Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Umar Patek

Masih Ingat Umar Patek? Dulu Mahir Rakit Bom, Nasibnya Kini Berubah karena Suguhan Kopi

Dari perjalannya mencari pekerjaan hingga menemukan ramuan kopi, Umar mengaku hanya ingin menjalani hidup lebih baik.

Editor: Ventrico Nonutu
Kolase Tribun Manado/Surya/Tribunnews
NASIB BERUBAH - Foto kolase Umar Patek dulu dan sekarang. Eks napi teroris Umar Patek saat mengenalkan ‘Ramu Kopi 1966’ yang menjadi lini bisnisnya bersama Hedon Estate dalam peluncuran yang digelar pada Selasa (3/5/2025) lalu (insert). Nasib Umar Patek berubah setelah bertemu dengan seorang dokter pasca bebas dari penjara. 

“Saya waktu itu terus menolak, saya berpikir waktu itu efeknya bisa ke bisnisnya dokter David. Dengan menerima saya, saya sempat khawatir risiko karena saya yang statusnya sebagai mantan teroris. Namun kemudian, saya mencoba dan bersepakat,” ungkapnya.

‘Kopi Ramu 1966 by Umar Patek’ menjadi lini bisnis yang dihadirkan di Hedon Estate Kitchen & Lounge yang berada di Surabaya maupun Banyuwangi.

Dipilihnya nama brand Ramu tak lain adalah kebalikan dari namanya, Umar.

“Saya sudah tobat, sudah tidak mau meramu bom. Saya meramu kopi. Saya tidak mau lagi meramu yang lain, sudah,” terang Umar.

Dari perjalannya mencari pekerjaan hingga menemukan ramuan kopi, Umar mengaku hanya ingin menjalani hidup lebih baik.

Ia berharap produksi kopinya dapat diterima masyarakat banyak kalangan.

Dalam peluncuran kopi ini juga dihadiri oleh mantan Kepala Densus 88 Antiteror Polri Komjen Marthinus Hukom yang dulu memburu Umar Patek.

Marthinus kini menjabat sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN).

Dalam acara launching Kopi Ramu 1966 by Umar Patek, keduanya saling bersalaman, berpelukan, tebar senyum.

Umar pun tak segan melontarkan candaan.

“Mudah-mudahan di kantor BNN mulai dari pusat sampai BNN Kabupaten, bisa berlangganan kopi saya. Untuk BNN Kabupaten taruhlah lima kilogram, tiga kilogram tidak apa-apa,” celetuk Umar disambut tepuk riuh.

Komjen Marthinus menyebut bahwa, pertemuan kali ini menunjukan sisi lain seorang Umar Patek.

Dahulu 'musuh' saat nama Umar Patek tercantum pada list pelaku bom Bali 1 Tahun 2002.

Umar dikenal gahar, militan kelompok teroris Asia Tenggara dan ahli senjata berikut taktik gerilya itu diburu aparat keamanan di banyak negara.

“Dia dikejar oleh seluruh dunia. 2002 sampai 2011 jadi Umar Patek ditangkap di Kota Abbottabad, Pakistan. Selama pelarian dia, kepalanya dibanderol sebesar 10 miliar. Lebih membuat kita terkagum dengan orang ini, dikabarkan mati berkali-kali, diserang pasukan angkatan Filipina, eh muncul lagi. Saat itu, kami mendapatkan berita bahwa dia terkepung tapi dia bisa keluar dari kepungan itu. Inilah Umar Patek, yang kita kenal hari ini,” ungkapnya.

Halaman
1234
Sumber: Surya
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved