Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Profil

Sosok Marsdya TNI Mohammad Syafii Kepala Basarnas, Namanya Jadi Sorotan Usai Disebut Lambat Evakuasi

Kepala Basarnas disorot karena dituding lambat dalam melakukan evakuasi terhadap pendaki Brasil, Juliana Marins, yang jatuh di jurang Gunung Rinjani.

Editor: Indry Panigoro
Kolase tni-au.mil.id | Ist
DISOROT: Kolase foto korban yang jatuh di Gunung Rinjani dan Marsdya TNI Mohammad Syafii, Marsdya TNI Mohammad Syafii adalah Kepala Basarnas yang menjadi sorotan usai Basarnas dituding lambat evakuasi pendaki Brazil, Juliana Marins 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Berikut ini adalah sosok Marsekal Madya (Marsdya) TNI Mohammad Syafii.

Namanya sedang jadi perbincangan.

Marsekal Madya (Marsdya) TNI Mohammad Syafii adalah Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas).

Ia disorot karena dituding lambat dalam melakukan evakuasi terhadap pendaki Brasil, Juliana Marins, yang jatuh di jurang Gunung Rinjani, pada Sabtu (21/6/2025).

Namun dalam keterangannya, Marsdya TNI Mohammad Syafii menegaskan bahwa Basarnas langsung terjun ke lapangan usai menerima laporan Juliana Marins terjatuh.

Menurutnya, upaya penyelamatan telah dimulai sejak Sabtu pukul 10.21 WITA, hanya beberapa jam setelah insiden dilaporkan.

"Saya pastikan bahwa kejadian ini sebenarnya direspons sangat cepat oleh berbagai potensi SAR yang ada di wilayah Mataram," ujar Syafii dalam konferensi pers, Selasa (24/6/2025).

Sosok Marsdya TNI Mohammad Syafii

Marsdya TNI Mohammad Syafii adalah Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan.

Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii merupakan alumnus Akademi Angkatan Udara tahun 1991.

Ia lahir di Kalitengah, Lamongan, Jawa Timur.

Sebelum menjabat sebagai Kepala Basarnas, Marsdya TNI Mohammad Syafii menjabat sebagai Asisten Personalia (Asper) Panglima TNI.

Selama berkarir, Marsdya TNI Mohammad Syafii telah menorehkan berbagai prestasi dan pengalaman.

Dirinya dikenal sebagai perwira yang profesional, disiplin, dan memiliki integritas tinggi.

Kompetensinya dalam bidang manajemen dan kepemimpinan telah teruji melalui berbagai penugasan yang diembannya.

Detail perjalanan karirnya, termasuk pendidikan dan pelatihan yang telah diikutinya, akan memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang sosok dan kemampuannya.

Riwayat Jabatan :

  • Komandan Skadron Pendidikan (Danskadik)  102 Lanud Adisutjipto
  • Pabandya Banops Paban II Ops Staf Operasi Angkatan Udara Sopsau (2008)
  • Kepala Dinas Operasi (Kadisops) Lanud Suryadarma (2009)
  • Kepala Dinas Personel (Kadispers) Lanud Adisutjipto (2011)
  • Komandan Lanud Sulaiman (2016)
  • Komandan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara (Danseskoau) (2017)
  • Kepala Dinas Pendidikan TNI Angkatan Udara (Kadisdikau)  (2022)
  • Kepala Dinas Administrasi Personel Angkatan Udara (Kadisminpersau) (2023)
  • Asisten Personalia (Asper) Kepala Staf TNI AU (2023)
  • Aspers Panglima TNI (2024)
  • Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) (2025)

Basarnas Buka Suara usai Dituding Lambat Evakuasi Juliana Marins

Proses evakuasi terhadap  Juliana Marins (26) pendaki Gunung Rinjani asal Brasil menuai sorotan.

Juliana Marins ternyata masih sempat hidup setelah terjatuh di jurang pada Sabtu pagi (21/6/2025).

Namun, proses penyelamatan dinilai lambat karena berlangsung beberapa hari hingga ditemukan meninggal pada Selasa (24/6/2025).

Kendati upaya evakuasi terganggu karena medan dan cuaca, muncul kritik dan kemarahan publik Brasil dan tanah air karena upaya evakuasi tim SAR dinilai lambat. 

Juliana jatuh pada Sabtu pagi (21/6/2025), saat mendaki bersama lima temannya dan seorang pemandu di jalur curam dekat kawah Rinjani. Jenazahnya berhasil dievakuasi pada Rabu (25/6/2025).

Beberapa rekaman video dari drone dan kamera pendaki yang beredar di media Brasil menunjukkan bahwa Juliana masih hidup usai terjatuh.

Ia terlihat duduk dan berdiri di atas tanah berwarna abu-abu, jauh di bawah jalur pendakian.

Tim penyelamat sempat mendengar teriakan minta tolong dari korban tak lama setelah insiden.

Namun, upaya penyelamatan gagal dilakukan dalam waktu cepat karena lokasi jatuhnya berada di jurang sedalam 600 meter dengan medan yang sangat ekstrem serta cuaca berkabut tebal.

Pihak keluarga, dalam pernyataan di media sosial, menyatakan duka yang mendalam atas kematian Juliana dan mengungkapkan rasa syukur atas doa dan dukungan publik.

Namun, banyak warganet Brasil menyampaikan kekecewaan mereka terhadap penanganan insiden ini oleh otoritas Indonesia.

Menanggapi kritik tersebut, Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsdya TNI Mohammad Syafii membantah tudingan bahwa proses penyelamatan berjalan lambat.

Menurutnya, upaya penyelamatan telah dimulai sejak Sabtu pukul 10.21 WITA, hanya beberapa jam setelah insiden dilaporkan.

"Saya pastikan bahwa kejadian ini sebenarnya direspons sangat cepat oleh berbagai potensi SAR yang ada di wilayah Mataram," ujar Syafii dalam konferensi pers, Selasa (24/6/2025).

Ia menjelaskan bahwa medan yang dihadapi luar biasa sulit. Lokasi korban berada di tebing curam pada ketinggian 9.000 kaki.

Tim penyelamat harus membawa peralatan vertical rescue dan menghadapi cuaca buruk, termasuk kabut tebal dan hujan yang mengganggu jarak pandang.

Meski drone thermal sempat digunakan, alat itu gagal mendeteksi posisi korban pada hari pertama. Baru pada Senin, drone berhasil mengidentifikasi tubuh Juliana yang sudah tidak bergerak.

Proses pencapaian titik korban pun sangat menantang. Tali evakuasi yang tersedia hanya sepanjang 250 meter, sementara jurang tempat korban jatuh sedalam 600 meter.

Tim harus menyambung tali secara manual dan memasang tambatan di medan yang sangat curam, dengan pasokan oksigen terbatas di ketinggian.

"Kedalaman sejauh 400–500 meter ini bukan sesuatu yang gampang. Tambatan tali tidak bisa dipasang dengan aman," jelas Syafii.

Kronologi Juliana Marins Jatuh ke Jurang Rinjani

Seorang turis asal Brasil, Juliana Marins (26), dilaporkan terjatuh ke jurang sedalam ratusan meter di kawasan Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Sabtu (21/6/2025).

Peristiwa ini menyita perhatian publik karena proses evakuasi yang kompleks serta lokasi jatuh yang ekstrem.

Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas), Marsekal Muda TNI Mohammad Syafii, dalam keterangannya di akun resmi Basarnas, Selasa, (24/6/2025) malam, memastikan korban ditemukan tidak bernyawa di kedalaman 600 meter.

Berikut kronologi kejadian jatuhnya turis asal Brasil, Juliana Marins di “jalur neraka” Gunung Rinjani berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun.

- Pendakian Menuju Puncak

 Juliana Marins melakukan pendakian ke Gunung Rinjani bersama enam orang rekannya dan seorang pemandu lokal. Mereka memilih jalur Sembalun dan pada Sabtu (21/6/2025) dini hari.

Juliana melanjutkan perjalanan menuju puncak bersama lima pendaki lain dan pemandu.

Saat tiba di titik Cemara Nunggal, Juliana dilaporkan merasa kelelahan dan diminta oleh pemandu untuk beristirahat.

Pemandu kemudian melanjutkan perjalanan ke puncak bersama kelima pendaki lainnya, meninggalkan Juliana sendirian di titik istirahat.

- Hilangnya Kontak dan Penemuan Awal

Saat Juliana tidak kunjung menyusul rombongan, pemandu memutuskan kembali ke lokasi tempat Juliana terakhir beristirahat.

Namun, Juliana tidak ditemukan di sana. Dari titik tersebut, pemandu melihat cahaya senter di bawah jurang yang mengarah ke Danau Segara Anak.

Ia menduga cahaya itu berasal dari Juliana yang terjatuh dan segera menghubungi otoritas untuk meminta bantuan.

(Bangkapos.com/Tribun-Medan.com/TribunGorontalo.com)

Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com 

Baca Berita Lainnya di: Google News

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya

Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved