Tan Joe Hok Wafat
Indonesia Berduka, Legenda Bulu Tangkis Tan Joe Hok Tutup Usia
Tan Joe Hok merupakan Salah satu tokoh legendaris dan pelopor kejayaan bulu tangkis Indonesia di kancah dunia.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Dunia olahraga Indonesia kembali berduka.
Salah satu tokoh legendaris bulu tangkis nasional, Tan Joe Hok, wafat pada Senin, 2 Juni 2025 pukul 10.52 WIB di Rumah Sakit Medistra, Jakarta.
Kabar duka ini diumumkan melalui akun resmi Instagram @badminton.ina.
Kepergian Tan Joe Hok meninggalkan jejak yang dalam bagi sejarah olahraga Tanah Air, khususnya bulu tangkis.
Baca juga: Momen Gibran Ngobrol dan Tanyakan Kesehatan Megawati Saat Bertemu di Acara Hari Lahir Pancasila
Tan Joe Hok merupakan pelopor kejayaan bulu tangkis Indonesia di kancah dunia.
Ia tercatat sebagai atlet Indonesia pertama yang menjuarai All England, turnamen bulu tangkis paling prestisius di dunia.
Tak hanya itu, ia juga meraih medali emas di Asian Games 1962, menjadikannya sebagai ikon pertama Indonesia yang mengukir prestasi emas di level Asia.
Namanya semakin dikenang sebagai bagian dari tim legendaris "The Magnificent Seven", skuad yang sukses membawa pulang Piala Thomas perdana untuk Indonesia pada 1958. Prestasi tersebut menjadi tonggak awal dominasi bulu tangkis Indonesia di kancah internasional.
Melalui dedikasi dan pencapaian luar biasa, Tan Joe Hok tak hanya mengharumkan nama bangsa, tetapi juga membuka jalan bagi generasi penerus untuk terus mengibarkan Merah Putih di podium dunia.
Selamat jalan, legenda. Jasamu abadi dalam sejarah olahraga Indonesia.
Cerita Perjuangan dan Polemik di Balik Kejayaan
Dalam sebuah webinar bertajuk "Tionghoa dalam Dunia Olahraga" yang digelar pada Senin (30/11/2020), Tan Joe Hok berbagi cerita mengenai perjalanan panjang dan dinamika yang mewarnai bulu tangkis nasional.
Ia tak segan mengungkapkan polemik yang terjadi, terutama saat dirinya ditunjuk sebagai pelatih tim Piala Thomas 1984.
Saat itu, Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) dipimpin oleh Ferry Sonneville, sahabat sekaligus rekannya dalam tim Piala Thomas 1958.
Namun, hubungan keduanya sempat merenggang karena perbedaan pandangan dalam pemilihan pemain.
“Banyak yang aneh saat itu. Di sini manusia berubah. Ferry Sonneville adalah teman, guru, dan sahabat saya. Akan tetapi, setelah jadi 'orang', dia lupa semuanya,” ujar Tan Joe Hok kala itu.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.