Konflik Israel vs Iran
Ekonomi Dunia Terguncang Jika Iran Menutup Selat Hormuz, Ini Dampak Lain yang Bisa Terjadi
Ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran semakin memanas setelah Iran mengancam akan menutup Selat Hormuz
TRIBUNMANADO.CO.ID - Konflik Israel dan Iran terus memanas.
Keduanya masih terus melakukan serangan.
Bahkan info terbaru pihak Amerika Serikat juga turut melakukan penyerangan.
Lantas hal tersebut membuat ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran semakin memanas setelah Iran mengancam akan menutup Selat Hormuz, jalur vital bagi perdagangan minyak dunia.
Ancaman itu diungkap Komandan Garda Revolusi, Sardar Esmail Kowsari, dalam keterangan resminya ia mengatakan bahwa penutupan Selat Hormuz "sedang dipertimbangkan, dan Iran akan membuat keputusan terbaik dengan tekad."
Penutupan selat Hormuz sejauh ini masih dalam tahap wacana, lantaran badan keamanan tertinggi diharuskan untuk menyelesaikan keputusan mengenai tindakan ini.
Penutupan Selat Hormuz oleh Iran menjadi salah satu skenario paling ditakuti dalam geopolitik global.
Selat sempit yang memisahkan Iran dari Semenanjung Arab ini adalah jalur vital bagi perdagangan energi dunia, terutama minyak mentah dan gas alam.
Dimana sekitar 20 persen minyak di dunia, terutama di Eropa melintasi wilayah ini setiap harinya demi bisa mengimpor minyak dan gas alam cair (LNG) dari negara-negara seperti, Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab.
Oleh karena itu setiap gangguan terhadap lalu lintas kapal di kawasan ini akan memicu dampak berantai berskala global, dari krisis energi hingga potensi konflik militer besar.
Petaka Jika Iran Menutup Selat Hormuz
Berikut lima dampak mengerikan yang bisa terjadi jika Iran benar-benar menutup Selat Hormuz yang diungkap Pakar Intelijen dan keamanan Claude Moniquet, sebagaimana dikutip dari sejumlah sumber.
1. Harga Minyak Meroket
Mengutip dari Euro News, efek pertama yang akan ditimbulkan setelah selat Hormuz ditutup yakni harga minyak dunia akan melonjak tajam.
Hal ini terjadi karena penutupan Selat Hormuz akan memutus jalur ekspor minyak dari negara-negara Teluk.
Akibatnya, pasokan menjadi terbatas, sementara permintaan tetap tinggi hal inilah yang membuat harga minyak melonjak.
Imbasnya banyak negara industri (seperti Cina, Jepang, India) yang bergantung pada minyak dari kawasan ini, akan berebut sisa pasokan yang tersedia, menyebabkan harga melambung tinggi.
Dalam krisis sebelumnya, seperti ketegangan Iran-AS pada 2019, harga minyak sempat naik 10–15 persen hanya karena ancaman terhadap Selat Hormuz.
Jika penutupan benar-benar terjadi, analis memperkirakan harga minyak bisa tembus 150 dolar AS per barel.
2. Kelumpuhan Pasokan Energi ke Asia dan Eropa
Jika Selat Hormuz ditutup, negara-negara di Asia dan Eropa bisa terkena krisis energi besar-besaran.
Bencana ini dapat terjadi lantaran negara-negara besar pengimpor minyak seperti Cina, Jepang, Korea Selatan, dan India sangat bergantung pada pasokan dari Teluk melalui Selat Hormuz.
Eropa pun sebagian mendapatkan LNG (gas alam cair) dari Qatar via selat ini.
Jika jalur ini diblokade, pasokan energi ke kawasan Asia dan sebagian Eropa akan terganggu, memaksa negara-negara untuk mencari sumber energi alternatif dengan biaya lebih tinggi.
Industri-industri energi tinggi akan terpukul, menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi.
3. Picu Ketidakpastian dan Ketakutan Pasar
Penutupan Selat Hormuz oleh Iran bukan hanya sekadar isu regional, tapi dapat memicu gelombang ketidakpastian dan ketakutan besar di pasar global.
Mengingat selat ini merupakan jalur strategis untuk pengiriman sekitar 20 persen minyak mentah dunia, dan setiap ancaman terhadap kelancarannya langsung mempengaruhi harga minyak, kepercayaan investor, serta stabilitas ekonomi internasional.
Ketika ada ancaman penutupan atau konflik militer di sekitar kawasan itu, para pelaku pasar cenderung mengambil sikap agresif dengan menjual saham berisiko serta memindahkan aset ke tempat yang dianggap aman seperti emas atau dolar AS.
Langkah ini disebut sebagai “flight to safety”, atau pelarian modal ke instrumen yang lebih aman karena kekhawatiran terhadap ketidakpastian.
Namun upaya tersebut nyatanya bisa menurunkan pendapatan perusahaan, yang berarti nilai saham bisa turun tajam.
Membuat pasar panik hingga pasar saham Asia dan Eropa ikut melemah, dan nilai tukar mata uang di negara berkembang tertekan karena arus keluar modal.
4. Memicu Peningkatan Tensi Perang dan Risiko Perang Regional
Jika Iran menutup atau memblokade Selat Hormuz, dunia internasional akan menganggapnya sebagai tindakan berbahaya dan agresif.
Ini karena selat tersebut adalah jalur penting bagi banyak negara untuk mengirim dan menerima minyak serta gas.
Jika jalur ini ditutup, banyak negara akan dirugikan, terutama negara-negara Barat dan sekutu mereka.
Begitu ada blokade, AS yang selama ini menjaga keamanan jalur pelayaran di kawasan Teluk, termasuk Selat Hormuz kemungkinan akan meluncurkan serangan terbatas ke Iran untuk membuka kembali jalur laut.
Selain AS, negara-negara Uni Eropa (seperti Prancis dan Inggris) yang juga punya kepentingan besar bisa ikut mengirim kapal perang atau pasukan pengamanan laut untuk memastikan pengiriman energi tetap berjalan.
Jika semua kekuatan ini AS, Uni Eropa, dan negara Teluk terlibat dalam aksi militer, situasinya bisa berubah jadi perang yang lebih besar, berpotensi menyulut perang regional yang lebih luas di Timur Tengah.
5. Pengiriman dan Perdagangan Dunia Terganggu
Penutupan Selat Hormuz oleh Iran bukan hanya berdampak pada jalur minyak, tetapi juga bisa mengganggu perdagangan global secara luas.
Tak hanya energi, jalur ini juga digunakan untuk mengangkut produk industri dan barang konsumsi yang dibutuhkan oleh negara-negara Asia dan Eropa.
Penutupan selat ini akan menyebabkan arus perdagangan tersebut terhenti secara tiba-tiba.
Apabila Selat Hormuz ditutup karena konflik atau blokade, kapal-kapal pengangkut tidak bisa lagi melewatinya.
Akibatnya minyak dan gas tidak bisa dikirim keluar, barang-barang dari dan ke Timur Tengah terhambat dan kapal harus menunggu atau mencari jalur alternatif yang jauh lebih mahal dan memakan waktu.
Efek panjang dari konflik ini membuat pengiriman barang yang terlambat atau terhenti bisa berdampak pada banyak sektor, mulai dari industri energi, manufaktur, otomotif, hingga elektronik.
Karena itu, ketegangan di kawasan ini selalu menjadi perhatian serius negara-negara besar dan pelaku pasar internasional.
(Sumber Tribunnews / Namira)
Ilmuwan Nuklir Iran Tewas Bersama Istri dan Ketiga Anaknya dalam Serangan Israel ke Teheran |
![]() |
---|
Perang Berakhir, Iran Umumkan Berakhirnya Konflik 12 Hari Lawan Israel, Tiga Kubu Klaim Menang |
![]() |
---|
Perbandingan Kekuatan Militer Amerika Serikat vs Iran: Kekayaan hingga Teknologi, Siapa Jawaranya? |
![]() |
---|
Dampak jika Iran Menutup Selat Hormuz, Jalur Vital Minyak Dunia Terancam hingga Krisis Energi Global |
![]() |
---|
Daftar 10 Negara Paling Aman jika Perang Dunia 3 Terjadi, Sejumlah Pakar Masukkan Nama Indonesia |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.