Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Renungan Harian Kristen

Renungan Harian Kristen Mazmur 81:9–17, Mendengarkan Allah Berbicara

Seperti yang seorang filsuf dan teolog, Paul Tillich kemukakan, ‘Kewajiban pertama kasih adalah mendengarkan’.

Penulis: Alpen Martinus | Editor: Alpen Martinus
Meta AI
ALKITAB: Ilustrasi Alkitab. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Renungan harian Kristen kali ini berjudul Mendengarkan Allah.

Bacaan Alkitab diambil dalam Mazmur 81:9–17.

Dalam setiap hubungan kita, mendengarkan adalah hal yang sangat penting.

Baca juga: Renungan Harian Kristen Yesaya 6:1-13, Hina Tetapi Dihargai Tuhan

Seperti yang seorang filsuf dan teolog, Paul Tillich kemukakan, ‘Kewajiban pertama kasih adalah mendengarkan’.

Beberapa orang sangat bagus dalam mendengarkan.

Jenderal George Marshall berkata, ‘Rumus untuk menangani orang: * Mendengarkan kisah orang lain * Mendengarkan kisah orang lain secara penuh * Mendengarkan kisah orang lain secara penuh terlebih dahulu Mendengarkan Allah adalah salah satu kunci hubungan Anda dengan-Nya.

‘Mendengarkan’ berarti mendengar dengan perhatian, ‘memperhatikan’. Doa berarti memberi Allah perhatian Anda secara penuh terlebih dahulu.

Mazmur 81:9–17: Mendengarkan Allah berbicara pada Anda melalui mazmur.

Kita semua mengalami lapar jasmani, yang hanya bisa dipuaskan dengan makanan.

Anda juga memiliki lapar rohani, yang hanya bisa dipuaskan dengan mendengarkan Allah. Allah berkata, ‘jika engkau mau mendengarkan Aku!’ (Ay.9b).

Firman Allah memuaskan lapar rohani Anda. Allah berjanji, ‘bukalah mulutmu lebar-lebar, maka Aku akan membuatnya penuh’ (Ay.11).

 Jika Anda mendengarkan Dia, Dia berkata, ‘Tetapi umat-Ku akan Kuberi makan gandum yang terbaik dan dengan madu dari gunung batu Aku akan mengenyangkannya’ (Ay.17).

Di satu sisi, Dia berkata, ‘Dengarlah hai umat-Ku’ (Ay.9a).

Allah ingin yang terbaik untuk Anda, dan memperingatkan bahaya bila mengabaikan-Nya.

Dia melanjutkan, ‘Tetapi umat-Ku tidak mendengarkan suara-Ku, dan Israel tidak suka kepada-Ku.

Sebab itu Aku membiarkan dia dalam kedegilan hatinya; biarlah mereka berjalan mengikuti rencananya sendiri!’ (Ay.12-13).

Hasil dari tidak mendengarkan Allah adalah Dia membiarkan Anda menanggung konsekuensi akibat tindakan Anda sendiri (lihat juga, Roma 1:24,26).

Di sisi lain, Dia berjanji jika Anda mendengarkan-Nya, Dia akan bertindak untuk Anda: ‘Sekiranya umat-Ku mendengarkan Aku! Sekiranya Israel hidup menurut jalan yang Kutunjukkan! Seketika itu juga musuh mereka Aku tundukkan’ (Mazmur 81:14-15a).

TUHAN, terimakasih setiap hari aku bisa mendengarkan-Mu dan dipuaskan. Bantu aku setiap hari untuk memperhatikan perkataan-Mu, lalu percaya pada-Mu untuk bertindak bagiku.

Kisah Para Rasul 26:24–27:12, Mendengarkan Allah berbicara pada Anda melalui para rasul.

Rasul Paulus adalah utusan Allah. Allah berbicara melalui dia.

Orang-orang yang mendengarkan Paulus dalam renungan ini berkesempatan untuk mendengar Allah.

Ketika Paulus berlayar ke Roma, ‘perwira itu lebih percaya kepada jurumudi dan nakhoda dari pada kepada perkataan Paulus’ (27:11).

Kegagalannya dalam mendengarkan Paulus hampir membawa bencana.

Di bagian pertama pada renungan ini, kita dapat melihat bahwa Paulus dirantai di hadapan Festus dan Agripa.

Paulus menceritakan kabar baik tentang Yesus, kematian-Nya, dan kebangkitan-Nya. Festus berkata, ‘Engkau gila, Paulus! Ilmumu yang banyak itu membuat engkau gila’ (26:24).

Beberapa orang selalu berpikir, dan tetap berpikir, bahwa orang Kristen itu ‘agak gila’.

Respon Paul adalah, ‘Aku tidak gila... Aku mengatakan kebenaran dengan pikiran yang sehat!’ (Ay.25). Dia tidak menjawab, ‘Ya, gila memang tapi aku percaya.’

Paulus menolak menerima anggapan bahwa keyakinannya tidak masuk akal.

Paulus berargumen bahwa ada dasar rasional untuk iman.

Ada alasan-alasan yang baik untuk percaya bahwa Yesus Kristus bangkit dari kematian. Iman kita benar dan masuk akal (Ay.25).

Kita tak harus takut untuk memperlihatkan argumen yang logis dan masuk nalar.

Kita perlu memberitakan injil dengan cerdas.

Bagaimana pun, alasan saja tidaklah cukup.

Sebelum saya menjadi orang Kristen, saya telah mendengarkan argumen dan alasan untuk iman. Tidak semua pertanyaan saya berhasil terjawab.

Meski begitu, saya mengambil langkah iman menurut apa yang saya dengar tentang Yesus.

Saat saya mengambil langkah iman, saat itulah seolah mata saya terbuka dan saya mengerti banyak yang saya belum lihat sebelumnya.

Alasan akan membuat kita jauh.

Bagaimana pun, ketika kita mencoba membujuk orang, seperti Paulus, untuk mengikut Yesus, penting untuk menjelaskan pesan tentang Yesus bahwa Ia adalah ‘benar dan masuk akal’.

Respon Agripa terhadap Paulus adalah, ‘“Hampir-hampir saja kau yakinkan aku menjadi orang Kristen!" Kata Paulus: "Aku mau berdoa kepada Allah, supaya segera atau lama-kelamaan bukan hanya engkau saja, tetapi semua orang lain yang hadir di sini dan yang mendengarkan perkataanku menjadi sama seperti aku, kecuali belenggu-belenggu ini.”’ (Ay.28-29).

Paulus tidak keberatan apakah orang masuk Kristen melalui krisis (‘sekejap’) atau melalui proses (‘lama’).

Tetapi dia melakukan semua dalam kuasa-Nya untuk membujuk mereka agar menjadi Kristen, seperti dia. Paulus tidak malu berdoa agar orang akan menjadi seperti dia (Galatia 4:12).

Paulus tidak melakukan sesuatu yang setimpal dengan hukuman mati atau hukuman penjara (Kisah 26:31), namun aparat hukum yang berwenang justru beralasan konyol sehingga memutuskan untuk tidak membebaskan Paulus (Ay.32). Ini tidak adil dan tak masuk akal. Pasti hal ini sangat meresahkan Paulus.

Namun di sinilah kita, 2000 tahun kemudian, mendengarkan firman yang Paulus bicarakan di kesempatan itu, dan melalui mereka kita berkesempatan untuk mendengar Allah.

TUHAN, biarlah kami menjadi seperti Paulus dalam iman dan semangatnya. Seperti kami menceritakan kabar baik tentang Yesus, biarlah orang-orang merasa bahwa dengan mendengarkan kami, mereka mendengarkan Allah.

2 Raja-Raja 16:1–17:41, Mendengarkan Allah berbicara pada Anda melalui para nabi.

Allah membiarkan Israel untuk ditawan dan dibawa ke pembuangan karena mereka menolak mendengar Dia.

Sejarah periode dalam kitab 2 Raja-Raja ini dapat diringkas ke dalam kata ‘tidak mendengarkan’: ‘Tetapi mereka tidak mau mendengarkan...’ (17:14,40).

Seperti yang kita lihat kemarin, semua masalah raja-raja dan umat Allah hadapi adalah hasil dari tidak mendengarkan Allah.

Allah berbicara kepada umat-Nya melalui para hamba-Nya dan para nabi-Nya.

‘TUHAN telah memperingatkan kepada orang Israel dan kepada orang Yehuda dengan perantaraan semua nabi dan semua penilik... Tetapi mereka tidak mau mendengarkan’ (Ay.13-14).

Inilah alasan mereka dibawa menuju pembuangan: ‘Hal itu terjadi, karena orang Israel telah berdosa kepada TUHAN... Dan orang Israel telah menjalankan hal-hal yang tidak patut terhadap TUHAN’ (Ay.7-9).

‘Mereka mengikuti dewa kesia-siaan, sehingga mereka mengikuti bangsa-bangsa yang di sekeliling mereka, walaupun TUHAN telah memerintahkan kepada mereka: janganlah berbuat seperti mereka itu’ (Ay.15).

Hasil dari tidak mendengarkan adalah orang-orang Israel kehilangan hadirat Allah dan dibuang ke Asyur: ‘Ia menindas mereka... TUHAN menjauhkan orang Israel dari hadapan-Nya’ (Ay.20,23).

Seperti kita, seringnya, mereka tidak cukup tegas mengenai dosa dalam hidup mereka: ‘Mereka berbakti kepada TUHAN, tetapi dalam pada itu mereka beribadah kepada allah mereka... Mereka tidak berbakti kepada TUHAN dan tidak berbuat sesuai dengan ketetapan, hukum, undang-undang dan perintah yang diperintahkan TUHAN’ (Ay.32,34).

‘Tetapi mereka tidak mau mendengarkan, melainkan mereka berbuat sesuai dengan adat mereka yang dahulu’ (Ay.40).

Joyce Meyer menulis, ‘Apa Anda pernah lalai dalam melakukan apa yang Allah telah perintahkan pada Anda untuk dilakukan, membiarkan dosa merayap masuk ke hidup Anda.

Jangan biarkan musuh, iblis, membawa Anda dalam tawanan dosa dan ketidaktaatan.

Itu hanya menuntun kepada kehancuran.’

Tragedinya adalah keinginan Allah sebenarnya adalah untuk memberkati mereka.

Perintah dan arahan-Nya diberikan pada mereka supaya mereka menjadi maju (Ulangan 6:1-3).

Kita bisa melihat hal ini dalam peruntungan raja-raja diantara Israel dan Yehuda.

Penulis 1 dan 2 Raja-raja memberi kita penilaian mengenai apakah setiap raja melakukan apa yang benar di mata TUHAN.

Setiap raja-raja Israel digambarkan melakukan kejahatan di mata TUHAN (2 Raja-raja 17:2) dan itu menuntun pada kehancuran awal kerajaan tersebut (Ay.8).

Secara kontras, sekitar setengah dari raja-raja Yehuda digambarkan dalam istilah positif, dan sekitar setengahnya adalah istilah negatif.

Di bawah para ‘raja’ Yehuda berjaya, dan sejarahnya lebih banyak dan lebih positif daripada sejarah Israel.

Pemerintahan para raja yang ‘baik’ secara umum lebih panjang daripada pemerintahan raja-raja ‘jahat’.

Total masa pemerintahan dua belas raja-raja yang jahat adalah 130 tahun, sedangkan sepuluh raja-raja yang baik secara keseluruhan memerintah selama 343 tahun.

Raja-raja yang ‘baik’ tetap menghadapi banyak kesulitan dan tantangan, dan mengikut Allah bukan jaminan hidup mudah. Namun, mereka bisa dijadikan sebagai pengingat yang berkuasa akan berkat dan hikmat mendengarkan dan mengikut Allah.

TUHAN, tolong aku untuk mendengar dengan seksama apa yang Engkau katakan.

Lepaskan aku dari dosa-dosa rahasia.

Biarlah aku cepat meminta pertolongan, di mana aku tidak akan pernah membiarkan dosa merayapi hidupku. 

Bantu aku untuk tidak sekedar melakukan apa yang orang di sekeliling lakukan.

Melainkan, bantu aku untuk mendengarkan suara Engkau, mengikut Engkau dan menikmati hadirat-Mu. Amin

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved