadi di wilayah pegunungan.
Meski tak berbahaya, namun masyarakat perlu waspada terhadap suhu dingin.
Simak penjelasan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tentang fenomena bediding dan faktor yang mempengaruhinya.
Fenomena bediding adalah kondisi udara dingin yang menusuk dari malam hingga pagi hari pada musim kemarau.
Ini lazim terjadi di wilayah pegunungan dan dataran tinggi seperti Dataran Tinggi Dieng, juga wilayah lainnya di Jawa, Bali, NTB, dan NTT.
Bediding merupakan kejadian alamiah yang erat kaitannya dengan kondisi atmosfer yang khas pada musim kemarau.
"Suhu terasa dingin di pagi hari kontras dengan siang hari yang terik. Jaga dan tingkatkan imunitas tubuh dengan asupan nutrisi dan minuman hangat," keterangan dalam unggahan akun Instagram @infobmkg.
Faktor yang Mempengaruhi
Pada skala lokal, musim kemarau umumnya jarang terjadi hujan. Langit cenderung cerah tanpa tutupan awan.
Kondisi ini memungkinkan panas dari permukaan Bumi lepas dengan mudah ke atmosfer melalui radiasi.
Selain itu, kelembapan udara yang rendah saat kemarau mengakibatkan tidak adanya "selimut alami" yang menahan panas.
Ini memperkuat pendinginan danmembuat suhu udara turun drastis menjelang pagi.
Kemudian, pada skala regional, musim kemarau dipengaruhi oleh angin monsun timur yang berasal dari Australia.
Angin ini membawa massa udara kering dan dingin sehingga memperkuat efek pendinginan suhu, khususnya di wilayah Indonesia bagian selatan.
Meski pada pagi terasa dingin, suhu pada siang hari lebih terik karena langit cerah memungkinkan radiasi matahari langsung memanaskan permukaan bumi.
Kondisi perbedaan suhu ini merupakan ciri khas musim kemarau.
Fenomena suhu dingin ini diperkirakan berlangsung hingga September, seiring dengan masih berlangsungnya musim kemarau di beberapa wilayah.
Adapun posisi Matahari saat ini berada pada titik jarak terjauh dari Bumi (Aphelion) dalam siklus gerak revolusi bumi mengitari Matahari.
Hal itu juga tidak berpengaruh secara signifikan pada fenomena atmosfer suhu dingin.
Imbauan BMKG
Bediding bukan fenomena berbahaya, tetapi kewaspadaan tetap diperlukan.
Oleh karena itu, BMKG mengimbau masyarakat untuk menjaga dan meningkatkan imunitas tubuh dengan asupan nutrisi dan minuman hangat,
menggunakan pelembap untuk mencegah kulit kering dan pecah-pecah akibat udara dingin.
Memantau terus informasi cuaca terkini melalui kanal resmi BMKG, seperti situs web https://www.bmkg.go.id/, media sosial @infobmkg, atau aplikasi infoBMKG.
Meskipun udara dingin pagi hari menjadi perhatian, potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor tetap perlu diwaspadai, terutama di wilayah yang masih sering diguyur hujan.
(Tribunnews.com/Latifah)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com
Hujan Rutin, BMKG: Sulawesi Utara Masih Periode Musim Kemarau |
![]() |
---|
Info BMKG Cuaca di Sulawesi Utara Malam Ini Senin, 21 April 2025, Cek Wilayah yang Berpotensi Hujan |
![]() |
---|
Info BMKG Potensi Cuaca Ekstrem di Sulawesi Utara 17-23 Februari 2025, Ini Daerah yang Harus Waspada |
![]() |
---|
Info BMKG Daerah Potensi Banjir Rob 10-14 Februari 2025, Berikut Wilayah Sulut Berpotensi Terdampak |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca di Kota Manado Sulawesi Utara Kamis 6 Februari 2025, Siang hingga Malam |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.