Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Amalan Islam

Sayyidina Ali dan Kisah Doanya saat Sakit yang Dikoreksi Nabi Muhammad

Sayyidina Ali juga menikahi putri Nabi, Sayyidah Fatimah, sehingga menjadikan kedekatan mereka tidak hanya dalam nasab, tetapi dalam hidup sehari-hari

Penulis: Rizali Posumah | Editor: Rizali Posumah
META AI
SAKIT - Ilustrasi seorang pria terbaring sakit. Gambar dibuat oleh Meta AI pada Minggu 29 Juni 2025. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Dalam khazanah Islam, terdapat banyak doa dan amalan yang diajarkan langsung oleh Nabi Muhammad SAW kepada para sahabatnya.

Salah satunya adalah doa yang diamalkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib saat beliau mengalami sakit.

Sayyidina Ali bukanlah sosok asing bagi Nabi Muhammad.

Ia merupakan sepupu sekaligus menantu Rasulullah.

Ayahnya, Abu Thalib, adalah saudara kandung dari Abdullah, ayah Nabi Muhammad.

Selain itu, Sayyidina Ali juga menikahi putri Nabi, Sayyidah Fatimah, sehingga menjadikan kedekatan mereka tidak hanya dalam nasab, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai orang yang tumbuh dekat dengan Rasulullah, Sayyidina Ali banyak menyerap langsung ilmu dan amalan Islam dari beliau, termasuk doa-doa yang diamalkan dalam berbagai keadaan, termasuk saat sakit.

Diriwayatkan dalam sebuah hadis oleh Imam Tirmidzi, suatu ketika Sayyidina Ali sedang sakit dan memanjatkan doa kepada Allah SWT. Namun, saat itu ia mendapat teguran langsung dari Nabi Muhammad SAW.

Dalam hadis tersebut, Rasulullah memberikan koreksi terhadap cara Sayyidina Ali berdoa, sekaligus mengajarkan cara dan adab yang lebih baik dalam memohon kesembuhan kepada Allah.

Sayangnya, dalam kutipan ini belum disebutkan secara lengkap bentuk doa atau redaksi haditsnya.

Namun kisah ini mengandung pelajaran penting: bahwa dalam kondisi sakit sekalipun, Nabi Muhammad tetap membimbing sahabatnya agar menjaga adab, keyakinan, dan ketundukan penuh kepada Allah SWT dalam berdoa.

Berikut redaksi hadits tersebut:

كُنْتُ شَاكِيًا فَمَرَّ بِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا أَقُولُ اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ أَجَلِي قَدْ حَضَرَ فَأَرِحْنِي وَإِنْ كَانَ مُتَأَخِّرًا فَارْفَغْنِي وَإِنْ كَانَ بَلَاءً فَصَبِّرْنِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ قُلْتَ قَالَ فَأَعَادَ عَلَيْهِ مَا قَالَ قَالَ فَضَرَبَهُ بِرِجْلِهِ فَقَالَ اللَّهُمَّ عَافِهِ أَوْ اشْفِهِ فَمَا اشْتَكَيْتُ وَجَعِي بَعْدُ

Saya (Sayyidina Ali) pernah mengeluh, kemudian Rasulullah Saw lewat, sementara saya berkata; ‘Allohumma in kaana ajalii qod hadhoro fa-arihnii, wa in kaana mutaakhkhiron farfa’hu ‘annii, wa in kaana balaa-an fa shobbirnii.’

Kemudian Rasulullah SAW bersabda; ‘Apa yang engkau ucapkan?’

Kemudian ia mengulangi apa yang telah ia ucapkan. Kemudian beliau menendangnya dengan kaki beliau dan berdoa:

Halaman
12
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved