Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Golkar Sulut

Sesepuh Golkar Sulawesi Utara Kritik 2 Periode Kepemimpinan Tetty Paruntu

Meskipun demikian politisi asal Minahasa ini bilang, soal aturan periodisasi memang selalu membuka ruang untuk diperdebatkan. 

Penulis: Fernando_Lumowa | Editor: Isvara Savitri
Tribunmanado.com/Istimewa
GOLKAR SULUT - Senior Golkar Sulawesi Utara Sherpa Manembu. Ia mengkritik dua periode kepemimpinan Tetty Paruntu. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Suhu internal Partai Golkar Sulawesi Utara meningkat seiring kepastian digelarnya musyawarah daerah tahun ini. 

Kondisi ini menyulut sesepuh Partai Golkar angkat bicara. 

Satu di antaranya Politisi Senior Golkar Sulawesi Utara Sherpa Manembu.

Ia menilai, kehendak Ketua DPD Partai Golkar Sulut saat ini Christianny Euginia Paruntu (CEP) alias Tetty Paruntu maju lagi bakal jadi langkah mundur bagi demokrasi partai. 

Pasalnya, ada aturan maksimal masa jabatan Ketua DPD hanya dua periode.

Sementara CEP telah menjabat sejak periode 2015-2020 dan dilanjutkan 2020-2025.

Meskipun demikian politisi asal Minahasa ini bilang, soal aturan periodisasi memang selalu membuka ruang untuk diperdebatkan. 

"Itu memang debatable tapi perlu diingat Ketua Umum DPP (Bahlil) Lahadalia menegaskan, soal permintaan diskresi untuk (Ketua DPD) yang berprestasi bisa dipertimbangkan," kata Sherpa kepada Tribunmanado.com, Rabu (4/6/2025). 

Sherpa berpendapat bahwa Golkar Sulawesi Utara justru mengalami kemunduran di era Tetty Paruntu

Bukan sekadar mengumbar, politisi yang hobi berkuda ini membeberkan indikatornya. 

GOLKAR SULUT - Ketua DPD Partai Golkar Sulawesi Utara Tetty Paruntu
GOLKAR SULUT - Ketua DPD Partai Golkar Sulawesi Utara Tetty Paruntu. Internal Golkar Sulut memanas jelang musda tahun ini.

"Sederhana saja, perolehan kursi anggota DPRD provinsi dan kabupaten/kota, Golkar berkurang terus," ujarnya. 

Katanya, di era 2009-2014 Golkar punya 12 kursi DPRD Sulut plus Ketua Dewan. 

Perolehan itu menurun tinggal sembilan kursi di periode 2014-2019.

Pada periode 2019-2024 di tangan Tetty, Golkar tinggal memiliki tujuh kursi.

Lalu, periode saat ini kursi Golkar tinggal enam. 

Begitu juga di kabupaten/kota, perolehan suara dan kursi Golkar tergerus di dua periode terakhir. 

Contoh nyata di Boltim yang dulu dikenal sebagai basis Golkar.

Dari awalnya memiliki Ketua DPRD beberapa periode, saat ini tidak ada satu pun anggota dewan dari beringin. 

Acuan kemunduran lainnya di Pilkada. 

Golkar lebih banyak jadi penonton saat pesta lima tahunan.

Baca juga: Asesmen Pejabat Pemkot Manado Berlanjut, Peserta Jalani Tes Diskusi dan Wawancara

Baca juga: Covid-19 Hantui Laga Timnas Indonesia vs China, PSSI Larang Suporter Dekati Pemain

Dari 15 kabupaten/kota, hanya di Kepulauan Sitaro jagoan Golkar menang.

"Itu pun bukan kader sebenarnya. Sebagai kader kita seharusnya tahu diri," katanya. 

Soal bisa mendudukkan anggota DPR RI dua periode terakhir, Menembu menambahkan, "seharusnya sama-sama besar, kader dan partai, bukan hanya segelintir,"

Sherpa menegaskan, yang diutarakannya merupakan kritik konstruktif bagi Partai Golkar Sulut

Ini sebuah seruan moral dan bukti kecintaanya kepada partai. 

"Saya tidak ada lagi kepentingan apa-apa. Sudah tua hanya mengingatkan adik-adik yang memimpin saat ini," kata Manembu yang pernah duduk di DPRD Sulut selama empat periode ini.

Sebelumnya, Ketua DPD II Partai Golkar Minsel Michaela Paruntu bilang, kakaknya mendapatkan dukungan 14 Ketua DPD di Sulut untuk kembali memimpin beringin Sulut.

"Dari 14, hanya Mitra yang tidak karena mereka punya calon sendiri," ujar Michaela usai paripurna di DPRD Sulut, awal pekan ini.(*)

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved